Mengenal Irritable Bowel Syndrome (IBS): Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya
Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan pencernaan kronis yang menyebabkan nyeri perut, perubahan buang air besar, dan kembung; penanganan meliputi perubahan gaya hidup, diet, dan terapi.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan fungsional pada sistem pencernaan yang memengaruhi usus besar, menyebabkan perubahan pola buang air besar, kram perut, kembung, diare, atau konstipasi. Hal ini dijelaskan oleh Dr. dr. I Ketut Mariadi, Sp.PD-KGEH, FACG, FINASM, dari RS Siloam Denpasar Bali, dalam siaran pers pada Senin, 21 April. IBS bersifat kronis dan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, meskipun tidak menyebabkan kerusakan permanen pada usus. Penanganan yang tepat, termasuk perubahan gaya hidup dan manajemen stres, sangat penting untuk mengontrol gejala.
Meskipun tidak mengancam jiwa, IBS dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari jika tidak ditangani dengan baik. Menurut Dr. I Ketut Mariadi, "IBS bukanlah penyakit yang mengancam nyawa, tetapi dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diagnosis yang benar dan edukasi pasien sangat penting." Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang penyebab dan cara mengelola IBS sangat penting bagi para penderita.
Diagnosis IBS ditegakkan berdasarkan kriteria Rome IV, yang meliputi nyeri perut setidaknya sekali seminggu dalam tiga bulan terakhir, berlangsung minimal enam bulan, dan disertai dua dari tiga gejala: nyeri perut berhubungan dengan defekasi, perubahan frekuensi BAB (diare atau konstipasi), atau perubahan bentuk kotoran. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat.
Memahami Gejala Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Gejala IBS bervariasi pada setiap individu, tetapi umumnya meliputi nyeri atau kram perut yang mereda setelah buang air besar, perubahan frekuensi dan konsistensi tinja (diare atau konstipasi), perut kembung, dan produksi gas berlebih. Gejala-gejala ini dapat disingkat dengan ABCD: Abdominal pain (sakit perut), Bloated (kembung), Constipation (konstipasi), dan Diarrhea (diare). Pengenalan gejala ini penting untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat.
Beberapa faktor dapat memicu atau memperburuk gejala IBS. Makanan tertentu, seperti makanan tinggi lemak, pedas, produk susu (bagi yang intoleran laktosa), dan makanan tinggi FODMAP (Fermentable Oligosaccharides, Disaccharides, Monosaccharides, and Polyols), dapat menyebabkan fermentasi berlebih di usus besar, memicu kembung, nyeri, dan perubahan pola buang air besar. Konsumsi alkohol, kafein, dan pemanis buatan seperti sorbitol juga dapat memperburuk gejala.
Dr. I Ketut Mariadi menekankan pentingnya memperhatikan pola makan. "Beberapa makanan tertentu dapat memicu gejala IBS, seperti makanan berlemak tinggi, pedas, berminyak, produk susu bagi yang intoleran laktosa, serta makanan tinggi FODMAP yang dapat menyebabkan fermentasi berlebihan di usus." Dengan menghindari makanan pemicu, penderita IBS dapat mengontrol kondisinya dengan lebih baik.
Faktor Pemicu dan Pengobatan IBS
Selain faktor makanan, stres juga dapat memperburuk gejala IBS. Terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu penderita mengelola stres dan mengurangi keparahan gejala. CBT mengajarkan teknik-teknik untuk mengelola pikiran dan perilaku yang dapat memicu stres.
Penggunaan obat-obatan mungkin diperlukan dalam beberapa kasus, tetapi tidak cukup efektif jika tidak diimbangi dengan terapi non-farmakologis. Perubahan gaya hidup, seperti manajemen stres dan diet sehat, merupakan bagian penting dari pengobatan IBS. "Penting bagi pasien untuk memahami bahwa IBS dapat dikontrol dengan pengelolaan yang tepat. Kombinasi antara perubahan gaya hidup, diet, serta pengobatan yang sesuai bisa membantu pasien hidup lebih nyaman," jelas Dr. I Ketut Mariadi.
RS Siloam Denpasar Bali menawarkan layanan komprehensif untuk pasien IBS dengan konsep "one stop service", meliputi konsultasi dengan dokter spesialis gastroenterologi, pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi, program manajemen stres, dan panduan nutrisi dari ahli gizi. Fasilitas ini bertujuan untuk memberikan penanganan yang terintegrasi dan efektif bagi penderita IBS.
Kesimpulannya, Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan kondisi yang dapat dikelola dengan baik melalui kombinasi diagnosis yang tepat, perubahan gaya hidup, manajemen stres, dan jika diperlukan, pengobatan medis. Penting bagi penderita untuk memahami kondisi mereka dan bekerja sama dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup.