1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

OPM Buka Suara Bertanggung Jawab atas Penyerangan Pekerja Trans Papua

Penulis : Moana

8 Desember 2018 10:53

31 pekerja jembatan tewas dibunuh KKB

Planet Merdeka - Indonesia dikejutkan dengan peristiwa tragis yang terjadi di Papua. Sejumlah pekerja jembatan di Nduga dan seorang anggota TNI tewas usai dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Sejumlah pekerja yang meninggal tersebut merupakan karyawan BUMN PT Istaka Karya. Pembunuhan 31 pekerja itu terjadi di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

2 dari 13 halaman

Beberapa pekerja sempat menyelamatkan diri

Ketika kejadian tersebut, ternyata 8 orang pekerja lainnya sempat kabur untuk menyelamatkan diri mereka. Yan Pieter mengatakan bahwa awalnya hanya 24 pekerja yang dibunuh di kamp pembangunan jembatan. Kemudian 8 orang lainnya melarikan diri ke rumah salah satu keluarga anggota DPRD.

“Informasinya 24 orang dibunuh di kamp. Lalu ada 8 orang yang sebelumnya berhasil menyelamatkan diri ke salah satu rumah keluarga anggota DPRD setempat. Kini informasinya 7 orang di antara mereka juga sudah meninggal dunia dan 1 orang berhasil melarikan diri,” ungkapnya.
3 dari 13 halaman

Salah seorang pekerja selamat sudah dievakuasi

Dan salah seorang pekerja yang selamat kemudian menceritakan kronologi pembantaian yang dilakukan oleh KKB. Ia adalah Jimmi Aritonang. Jimmi sendiri kini sudah dievakuasi oleh personel gabungan ke Wamena, Ibukota Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Jimmi sendiri merupakan satu dari banyaknya pekerja pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga yang tewas dibunuh oleh kelompok bersenjata di Papua.
4 dari 13 halaman

Tanggal 1 Desember 2018 pekerja memutuskan untuk tak bekerja

Jimmi pun kemudian menceritakan kronologi penyerangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata itu pada aparat. Menurut keterangannya pada tanggal 1 Desember 2018 seluruh karyawan PT Istaka Karya memutuskan untuk tak bekerja.

Menurut Jimmi hari itu bertepatan dengan adanya upacara peringatan yang diklaim sebagai HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPNOPM). Acara tersebut dilakukan oleh KKB dan dilanjutkan dengan upacara bakar batu bersama masyarakat.
5 dari 13 halaman

25 pekerja digiring dengan tangan terikat dan dikawal sekelompok orang bersenjata

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhamad Aidi pun kemudian menceritakan kembali keterangan yang diberikan oleh Jimmi. Dari keterangan Jimmi, Aidi mengungkap bahwa sekitar siang hari, beberapa orang dari kelompok bersenjata mendatangi kamp tempat para pekerja. Mereka kemudian menyuruh 25 orang pekerja untuk keluar kamp. Setelah itu mereka digiring menuju sebuah tempat dengan tangan yang terikat dengan kawalan orang-orang bersenjata.

“Sekira pukul 15.00 WIT, kelompok KKB mendatangai Kamp PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan berjumlah 25 orang keluar, selanjutnya digiring menuju kali Karunggame dalam kondisi tangan terikat dan dikawal sekitar 50 orang KKB bersenjata campuran standar militer,” ungkapnya.


6 dari 13 halaman

Dengan tangan terikat disuruh jongkok dan kemudian ditembaki

Dan pada tanggal 2 Desember 2018, seluruh pekerja kemudian disuruh berjalan kaki menuju ke bukit Puncak Kabo yang merupakan lokasi pembantaian. Dan ditengah perjalanan mereka kemudian disuruh membuat 5 saf dan berjalan dalam keadaan jongkok. Mereka pun kemudian girang-girang sambil menari-nari dan berteriak. Mereka kemudian secara sadis memberondong para pekerja tersebut dengan tembakan. Beberapa orang pekerja langsung tewas seketika. Namun, beberapa diantaranya berpura-pura mati.

“Tidak lama kemudian para KKB dalam suasana kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua. Mereka kemudian secara sadis menembaki para pekerja. Sebagian pekerja tertembak mati di tempat dan sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah,” ungkap Aidi, sebagaimana disampaikan Jimmi.
7 dari 13 halaman

Sempat melarikan diri, namun dikejar dan dibunuh

Setelah berhasil melakukan aksinya, KKB tersebut melanjutkan perjalanannya menuju bukit Puncak Kabo dan mereka meninggalkan para korban begitu saja. Dan dari beberapa korban yang ditembaki ada 11 orang yang berpura-pura mati. Dan mereka pun kemudian mencoba untuk melarikan diri.

Namun, sayangnya, KKB melihat mereka melarikan diri dan kemudian mengejar mereka. Beberapa orang kemudian tertangkap dan tewas di tangan mereka, namun 6 orang lainnya berhasil melarikan diri.

“Namun malangnya, mereka terlihat oleh KKB sehingga mereka dikejar. Lima orang tertangkap dan dibunuh oleh KKB (meninggal di tempat), enam orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua. Dua orang diantaranya belum ditemukan, sedangkan empat orang diantaranya, termasuk saksi Jimmi Aritonang, selamat setelah diamankan oleh anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet di Mbua,” ungkapnya.
8 dari 13 halaman

Menyerang pos TNI dan salah satu anggota gugur

Beberapa orang KKB kemudian pada tanggal 3 Desember 2018 sekitar pukul 05.00 WIT mendatangi Pos TNI 755/Yalet. Pos itu merupakan tempat Jimmi dan teman-temannya berlindung. Mereka pun melakukan penyerangan, hingga salah satu anggota TNI yakni Serda Handoko ditembak dan gugur.

“Rupanya mereka tetap melakukan pengejaran. Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah Pos sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet, Serda Handoko membuka jendela, lalu ditembak dan meninggal dunia,” tambah dia.
9 dari 13 halaman

Komandan pos memilih untuk mundur

Sebenarnya saat itu, para anggota TNI sempat melawan dengan tembakan. Namun, karena situasi yang tak memungkinkan, komandan pos tersebut pun memutuskan untuk mundur. Dan selain Serda Handoko yang gugur, salah seorang anggota yakni Pratu Sugeng, juga mengalami luka tembak di lengannya.

“Saat itu anggota di pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak dari jam 05.00 WIT hingga 21.00 WIT. Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada 4 Desember sekitar pukul 01.00 WIT, Danpos memutuskan untuk mundur mencari medan perlindungan yang lebih menguntungkan. Saat itulah salah seorang anggota, Pratu Sugeng, tertembak di lengan,” ujar Aidi.
10 dari 13 halaman

TPNPB-OPM mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa pembantaian tersebut

Dilansir dari BBC News Indonesia, ada 28 orang pekerja di lokasi kejadian. Para pekerja itu terdiri dari mereka yang bertugas di jembatan Yigi dan kantor lapangan, sementara sebagian lagi merupakan pekerja di jembatan Karunggame dan salah seorang staf Dinas Pekerjaan Umum.

Atas kejadian tersebut, Kelompok bernama Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengaku bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pembantaian para pekerja pengerjaan proyek Trans Papua tersebut.
11 dari 13 halaman

Diunggah ke akun Facebook

Hal itu terlihat dari postingan akun Facebook TPNB pada hari Rabu, 5 Desember 2018 lalu. Namun, meskipun begitu tak diketahui secara pasti apakah itu dikelola langsung oleh anggota kelompok separatis tersebut atau bukan.

"Ya benar Operasi di Kali Aworak, Kali Yigi, Pos TNI Distrik Mbua, kami yang lakukan dan kami siap bertanggung jawab penyerangan ini," tulis akun tersebut mengutip pernyataan kepala kelompok mereka yakni Komandan Operasi KODAP II Nduga, bernama Pemne Kogeya.
12 dari 13 halaman

OPM mengatakan bahwa semua pekerja adalah anggota TNI

Mereka juga mengaku bahwa selama 3 bulan terakhir telah memantau semua pekerja. Menurut pantauan mereka, para pekerja itu bukanlah masyarakat sipil melainkan adalah aparat militer/ TNI.

"Sebagian besar pekerja adalah anggota TNI ... hampir semua orang tahu itu," ujar juru bicara OPM, Sebby Sambom.

Sebby juga mengaku bahwa pihaknya sudah sempat meminta agar pembangunan dihentikan, namun, ternyata pembangunan jalan Trans Papua tetap dilanjutkan, dan permintaan mereka tak dihiraukan.

13 dari 13 halaman

Tak ada satu orang pun anggota TNI

Namun, terkait pernyataan Sebby tersebut, Kodam XVII Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi memberikan bantahannya. Aidi mengatakan bahwa tak ada satu pun anggota TNI yang menjadi pekerja proyek tersebut. Menurut keterangannya, PT Istaka Karya tak pernah meminta bantuan dari anggotanya untuk menjaga keamanan selama pengerjaan proyek tersebut.

"Tanpa melalui proses tanya, segala macam, tetap diasumsikan, diduga itu TNI sehingga dibantai. Sekarang orangnya masih ada yang hidup, silakan saja cek orangnya, apa benar dia TNI?" ungkapnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya