1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Fakta-fakta Warga Ponorogo yang 'Mengungsi' ke Malang karena Isu Hari Kiamat Sudah Dekat

Penulis : Moana

14 Maret 2019 09:40

52 KK di Ponorogo hijrah ke Malang

Planet Merdeka - Publik dikejutkan dengan adanya kabar tentang 52 KK Dusun Krajan, Desa Watubonang, Ponorogo, yang berbondong-bondong pindah ke Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka pindah dari Ponorogo ke Malang karena terhasut dengan isu bahwa hari kiamat sudah dekat. 

Mereka rela meninggalkan kampung halamannya dan hijrah ke Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahi Mubtadiin (MFM) Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka melakukan hal itu untuk menghindari kiamat.

2 dari 13 halaman

Membawa cukup banyak bekal

Dalam 'hijrahnya' itu para warga tersebut membawa banyak bekal. Dan jumlahnya pun cukup banyak mencapai 5 kwintal. Bukan hanya itu, diantara mereka juga ada yang membawa binatang ternak seperti kambing serta ada pula yang membawa sayur mayur.

Bahkan diantara mereka ada yang rela menjual rumah serta tanahnya yang berada di Ponorogo. Hal itu mereka lakukan agar mereka bisa hijrah dari Ponorogo ke Malang. Dalam hijrahnya itu mereka mengajak serta anak dan istrinya.
3 dari 13 halaman

Disertai dengan isu potong tangan

Bukan hanya bekal mereka saja yang membuat banyak orang tercengang, melainkan di balik kabar tersebut juga disertai dengan isu potong tangan anak untuk dijadikan santapan. Kabar itu menyebut bahwa anak-anak diharuskan memotong tangan adiknya untuk menjadi santapan makanan.

Selain isu tersebut, beredar pula sebuah informasi yang menyebutkan bahwa Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahi Mubtadin’ (MFM) Malang yang menjadi tempat hijrah mereka itu telah mengajarkan beberapa hal yang dianggap melenceng dari Alquran dan hadits.
4 dari 13 halaman

Banyak ajaran melenceng

Ponpes tersebut dijadikan tempat pengungsian karena mereka menyakini bahwa ia bisa selamat jika pindah ke tempat itu.

Ponpes tersebut juga dianggap memberikan doktrin yang tak sesuai dengan Alquran dan sunnah. Hal itu mulai dari isu kiamat yang dibilang sudah dekat, tentang perang hingga kemarau panjang yang akan terjadi.
5 dari 13 halaman

Menjual aset dan beli senjata tajam

Ada pula informasi lain yang menyebut bahwa para jamaah tersebut diminta untuk menjual semua asetnya dan menyetor ke pondok.

Parahnya lagi ada informasi tentang senjata tajam yang dijual dengan harga yang cukup fantastis yakni sebesar Rp 1 juta. Benda tajam berupa golok itu dijual untuk kepentingan perang.
6 dari 13 halaman

Pernyataan Kapolres Batu

Sementara itu pihak Kepolisian Resort Kota Batu melalui Kapolresnya AKBP Budi Hermanto mengatakan bahwa kabar tersebut tidaklah benar dan hanya sebuah berita bohong alias hoax.

"Pihak kami telah mengumpulkan beberapa pihak untuk mengklarifikasi informasi tersebut. Proses klarifikasi itu dilakukan dengan mengundang semua pihak terkait ke Polres Batu," ujar Budi Hermanto pada Rabu (13/3) sore di Mapolres Batu.

Terkait hal itu, Kapolres juga melakukan kerja sama dengan Muspika, Pemkab Malang, MUI, NU, FKUB, termasuk anshor, untuk meluruskan informasi yang beredar saat ini. Pasalnya diketahui bahwa banyak anak dari Kabupaten salah satu Provinsi di Jawa Timur yang juga menjadi santri di pondok tersebut.
7 dari 13 halaman

Pernyataan Bupati Ponorogo

Sementara itu Bupati Ponorogo sendiri yakni Ipong Muchlissoni juga membenarkan kepindahan puluhan warga Ponorogo ke Kasembon, Kabupaten Malang. Ipong mengatakan bahwa warganya pindah ke Ponpes MFM karena isu kiamat yang sudah dekat. Ipong juga mengatakan bahwa jika mereka tinggal di Ponpes tersebut maka tak akan terkena dampak dari kiamat.

“Mereka percaya akan ada kiamat dan kalau di pondok itu enggak ikut kiamat,” tandas Ipong.
8 dari 13 halaman

Informasi yang beredar menimbulkan ketakutan

Lebih lanjut Budi Hermanto mengatakan bahwa hal yang paling mengerikan adalah tentang kabar anak-anak kelas 5 SD jika terjadi musim paceklik, mereka diharuskan untuk memotong tangan adiknya guna dijadikan santapan makanan. Budi Hermanto kemudian mengatakan bahwa informasi tersebut telah menimbulkan ketakutan di masyarakat

"Informasi-informasi yang telah beredar tersebut sangat meresahkan dan menimbulkan ketakutan di masyarakat, bahkan di lingkungan ponpes lainnya," ujar Budi Hermanto.


9 dari 13 halaman

Pihak kepolisian lakukan penyelidikan

Terkait hal itu, pihak kepolisian kemudian melakukan proses penyelidikan yang akan dilakukan secara internal. Pihak kepolisian juga akan melihat dari sisi oknum-oknum yang sudah menyebarkan informasi tersebut sehingga membuat masyarakat resah.

“Dan ini juga merugikan ponpes sendiri. Yang jelas kita informasikan klarifikasi di awal ini agar isu yang beredar tidak semakin melebar,” pungkas kapolres.
10 dari 13 halaman

Camat Kasembon berikan bantahan

Sementara itu, Camat Kasembon Kabupaten Malang, Hendra Trijahjono memberikan bantahan akan hal tersebut. Hendra mengatakan bahwa di ponpes tersebut memang ada beberapa jemaah yang mondok disana menjelang datangnya bulan Ramadan.

Bahkan Hendra mengatakan jika peningkatan jemaah itu sudah biasa terjadi setiap tahunnya.
11 dari 13 halaman

Meminta klarifikasi dari pihak ponpes

Hendra juga mengatakan bahwa pihaknya juga sudah meminta klarifikasi langsung kepada pimpinan ponpes tersebut.

"Musyawarah Pimpinan Kecamatan di Kasembon sudah mengklarifikasi langsung kepada Gus Muhammad Romli, pemimpin Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang, kemarin. Pesantren itulah yang akan didatangi puluhan warga Ponorogo," ujar Hendra.


12 dari 13 halaman

Klarifikasi dari pimpinan Ponpes

Dari penuturan Gus Romli, Hendra mendapatkan informasi bahwa memang di ponpes tersebut terjadi peningkatan dalam jumlah jemaat yang datang, namun itu tak berkaitan dengan kabar kiamat.

"Gus Romli memang mengakui ada peningkatan jumlah jemaah, tetapi itu berkaitan dengan kegiatan keagamaan menjelang Ramadan, bukan karena fatwa kiamat sudah dekat," ujar Hendra.

13 dari 13 halaman

Sudah ada himbauan dan bantahan

Hendra juga menyebut bahwa di Ponpes itu sudah ada imbauan dan bantahan tentang fatwa kiamat sudah dekat. Menurutnya, ponpes tersebut juga berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang menganut ajaran Islam moderat Ahlusunah wal Jamaah.

"Aktivitas di pondok itu Ahlusunah wal Jamaah, juga ada tarekat-tarekat. Pondok ini mengakui masih di bawah naungan NU. Dan dia (Gus Romli) sosok yang mendukung NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia); Pancasila harga mati, tidak ada paham radikal," ujarnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya