Pemkot Cirebon Apresiasi Perjalanan Spiritual Thudong: Simbol Toleransi Antarumat Beragama
Pemerintah Kota Cirebon memberikan apresiasi tinggi terhadap perjalanan spiritual 36 biksu Thudong yang mempromosikan toleransi dan keberagaman di Cirebon sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur.
Kota Cirebon, Jawa Barat, baru-baru ini menjadi saksi perjalanan spiritual yang luar biasa. Sebanyak 36 biksu Thudong singgah selama tiga hari di kota tersebut, dalam perjalanan mereka menuju Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan ribuan kilometer ini dilakukan dengan berjalan kaki, menunjukkan dedikasi dan tekad yang kuat. Kehadiran para biksu ini disambut hangat oleh masyarakat dan pemerintah setempat, menjadi simbol nyata toleransi dan keberagaman yang hidup di Cirebon.
Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas perjalanan spiritual ini. Beliau menekankan bahwa kegiatan tersebut merupakan bukti nyata toleransi antarumat beragama dan penghormatan terhadap keberagaman budaya yang telah lama menjadi ciri khas Kota Cirebon. Kehadiran para biksu diterima dengan penuh penghormatan oleh masyarakat, yang selama ini telah hidup berdampingan dalam keberagaman budaya dan agama.
Perjalanan Thudong ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Seperti yang dijelaskan oleh Ketua Thudong Internasional 2025, Prabu Diaz, perjalanan ini merupakan latihan pengendalian diri, ketekunan, dan kesabaran. Para biksu berasal dari berbagai negara, termasuk Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia, bersama-sama mereka menyebarkan pesan damai melalui praktik spiritual mereka.
Perjalanan Thudong: Simbol Toleransi dan Keberagaman di Cirebon
Selama berada di Cirebon, para biksu mengunjungi berbagai tempat ibadah, menunjukkan komitmen mereka untuk mempererat hubungan antarumat beragama. Mereka mengunjungi Gereja Santo Yoseph, Markas Macan Ali, Vihara Dewi Welas Asih, dan Keraton Kasepuhan. Kunjungan-kunjungan ini menjadi bukti nyata dari upaya mereka untuk membangun jembatan persahabatan dan saling pengertian antarkeyakinan.
Pelepasan para biksu di Lapangan Kebumen, Kota Cirebon, juga dihadiri oleh ratusan warga dan pelajar. Antusiasme masyarakat terlihat jelas dalam sambutan hangat dan penuh hormat yang diberikan kepada para biksu. Momen ini menjadi bukti nyata betapa harmonisnya kehidupan beragama di Cirebon.
Wali Kota Effendi Edo berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan di tahun-tahun mendatang. Hal ini diharapkan dapat memperkuat kerukunan antarumat beragama dan mempromosikan nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat. Perjalanan Thudong menjadi contoh nyata bagaimana perbedaan dapat dirayakan dan dihargai, membangun persatuan dan kedamaian.
Rute Perjalanan dan Tujuan Spiritual
Para biksu dijadwalkan tiba di Candi Borobudur pada Sabtu (10/5), dua hari sebelum puncak perayaan Hari Raya Waisak yang jatuh pada tanggal 12 Mei 2025. Perjalanan panjang mereka, yang telah menempuh ribuan kilometer, merupakan bukti nyata dari dedikasi dan tekad spiritual mereka.
Kegiatan Thudong ini bukan hanya menarik perhatian masyarakat Cirebon, tetapi juga menjadi sorotan nasional. Perjalanan spiritual ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai toleransi dan keberagaman dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk terus menjaga kerukunan antarumat beragama.
Dengan mengunjungi berbagai tempat ibadah, para biksu Thudong telah menunjukkan komitmen mereka untuk membangun jembatan dialog antaragama. Kunjungan mereka menjadi bukti nyata bahwa perbedaan keyakinan tidak menghalangi terciptanya persatuan dan kedamaian. Semoga kegiatan ini dapat menginspirasi lebih banyak lagi inisiatif serupa di masa depan.
Pemerintah Kota Cirebon pun berharap agar peristiwa ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam membangun kerukunan dan toleransi antarumat beragama. Apresiasi yang tinggi diberikan kepada para biksu Thudong atas kontribusi mereka dalam memperkuat nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.