1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Jokowi mungkin lupa...

Penulis : Asis

27 Juli 2016 15:45

Saya kok tertarik menyorot dua orang yang baru saja didepak Presiden Jokowi dari posisi menteri, Ferry Mursyidan Baldan dan Marwan Jafar. Padahal dalam perombakan kabinet jilid 1 tahun lalu, posisi Ferry sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional aman. Sama halnya Marwan sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Entah punya dosa apa dua politikus itu kali ini tak selamat. Dalam pikiran saya, pasti kesalahannya ga bisa diampuni Jokowi sampai harus dicopot dari kursi menteri. Apalagi Ferry dan Marwan berasal dari partai yang sejak awal mendukung Jokowi sebagai presiden. Kurang kuat apalagi coba posisinya yang mewakili partai. Toh pada akhirnya ga aman dan lengser.

Mungkin Jokowi lupa perjuangan kedua politikus itu saat pertarungan keras pada Pilpres 2014. Sekali lagi, mungkin Jokowi lupa.

Saya masih ingat betul pertarungan sengit Jokowi versus Prabowo Subianto pada Pilpres dua tahun lalu. Di tengah hiruk pikuk pilpres yang menguras energi para timses Jokowi, saya terkesan dengan Ferry dan Marwan. Entah karena Ferry dan Marwan selalu tersorot kamera televisi, yang pasti saya melihat kedua orang tersebut terlihat paling sibuk.

Mulai dari Ferry, mantan politikus Partai Golkar itu begitu gigih membantu pasangan Jokowi-JK di arena Komisi Pemilihan Umum (KPU). Diketahui Ferry pernah menjabat sebagai Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden. Pengalaman inilah dipakai Ferry mengawal Jokowi-JK di KPU. Hari-hari Ferry dihabiskan di KPU untuk mengawal Jokowi-JK sampai ditetapkan sebagai pasangan terpilih.

2 dari 3 halaman

Meski sudah ditetapkan sebagai pasangan terpilih, Jokowi-JK belum aman. Pasangan Prabowo-Hatta kala itu menggugat hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi. Nama Ferry kembali menarik perhatian. Bahkan sampai Ketua MK Hamdan Zoelva yang memimpin sidang menyindir. "Waduh Ferry Mursyidan Baldan sampai turun gunung juga ini," kata Hamdan seraya tersenyum. Di sinilah peran Ferry mengawal Jokowi-JK sangat sentral.

Peran Ferry sebagai saksi pasangan Jokowi-JK di sidang MK sangat baik. Dia apik dalam menyampaikan data dan fakta di lapangan selama pelaksanaan pilpres. Sampai kubu Prabowo menaruh hormat pada Ferry. "Saya menaruh hormat kepada kakanda Ferry karena dikenal kritis," kata Habiburokhman, kuasa hukum pasangan Prabowo-Hatta. Singkat cerita, perjuangan Ferry tak sia-sia, MK akhirnya menolak gugatan pasangan Prabowo-Hatta.

Lain Ferry, lain Marwan. Perjuangan Marwan saya lihat lebih mendekatkan Jokowi ke kalangan pesantren. Jaringan Marwan ke pesantren-pesantren ternyata cukup luas. Sebagai politikus PKB, Marwan tentu sangat dekat dengan kalangan kiai dan santri. Karena itu tak sulit ketika membawa Jokowi masuk ke kalangan Nahdliyin.

3 dari 3 halaman

Isu agama yang begitu kuat pada pilpres lalu ternyata sangat menggerus elektabilitas Jokowi. Terbukti, jauh sebelum kampanye elektabilitas Jokowi sangat tinggi dibandingkan Prabowo. Seiring mendekati pilpres, isu agama begitu kencang hingga menggerogoti elektabilitas Jokowi.

Beruntung, PKB ikut merapat. Padahal awalnya PKB sempat galau mau dukung mana. Dengan masuknya PKB, isu agama sedikit bisa diredam meski ga sepenuhnya hilang. Di tengah isu agama itulah, peran PKB kala itu sangat penting. PKB banyak memiliki jaringan ke pesantren-pesantren.

PKB saat itu menugasi Marwan menemani Jokowi safari politik ke pesantren-pesantren di Jawa Timur dan Jawa Barat. Bahkan sampai larut malam. Saya masih ingat, Jokowi pernah mengatakan, karena saking banyaknya pesantren yang dikunjungi kegiatan molor hingga larut malam. Hari demi hari, Marwan setia menemani Jokowi blusukan ke daerah-daerah dan kunjungan ke pesantren.

Pantas perjuangan keduanya diganjar posisi menteri saat Jokowi-JK menyusun kabinet. Marwan mewakili PKB, Ferry mewakili menteri dari Partai NasDem. Bagi-bagi kue kekuasaan ini sempat dikritik karena sejak awal Jokowi janji ga bagi-bagi. Ya, namanya politik mana ada yang gratis. Omongan orang politik ga usah didenger serius-serius. Saya juga nyengir saja saat Jokowi janji ga bagi-bagi kekuasaan.

Kerja bagus saat menjadi timses ternyata ga dibarengi jadi menteri. Baik Ferry dan Marwan kinerjanya sebagai menteri selalu menjadi sorotan. Soal kasusnya, ga perlu ditulis lagi karena sudah ramai di banyak media.

Saya berpikir, apa mungkin kinerja Marwan dan Ferry sudah terlalu buruk hingga Jokowi tak bisa mentolerir. Atau keduanya tidak cocok di pos masing-masing. Istilah Presiden SBY dulu kalau mau nyusun kabinet harus the right man in the right place. Semoga menteri pengganti Marwan dan Ferry bisa bekerja lebih baik lagi. Semoga...

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : asisbanget

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya