1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

FPI Surabaya Beri Klarifikasi Tentang Aksi Pengepungan Mahasiswa Papua

Penulis : Moana

23 Agustus 2019 12:05

Terjadi aksi pengepungan mahasiswa Papua di Surabaya

Planet Merdeka - Sejumlah ormas menggeruduk Asrama Mahasiswa Papua yang berada di Jalan Kalasan, Tambaksari, Surabaya, Jumat (16/08/2019).

Peristiwa ini pun menjadi pembincaraan masyarakat di seluruh Indonesia. Peristiwa ini juga diduga memancing terjadinya kerusuhan di beberapa wilayah di Papua.

2 dari 19 halaman

Klarifikasi FPI

Sementara itu, Wali Laskar Front Pembela Islam (FPI) Surabaya Agus Fachrudin alias Gus Din pun mengakui ikut kerahkan massa pada aksi pengepungan tersebut.

Gus Din mengaku bahwa pihaknya ikut melakukan aksi protes di depan asrama tersebut lantaran kabar dugaan pembuangan Bendera Merah Putih oleh mahasiswa asal Papua tersebut. Gus Din mengatakan bahwa pihaknya menerima pesan dari Koordinator Lapangan aksi yang bernama Tri Susanti atau Susi.

"Kemarin itu memang banyak yang hadir karena menerima broadcast and undangan yang dikirim dari Mbak Susi, akhirnya ngumpul semua," katanya.
3 dari 19 halaman

Dapat pesan dari Tri Susanti

Gus Din mengungkapkan bahwa pesan itu diterimanya melalui grup. Pesan tersebut berisi informasi dan foto terkait dugaan pembuangan Bendera Merah Putih ke selokan yang ada di sekitar asrama tersebut.

"Terus Mbak Susi ngasih kabar ke kami semua bahwa ada aksi pembuangan bendera di selokan," ujarnya.
4 dari 19 halaman

Melakukan kroscek ke lokasi

Membaca pesan tersebut, pihak FPI berupaya memastikan langsung dengan mengerahkan anggota laskar FPI Surabaya untuk mengecek ke lokasi tersebut.

"Lalu fotonya di-share sama Mbak Susi Kemudian kami lakukan kroscek ke Kalasan," jelasnya.
5 dari 19 halaman

Hanya mengirim 5 orang

Gus Din mengaku bahwa hanya mengirimkan sekitar lima orang anggota FPI Surabaya untuk menghadiri undangan aksi yang dikomandoi Tri Susanti tersebut.

"Kemarin hanya 5 orang, akhirnya ngumpul semua. Makanya yang membawa atribut itu tidak banyak cuma hanya satu dua orang, yang lainnya kebanyakan pakai pakaian bebas," tuturnya.
6 dari 19 halaman

Banyak ormas yang datang

Menurut Gus Din, tak cuma FPI saja yang hadir memenuhi undangan tersebut. Namun, ada beberapa ormas di Surabaya yang juga datang mengikuti aksi tersebut.

"Iya ormas-ormas seluruh yang ada di Surabaya. Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI), juga ada Patriot Garuda juga ada Pemuda Pancasila juga ada kemudian Bonek, jumlahnya 100 lebih, iya kan namanya broadcast ya kami hadir semua," jelasnya.
7 dari 19 halaman

Mengenal Tri Susanti sebagai caleg Gerindra

Menurut Gus Din, Tri Susanti dalam aksi protes itu hanya menjadi koordinator lapangan. Gus Din mengenal sosok Tri Susanti sebagai caleg Partai Gerindra pada pemilu 2019 lalu. Ia mengaku tak tahu menahu mengenai keterkaitan antara undangan aksi yang disebar oleh Tri Susanti dengan perintah Gerindra.

"Kalau apakah Mbak Susi ada intruksi dari Gerindra, nah itu yang saya gak tahu," katanya.

8 dari 19 halaman

Gus Din: NKRI harga mati kuncinya

Gus Din menuturkan, tujuan dari keikutsertaan FPI Surabaya dalam aksi yang dikomandoi Tri Susanti hanya sebatas ingin meneguhkan kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"NKRI harga mati kuncinya," tegasnya.
9 dari 19 halaman

Berpendapat mahasiswa Papua belum sepenuhnya meneguhkan 'NKRI harga mati'

Gus Din pun menilai bahwa mahasiswa Papua masih belum sepenuhnya serius meneguhkan 'NKRI Harga Mati' sebagai prinsip hidup bangsa Indonesia.

"Ya intinya bawah aliansi mahasiswa Papua berkaca tahun tahun kemarin dia kan tidak mau bergabung dengan NKRI. Buktinya apa, berdasarkan aksi tahun kemarin malah mengibarkan bendera Bintang Kejora, terus ada pamflet isinya NKRI no referendum yes," lanjutnya.
10 dari 19 halaman

Berkaitan dengan perayaan kemerdekaan

Lebih lanjut, Gus Din juga menambahkan, aksi protes pekan lalu tak ubahnya sebagai satu di antara upaya untuk mengingatkan mahasiswa Papua mengenai perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 73 tahun.

"Makanya maksud awal kami hanya mendorong aparat ini loh asrama Papua ini Jangan sampai terulang seperti tahun kemarin. Coba dikasih tahu ini mau tanggal 17 Agustus harus mengibarkan bendera. Eh malah dadi dowo (malah jadi panjang -masalahnya -)," pungkasnya.
11 dari 19 halaman

FPI Surabaya tersinggung

Gus Din pun mengaku sangat tersinggung dan keberataan dengan pemberitaan dari sebuah situs media online yang cenderung menyudutkan FPI. Ia merasa pemberitaan yang dibuat oleh salah satu media yang disebutnya, cenderung bermuatan provokatif.

"Terkait masalah ini kami sebenarnya kami mau komplain, terutama pada media online itu. Dari berita media online itu yang akhirnya kami difitnah dan lain sebagainya," katanya.
12 dari 19 halaman

Judulnya provokatif

Gus Din juga menerangkan, dalam berita yang dimaksud FPI seakan menjadi aktor utama yang melakukan aksi protes tersebut.

"Wartawan dia mengambil foto anggota Laskar saya yang pakai jaket itu. Kemudian dia ngambil wawancara peserta aksi. Judulnya itu yang nadanya provokatif. Kurang lebih; ormas yang mengenakan atribut FPI menggeruduk asrama papua di Surabaya, kurang lebih itu," lanjutnya.
13 dari 19 halaman

Dikomen tokoh politik

Tak cuma itu, Gus Din juga menuturkan bahwa pihaknya merasa keberatan setelah berita tersebut belakangan direpost oleh akun media sosial beberapa tokoh politik di Jakarta.

"Dari situ akhirnya viral kemudian Abu janda ikut komen Guntur Romli juga komen," katanya.
14 dari 19 halaman

Mengikuti aksi pada hari Jumat

Ia menuturkan, massa FPI Surabaya hanya turut dalam aksi protes itu pada Jumat (16/08/2019) saja. Sementara itu, pada hari Sabtu (17/08/2019), pihaknya tak mengerahkan massa.

"Hari jumat. Kamisnya gak ada apa-apa. Puncaknya hari sabtu. Tapi sabtu kami iku acara Haul di Gresik, kami gak ikut," tuturnya.

Gus Din mengimbau, dugaan pembuangan bendera ke selokan, patut diusut oleh pihak Kepolisian.

"Ya seharusnya teman-teman polisi olah TKP dan memeriksa saksi gitu," tukasnya.
15 dari 19 halaman

Meminta polisi memproses pemberitaan terkait FPI

Namun ia mengungkapkan, pihaknya beserta beberapa ormas lainnya sempat dipanggil ke Mapolda Jatim, Selasa (20/08/2019) lalu. Dalam forum tersebut, Gus Din kemudian menyampaikan keluhannya kepada Kapolda Jatim dan Kapolrestabes Surabaya. Mereka merasa dirugikan karena telah difitnah dengan adanya pemberitaan yang menyudutkan FPI terkait dengan pemberitaan tersebut.

Ditambah lagi dengan adanya dua akun milik tokoh politik di Jakarta. Pihaknya meminta untuk hal tersebut bisa diproses hukum karena telah memviralkan pemberitaan terkait FPI tersebut.

"Saya ginikan, sebetulnya kami yang dirugikan pak, kami yang difitnah, kami minta ada 2 akun diproses. Ini yang diakun menonjol, bersumber berita online tersebut," pungkasnya.



16 dari 19 halaman

Korlap aksi pengepungan mahasiswa Papua di Surabaya minta maaf

Aksi kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Jayapura dan Sorong, Papua yang diduga buntut dari perlakuan terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang masih menjadi sorotan.

Terkait hal itu, Koordinator lapangan aksi organisasi masyarakat (ormas) yang menggeruduk dan mengepung asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Tri Susanti pun menyampaikan permintaan maafnya.
17 dari 19 halaman

Tri Susanti meminta maaf

Ia meminta maaf karena ada massa yang meneriaki kata-kata tak pantas dan berbau diskriminasi rasial kepada mahasiswa Papua yang ada di asrama tersebut.

"Kami atas nama masyarakat Surabaya dan dari rekan-rekan ormas menyampaikan permohonan maaf apabila ada masyarakat atau pihak lain yang sempat meneriakkan itu," kata Susanti ketika di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Selasa (20/08/2019).
18 dari 19 halaman

Berdalih ingin menegakkan bendera Merah Putih

Susanti pun kemudian menjelaskan bahwa kedatangannya dan massa ormas lain ke asrama mahasiswa Papua yang berada di Jl Kalasan, Surabaya itu karena ia mendengar kabar tentang adanya pengrusakan dan pembuangan bendera Merah Putih.

"Kami ini hanya ingin menegakkan bendera Merah Putih di sebuah asrama yang selama ini mereka menolak memasang. Jadi, ini bukan agenda yang pertama kali," ujar Susanti.
19 dari 19 halaman

Membantah betrokan dan teriakan rasis

Meskipun demikian, Susanti membantah jika massa ormas yang ia koordinir melakukan pengusiran terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan meneriakan kata-kata rasis.

"Kalau dibilang bahwa masyarakat Surabaya terjadi bentrok atau ada teriakan rasis, itu sama sekali tidak ada," kata Susanti.

Susanti juga mengatakan bahwa dirinya dan ormas lainnya di Surabaya berharap keadaan di Papua tetap kondusif dan tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat peristiwa di Surabaya tersebut.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya