1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. BACKPACKER

3 Tradisi Terkenal di Kota Semarang yang Lestari Hingga Kini

Penulis : Rahmad

15 Mei 2019 19:24

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keberagaman tradisi adat.

Planet Merdeka - Ketika booking hotel di Semarang, apa yang pertama kali Anda bayangkan?, tidak sabar ingin mencicipi enaknya lumpia di kawasan Jl. Mataram?, Menilik sejarah di Museum Lawang Sewu? Atau menelusuri jejak budaya Tionghoa di Kelenteng Sam Poo Kong?. Kota ini memang memiliki banyak pilihan wisata sejarah dan wisata kuliner yang sayang untuk dilewatkan.

Selain jenis wisata tersebut, tahukah Anda bahwa Kota Semarang ternyata memiliki adat istiadat atau tradisi yang tidak kalah terkenal? Adat istiadat tersebut bahkan masih lestari hingga sekarang. Berikut 3 adat istiadat di Kota Semarang yang perlu Anda ketahui:

2 dari 5 halaman

1. Dugderan

Karnaval Dugderan, ribuan pelajar padati Simpang Lima Semarang (merdeka.com)

Dugderan adalah tradisi turun temurun yang dilakukan menjelang bulan suci Ramadan. Tujuannya, tidak lain adalah untuk menyambut datangnya bulan puasa. Ritual tradisional ini ditandai dengan pemukulan bedug, yang diikuti suara meriam bambu. Bunyi ‘dug dug der’ yang dihasilkan keduanya inilah, yang kemudian menjadi asal usul nama tradisi Dugderan.

Meski hanya dilakukan satu hari sebelum hari pertama puasa, ritual ini tetap disambut dengan antusias oleh masyarakat Semarang dan sekitarnya. Dari pagi hingga sore, masyarakat Semarang mengarak Warak Endog, yaitu sebuah boneka binatang raksasa berwujud kepala naga, badan buraq, dan kaki kambing.

Wujud Warak Endog tersebut merupakan bentuk perpaduan budaya masyarakat Cina, Arab, dan Jawa yang mendiami Kota Semarang. Warak Endog ini juga merupakan simbol kemenangan atau pahala bagi siapa saja yang menjaga kesucian bulan Ramadan.

3 dari 5 halaman

2. Nyadran

Peserta kirab saat mengikuti prosesi Gelar Budaya Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/2).

Tradisi tersebut yaitu ziarah kubur yang dilakukan pada bulan Ruwah. Pada momen ini, warga Semarang membersihkan makam dan mendoakan leluhur atau kerabat yang telah meninggal dunia. Tradisi nyadran ini biasa dilakukan secara pribadi maupun serentak satu dusun.

Jika menilik sejarah, tradisi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Majapahit, untuk memperingati wafatnya raja atau ratu. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh dan digantikan dengan Kerajaan Demak, ritual ini tetap ada. Namun, ditambah dengan sentuhan islam dan tidak hanya sebatas pada ziarah raja atau ratu saja.

4 dari 5 halaman

3. Popokan

Popokan merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Desa Sendang, Kecamatan Beringin. Salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Semarang. Tradisi yang diperingati pada hari jum’at kliwon di bulan Agustus ini, merupakan ritual lempar lumpur yang dilakukan oleh seluruh warga Desa Sendang.

Sebelum acara lempar lumpur berlangsung, warga lebih dulu membersihkan mata air atau sendang yang berada desa tersebut. Usai bersih-bersih sendang, warga melakukan sholat jum’at. Setelahnya, warga menggelar acara selamatan di rumah bayan (sebutan untuk pengurus kampung) sambil membawa makanan (ambeng) dan jajanan pasar.

Usai acara selamatan, ritual dilanjutkan dengan arak-arakan yang dimulai dari perbatasan desa. Arak-arakan ini diwarnai dengan berbagai kesenian daerah, seperti jatilan atau reog, wayang orang, hingga penampilan kesenian kreasi warga. Replika macan persembahan berada di barisan terdepan, memimpin arak-arakan.

Arak-arakan ini akan berakhir di tempat popokan, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh modin. Ritual ditutup dengan saling melempar lumpur. Bagi yang terkena lemparan lumpur, alih-alih marah, mereka justru senang. Karena apabila terkena lemparan lumpu tersebut, menandakan bahwa yang bersangkutan akan mendapatkan berkah yang melimpah.
5 dari 5 halaman

Jalan-jalan ke Semarang, jangan lupa untuk menyaksikan tradisi-tradisi leluhur tersebut.

Demikian 3 dari sekian banyak adat istiadat yang masih lestari di Semarang. Saat mengunjungi kota ini pada bulan-bulan di atas, jangan lupa untuk menyaksikan tradisi-tradisi leluhur tersebut.

Belum dapat hotel untuk menginap? Booking hotel murah di Airy saja. Tersedia berbagai pilihan hotel dengan harga yang ramah di kantong Anda. Bersama Airy, booking hotel jadi mudah, dompet aman, liburan pun tenang.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : rahmad

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya