LIVE
  • Home
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
LIVE
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
HEADLINE HARI INI
  • {title}
  • {title}
  1. Lifestyle

EO Indonesia Fokus Acara Domestik: Kendala Lapangan dan Tenaga Ahli Jadi Biang Keladi

Event Organizer (EO) di Indonesia lebih fokus pada acara domestik karena kendala kondisi lapangan dan kurangnya sertifikasi tenaga ahli yang diakui internasional, sehingga peluang pasar global masih kurang tergarap.

Jumat, 16 Mei 2025 19:48:00
#planetantara
Event Organizer (EO) di Indonesia lebih fokus pada acara domestik karena kendala kondisi lapangan dan kurangnya sertifikasi tenaga ahli yang diakui internasional, sehingga peluang pasar global masih kurang tergarap. (©Planet Merdeka)
Advertisement

Jakarta, 16 Mei 2024 - Dewan Industri Event Indonesia (IVENDO) mengungkapkan bahwa fokus Event Organizer (EO) di Indonesia yang lebih tertuju pada acara domestik disebabkan oleh kondisi lapangan dan kemampuan tenaga ahli yang masih terbatas. Hal ini disampaikan Ketua Umum IVENDO periode 2022-2025, Mulkan Kamaluddin, usai Musyawarah Nasional IVENDO di Jakarta. Kondisi ini membatasi potensi EO Indonesia untuk bersaing di pasar internasional.

Mulkan menjelaskan, EO lebih memilih menangani acara domestik karena lebih mudah dan efisien. Mereka sudah terbiasa dengan kondisi lapangan di Indonesia, sehingga proses penyelenggaraan acara menjadi lebih lancar. "Banyak sebabnya, satu, pada saat event di Indonesia lagi banyak, teman-teman (EO) lebih memilih main di Indonesia karena tidak ribet begitu," kata Mulkan.

Namun, tantangan utama terletak pada kurangnya sertifikasi tenaga ahli EO Indonesia yang diakui secara internasional. Meskipun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sudah ada, keselarasan dengan standar internasional, khususnya di ASEAN, masih belum optimal. Hal ini menjadi hambatan bagi EO Indonesia untuk terlibat dalam event berskala internasional.

Advertisement

Tenaga Ahli dan Standar Internasional

Kurangnya tenaga ahli bersertifikat menjadi kendala utama bagi EO Indonesia untuk menembus pasar internasional. Mulkan menekankan pentingnya pelatihan dan sertifikasi bagi para tenaga ahli EO agar mampu memenuhi standar internasional. "Sebenarnya yang SKKNI ini diakui secara internasional juga, syarat kompetensi kerja yang dikeluarkan oleh BNSP diakui negara lain," ujarnya. Pemerintah, melalui Kementerian Pariwisata dan National Tourism Professional Board (NTPB), telah berupaya mendukung kesepakatan ASEAN untuk memfasilitasi pergerakan tenaga kerja profesional di sektor pariwisata, termasuk EO. Namun, keselarasan standar masih menjadi pekerjaan rumah.

Mulkan menambahkan, "Makanya saya sangat mendorong untuk teman-teman ikuti pelatihan, ayo ikut pelatihan. Habis pelatihan, kita sertifikasi." Sertifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing EO Indonesia di kancah internasional.

Pemerintah Indonesia telah membentuk NTPB untuk mendukung kesepakatan bersama antar negara ASEAN dalam memfasilitasi pergerakan tenaga kerja profesional di sektor pariwisata. Namun, standar yang ditentukan di Indonesia belum sepenuhnya selaras dengan standar yang disepakati oleh negara-negara ASEAN.

Advertisement

Pandangan dari Singapura

Area Director Singapore Tourism Board (STB), Hafez Marican, mengamati bahwa EO Indonesia lebih fokus pada pasar domestik dan kurang melirik peluang di pasar global. "Yang saya lihat di Indonesia, fokusnya untuk acara-acara EO, fokusnya masih domestik. Saya tahu, pasarnya besar, sangat besar. Itulah kenapa fokusnya masih di domestik. Tapi yang jangan lupa pasar di internasional itu juga sangat besar," ungkap Hafez.

Hafez menilai beberapa faktor menyebabkan hal ini, salah satunya mungkin kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Selain itu, banyak perusahaan Singapura yang ingin menyelenggarakan event di Indonesia atau berpartisipasi dalam event di Indonesia, namun terkendala oleh kurangnya kompetensi EO Indonesia dalam mengelola hal tersebut.

"Jadi mereka ingin menjelajahi pasar di Indonesia, tapi mereka tidak tahu apa acara itu, acara mana yang akan diikuti," tambah Hafez. Ia menyarankan agar Indonesia memiliki situs resmi yang menginformasikan berbagai kegiatan yang akan diselenggarakan, termasuk informasi cara mengakses lokasi acara.

Ketidakselarasan standar dan kurangnya informasi terpusat menjadi tantangan bagi EO Indonesia untuk bersaing di pasar internasional. Peningkatan kompetensi tenaga ahli dan akses informasi yang lebih baik menjadi kunci untuk membuka peluang pasar global yang lebih luas.

Berita Terbaru
  • Kapal Wisata Kotim Tak Layak Pakai, Dilelang untuk Tambah Pendapatan Daerah
  • 615 PPPK Kota Tegal Dilantik, Wali Kota Tekankan Integritas dan Pengabdian
  • Sinkronisasi Pusat-Daerah Kunci Percepatan Pembangunan Nasional di Blora
  • Prabowo Subianto Tiba di Thailand, Disambut Jajar Kehormatan dan Pejabat Tinggi
  • Kualitas Udara Jakarta Tidak Sehat, Warga Diminta Jaga Kesehatan
  • asean
  • bnsp
  • event organizer
  • industri event indonesia
  • konten ai
  • pariwisata indonesia
  • pasar internasional
  • pelatihan
  • #planetantara
  • sertifikasi
  • skkni
  • tenaga ahli
Artikel ini ditulis oleh
Editor Redaksi Merdeka
R
Reporter Redaksi Merdeka
Disclaimer

Artikel ini ditulis ulang menggunakan artificial intelligence (AI). Jika ada kesalahan dalam konten, mohon laporkan ke redaksi.

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

Advertisement
Kontak Tentang Kami Redaksi Pedoman Media Siber Metodologi Riset Workstation Disclaimer Syarat & Ketentuan Privacy Kode Etik Sitemap

Copyright © 2024 merdeka.com KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved.