1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Inilah 4 kasus Egianus Kogeya, pimpinan KKB yang bunuh 31 pekerja proyek Trans Papua

Penulis : Moana

10 Desember 2018 13:52

31 pekerja jembatan tewas dibunuh KKB

Minggu, 2 Desember 2018, Indonesia dikejutkan dengan peristiwa tragis yang terjadi di Papua. 31 orang pekerja jembatan di Nduga dan seorang anggota TNI tewas usai dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

31 pekerja yang meninggal tersebut merupakan karyawan BUMN PT Istaka Karya. Pembunuhan 31 pekerja itu terjadi di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

2 dari 11 halaman

TPNPB-OPM mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa pembantaian tersebut

Dilansir dari BBC News Indonesia, ada 28 orang pekerja di lokasi kejadian. Para pekerja itu terdiri dari mereka yang bertugas di jembatan Yigi dan kantor lapangan, sementara sebagian lagi merupakan pekerja di jembatan Karunggame dan salah seorang staf Dinas Pekerjaan Umum.

Atas kejadian tersebut, Kelompok bernama Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengaku bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pembantaian para pekerja pengerjaan proyek Trans Papua tersebut.
3 dari 11 halaman

Diunggah ke akun Facebook

Hal itu terlihat dari postingan akun Facebook TPNB pada hari Rabu, 5 Desember 2018 lalu. Namun, meskipun begitu tak diketahui secara pasti apakah itu dikelola langsung oleh anggota kelompok separatis tersebut atau bukan.

"Ya benar Operasi di Kali Aworak, Kali Yigi, Pos TNI Distrik Mbua, kami yang lakukan dan kami siap bertanggung jawab penyerangan ini," tulis akun tersebut mengutip pernyataan kepala kelompok mereka yakni Komandan Operasi KODAP II Nduga, bernama Pemne Kogeya.
4 dari 11 halaman

OPM mengatakan bahwa semua pekerja adalah anggota TNI

Mereka juga mengaku bahwa selama 3 bulan terakhir telah memantau semua pekerja. Menurut pantauan mereka, para pekerja itu bukanlah masyarakat sipil melainkan adalah aparat militer/ TNI.

"Sebagian besar pekerja adalah anggota TNI ... hampir semua orang tahu itu," ujar juru bicara OPM, Sebby Sambom.

Sebby juga mengaku bahwa pihaknya sudah sempat meminta agar pembangunan dihentikan, namun, ternyata pembangunan jalan Trans Papua tetap dilanjutkan, dan permintaan mereka tak dihiraukan.
5 dari 11 halaman

Pimpinan KKB Egianus Kogeya beri pernyataan

Pimpinan KODAP III Ndugama Egianus Kogeya memposting di akun facebook Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Dalam postingan tersebut, Egianus mengklaim jika dirinya bukan membunuh warga sipil yang bertugas sebagai pekerja proyek Trans Papua, melainkan, Egianus mengatakan jika yang mereka bunuh tersebut adalah aparat militer.

"Bukan warga sipil yang kami di tembak, tapi itu Anggora Militer murni TNI Dansipur (maksudnya mungkin Denzipur) dengan identitasnya lengkap dan 2 pistol sebagai barang bukti kami sita," kata Egianus.
6 dari 11 halaman

Egianus menyebut pasukan tak memakai seragam

Demi memperkuat pernyataannya, Egianus mengatakan bahwa para pekerja itu selalu menggunakan kode 55. Dan menurutnya itu hanya diketahui oleh aparat militer Indonesia. Dan itu adalah TNI, menurut pantauan dan pernyataan Egianus.

"Apa artinya 55? Mereka pekerja satuan Denzipur selalu pake kode 55. Ini hanya tentara Indonesia yang tau. Mereka itu TNI," kata Egianus
7 dari 11 halaman

Siap perang

Selanjutya Egianus mempertanyakan dan memohon pertanyaannya ini diteruskan kepada Presiden Joko Widodo, Panglima TNI dan Polri mengenai persenjataan yang dimiliki oleh militer Indonesia. Egianus menganggap bahwa TNI sangat berlebihan dalam menghadapi pihaknya dengan menggunakan peralatan canggih macam helikopter dan bom udara.
"Militer Indonesia berperang melawan negara mana? Sebab mereka berlebihan menggunakan peralatan perang yang canggih seperti Helikopter, BOM dari Udara serta serangan udara dan darat seakan-akan berperang melawan negara merdeka dengan peralatan militer yang setimpal. Kami siap perang darat saja di medan perang," tegasnya.

Egianus juga mengatakan bahwa dirinya siap perang berapapun jumlah anggota militer yang akan diturunkan. Dan Egianus kembali menegaskan bahwa dirinya siap perang di darat dengan menggunakan senjata api tanpa bantuan perlengkapan yang lain.

"Berapa pun militer Indonesia kirim kesini, kami siap lawan hanya senjata lawan senjata kamai punya medan perang disini," ungkap

8 dari 11 halaman

1. Penembakan di Bandara Kenyam

Selain kasus pembunuhan para pekerja PT Istaka Karya, sebelumnya Egianus juga sudah terlibat dalam beberapa kejahatan. Yang pertama adalah tepat pada tanggal 22 Juni 2018 lalu, Egianus dan kelompoknya diduga kuat telah menembaki Twin Otter Trigana Air.

Pesawat yang membawa 18 orang penumpang itu ditembaki sesaat sebelum mendarat di landasan Bandara Kenyam. Akibatnya, seorang Co-pilot Irena Nur Afdila harus mengalami luka pada tungkai kanannya. Hal itu karenaserpihan peluru tajam yang ditembakkan di sisi kanan pesawat mengenai tubuhnya.
9 dari 11 halaman

2. Penembakan Pesawat yang Angkut Pengamanan Pilkada

Dan yang kedua adalah penembakan terhadap pesawat yang membawa pengamanan pilkada serentak. Pada 25 Juni 2018, kelompok Egianus diduga menembaki pesawat Twin Otter Trigana Air yang saat itu disewa Brimob Polri.

Pasukan Brimob yang berjumlah 15 personel saat itu sejatinya sedang bertugas untuk mengamankan pilkada serentak. Dan akibat aksi tersebut, dua orang pun mengalami luka-luka.
10 dari 11 halaman

3. Pembunuhan 3 Warga dan 1 Anak Kecil

Yang ketiga, tepat pada 25 Juni 2018 lalu, Egianus diduga kuat telah membunuh 3 orang warga sipil. Bukan hanya itu, Egianus juga tega membunus seorang anak yang masih di bawah umur. Peristiwa itu terjadi di kompleks perumahan DPRD Nduga.
11 dari 11 halaman

4. Penyekapan dan Pemerkosaan Guru

Pada 3-17 Oktober 2018, Egianus dan kelompoknya menyandera 16 guru dan tenaga medis yang bertugas di Mapenduma, Nduga, Papua. Belasan guru SD YPGRI 1 Mapenduma disandera selama 14 hari oleh Egianus dan kelompoknya, sebelum akhirnya dapat dibebaskan oleh polisi.

Tak hanya disandera, Egianus dan kelompoknya juga dengan tega memperkosa seorang guru. Sementara itu menurut penuturan Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Nduga , Fredik Samuel Bapundu menyatakan kelompok Egianus mencurigai para guru dan tenaga kesehatan tersebut sebagai aparat keamanan yang menyamar.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya