Hasil Penyelidikan Polisi Atas Meninggalnya Paskibraka, Aurellia Qurrota Aini
Penulis : Moana
14 Agustus 2019 11:26
Seorang Paskibraka meninggal dunia
Planet Merdeka - Seorang anggota Paskibraka Kota Tangerang Selatan, Aurellia Qurrota Aini meninggal dunia pada Kamis (01/08/2019) lalu. Aurellia meninggal dunia usai pulang dari menjalani latihan Paskibraka.
Dalam keadaan yang lelah, Aurellia sempat bercerita tentang buku diary yang dimilikinya. Menurut Aurellia, buku diarynya dan milik empat orang temannya dirobek oleh seniornya ketika latihan Paskibra.
Hasil penyelidikan polisi
Sementara itu, Kapolres Tangerang Selatan, AKBP Ferdy Irawan menyatakan tentang dugaan kekerasan yang diterima gadis 16 tahun tersebut selama latihan Paskibraka. Ferdy pun menggelar ekspos hasil penyelidikan atas meninggalnya Aurellia.Didampingi Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra dan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto, Ferdy pun membeberkan hasil penyelidikannya. Dari hasil penyelidikan itu diketahui bahwa Aurellia tak mengalami penganiayaan atau tindakan kekerasan.
"Dari hasil penyelidikan yang kami lakukan, keterangan sudah kita rangkaikan semua. Kita belum menemukan adanya aksi penganiayaan atau tindakan kekerasan yang dialami oleh almarhum," jelas Ferdy.
Berbeda dari keterangan yang sempat disampaikan oleh orang tua Aurellia
Sementara itu, orang tua Aurellia sebelumnya pernah mengatakan bahwa selama pelatihan, putrinya itu pernah mengalami kontak fisik seperti tamparan dan cubitan. Terlebih lagi, Aurellia sempat dipaksa untuk makan kulit jeruk ketika pelatihan.Namun, Ferdy mengatakan bahwa pihaknya tak mendapatkan keterangan tersebut ketika melakukan penyelidikan atas kasus meninggalnya Aurellia ini.
Tindakan untuk meningkatkan kedisiplinan
Ferdy memaparkan bahwa para calon Paskibraka hanya diberikan materi pelatihan fisik seperti push up, lari dan squat jump. Tindakan itu digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan anggota Paskibraka."Tindakan untuk meningkatkan disiplin itu dilakukan oleh pelatih dari PPI, dalam rangka meningkatkan ketahanan fisik. Seperti melaksanakan lari, push up, dan pembinaan fisik lainnya, seperti push up, lari, kemudian, ada juga beberapa yang diperintahkan untuk squat jump," paparnya.
Tak sesuai dengan hasil penyelidikan
Ferdy kembali menegaskan, pemberitaan yang beredar selama ini yang disebutnya seolah-olah menyebut penyebab kematian Aurellia karena kekerasan tersebut ternyata tak sesuai dengan hasil penyelidikannya."Artinya, belum kita temukan adanya keterangan dari saksi-saksi yang menyatakan adanya tindakan penganiayaan terhadap siswi atau almarhum ini," jelasnya.
Orang tua Aurellia diundang ke Pemkot
Sementara itu, pihak Pemkot Tangerang Selatan telah mengundang orang tua Aurellia untuk melakukan mediasi. Orang tua Aurellia diundang oleh Walikota Airin untuk datang ke kantor Pemkot Tangerang Selatan.Di kantor Pemkot, tidak hanya Wali Kota dan orang tua Aurel, melainkan hadir juga Kapolres Tangsel, AKBP Ferdy Irawan, Pemerhati Anak, Kak Seto, perwakilan Dispora, Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel dan pelatih militer Paskibraka. Ketika ditanya mengenai pertemuan tersebut, Wakil Walikota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie mengatakan bahwa itu adalah proses mediasi.
"Ya mediasi, atau nggak tahulah istilahnya seperti apa, monggo silakan," ujar Benyamin.
Semua pihak menyampaikan beberapa hal
Benyamin mengatakan, dalam pertemuan itu, semua pihak menyampaikan pendapatnya. Meskipun demikian, Benyamin tak bisa memberikan keterangan lebih lanjut tentang mediasi yang dilakukan tersebut."Iya semua pihak menyampaikan tadi, orang tuanya menyampaikan, Pak Kapolres menyampaikan, Kak Seto menyampaikan, saya juga menyampaikan langkah-langkah yang sudah ditempuh kemarin," ujarnya.
Menyerahkan pada pihak kepolisian
Terkait, penyebab kematian Aurellia, Benyamin menyerahkan kelanjutan kasus tersebut ke pihak kepolisian yang melakukan penyelidikan."Entar jelasnya sama Pak Kapolres," ujarnya.
Walikota Tangerang Selatan sampaikan permintaan maaf
Benyamin juga mengatakan, Walikota Airin juga menyampaikan permintaan maafnya kepada orang tua Aurellia atas meninggalnya gadis berprestasi tersebut."Ada tadi unsur minta maaf, Bu Walikota langsung, menyampaikan permintaan maaf kepada kedua orang tua, dan menyampaikan pesan juga kapada Paskibra untuk dilakukan perbaikan, dan meminta kepada saya, katakanlah, ya bukan memimpin perubahan di PPI gitu, tapi ya memonitor perubahan perubahan, nanti Dispora yang ke depan," paparnya.
KPAI tanyakan kejelasan kasus meninggalnya Aurellia
Sementara itu, di sisi lain pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong agar pihak kepolisian dapat mengungkap kasus meninggalnya Aurellia tersebut. Dan pihak KPAI juga tengah menggali informasi lebih lanjut tentang meninggalnya Aurellia."Tentu kasus ini sudah menjadi atensi nasional menjelang tanggal 17, tentu publik bertanya-tanya, ini ada apa belum bisa diungkap. Nah itu salah satu tujuan kami menanyakan itu," ujar Komisioner KPAI, Jasra Putra.
Sudah melakukan koordinasi
Jasra juga mendorong agar pihak kepolisian segera merilis hasil penyelidikan kasus meninggalnya Aurellia tersebut. Karena diketahui bahwa pihak kepolisian sudah meminta keterangan dari 30 orang yang berkaitan langsung dengan kasus tersebut."Dan saya sudah berkoordinasi dengan Kasat Reskrim terkait perkembangan-perkembangan itu, tapi tentu ini harus dirilis ke publik, biar nanti publik tahu," ujarnya.
Peringatan bagi kepala daerah
Bagi KPAI, kasus Aurellia ini menjadi sebuah peringatan bagi kepala daerah lain yang sedang melakukan pembinaan kepada calon Paskibraka (Capaska) yang akan menjadi pengibar bendera pada upacara kemerdekaan 17 Agustus mendatang."Dan menjadi warning juga kepada pemerintah daerah yang bekerja dengan anak dan mengkarantinakan anak di kabupaten kota atau provinsi, di manapun untuk melihat dan memperhatikan aspek-aspek perlindungan anak termasuk bagaimana kode etik berhadapan dengan anak. Termasuk senior berduaan di tempat sepi, ini kan kode etik," jelasnya.
KPAI usul latihan dilakukan oleh TNI
Jasra juga meminta pihak Pemkot Tangerang Selatan untuk menjadikan ini sebagai sebuah bahan evaluasi terkait dengan pelatihan Paskibraka. Salah satunya, Jasra meminta agar pihak TNI ikut serta dalam melatih Paskibraka."KPAI meminta pelatih paskibra dilakukan oleh TNI, cek kesehatan pada pagi dan setelah selesai latihan terhadap pasukan 8, 17 bahkan kalau perlu 45, serta perhatian terhadap asupan gizi," kata Jasra.
TNI dianggap lebih profesional
Alasan KPAI mengusulkan pelatih paskibraka dari anggota TNI karena aparat keamanan negara tersebut dinilai lebih profesional untuk melatih dan membimbing para calon Paskibraka."Ya karena lebih profesional. Kita lihat, tindakan yang dilakukan seniornya AQ sekarang? Kan seperti itu hasilnya," jelas Jasra.
Pihak Pemkot harus lakukan perbaikan
Pihak KPAI juga telah berkoordinasi dengan Airin dan Benyamin serta perangkat dinas terkait guna melakukan perbaikan tersebut."KPAI juga menyampaikan beberapa hal terkait peristiwa kejanggalan meninggalnya AQ. Termasuk tanggung jawab Pemda Tangerang Selatan. Dalam hal ini wali kota Tangsel dan jajarannya," ucap Jasra.
Menyampaikan rasa duka
Dari pertemuan itu, didapat bahwa Airin telah menyampaikan duka mendalam atas kasus meninggalnya Aurellia tersebut. Jasra pun mengatakan bahwa pihak Pemkot belum menyampaikan permintaan maafnya."Ya cuma begitu saja, menyampaikan duka mendalam. Minta maaf pun belum ada," imbuh Jasra.
Terus pertanyakan perbaikan sistem paskibraka
Selanjutnya, tim monitoring dan evaluasi dari KPAI akan terus menanyakan langkah-langkah tanggung jawab Pemkot Tangerang Selatan ihwal perbaikan sistem penyelenggaraan Paskibraka Tangerang Selatan."KPAI bakal terus menanyakan soal perbaikan pelatihan paskibraka ini. Soalnya ini sudah genting, dan harus diputus rantai kematian ini. Jangan sampai ada AQ yang lainnya lagi," pungkas Jasra.
Senior dianggap terlalu berlebihan
Lebih lanjut, Jasra mengatakan bahwa senior yang melatih Aurellia dianggapnya terlalu berlebihan dan latah. Informasi itu diperoleh Jasra dari orang tua Aurellia beberapa waktu yang lalu."Selama pelatihan yang diikuti almarhumah, banyak informasi yang diperoleh almarhumah bahwa senior yang melakukan latihan kepada AQ (berlebihan dan latah)," jelas Jasra.
Disuruh lakukan push up dengan tangan mengepal
Jasra menceritakan, bahwa Aurellia diminta oleh para seniornya untuk melakukan push up kepal yang seharusnya tak boleh dilakukan oleh perempuan, memakan jeruk dengan kulitnya, dan lari setiap hari sambil menggendong ransel yang diisi pasir tiga kilogram."Ditambah tiga liter air minuman, memberikan tugas mencatat ulang 22 hari selama latihan, serta melakukan review informasi dalam buku diary merah-putih yang dirobek oleh senior, juga tindakan menampar," imbuh Jasra.
Keluarga ikhlas
Bahkan selain latihan fisik, senior Aurellia juga sering meminta para juniornya untuk berenang. Namun, lebih lanjut, Jasra mengatakan bahwa orang tua Aurellia tak menuntut secara hukum atas kasus meninggalnya sang putri."Keluarga mengikhlaskan kepergian AQ," ucap Jasra.
Keluarga minta pihak Pemkot lakukan evaluasi
Kendati demikian, kalau pihak berwajib meminta keterangan, maka keluarga Aurellia akan siap memberikan informasi yang diperlukan oleh aparat."Selanjutnya, keluarga juga meminta Pemda Tangerang Selatan dalam hal ini wali kota dan jajarannya harus melakukan evaluasi total agar tidak terjadilah AQ lainnya menjadi korban," tutur Jasra.
Beberapa barang bukti diserahkan
Sejauh ini, kata Jasra, tim penyidik Jatranas Polda Metro Jaya dan Polres PPA Tangerang Selatan masih terus menggali informasi dari keluarga dan menyerahkan beberapa barang bukti yang dimiliki oleh Aurellia."Di antaranya handphone, tas ransel selama latihan, dan buku diary yang dimiliki AQ," pungkas Jasra.
Walikota dan jajarannya harus beri bertanggung jawab
Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pertanggungjawaban dari Walikota Tangerang Selatan dan seluruh jajarannya atas meninggalnya Aurellia. Ketua KPAI, Susanto mengatakan bahwa pihak Pemkot harus bertanggung jawab."Pemda Tangerang Selatan, khususnya wali kota dan seluruh jajarannya harus bertanggung jawab atas kematian AQ," ucap Susanto.
Tuntutan KPAI
Tuntutan KPAI tersebut berdasarkan dari peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 65 Tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Kegiatan pasukan Paskibraka. Pada Pasal 1, lanjutnya, menjelaskan bahwa pedoman dan atau Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Kegiatan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka."Yang selanjutnya itu disebut Paskibraka bagi pemerintah dan pemerintah daerah serta pemangku kepentingan untuk menyeleksi putra-putri terbaik di seluruh wilayah Indonesia sebagai paskibraka," imbuh Susanto.
Mengacu pada Peraturan Menpora
Karenanya, KPAI dengan tegas meminta agar pihak Pemkot Tangerang Selatan bertanggung jawab atas kematian Aurellia setelah menjalani latihan Paskibraka."KPAI dengan tegas meminta Pemda Tangerang Selatan harus tanggung jawab. Karena peraturan Menpora ini mengatakan seperti itu," ujarnya.
KPAI melakukan monitoring
Sejak 2 Agustus 2019, KPAI pun terus melakukan monitoring dan Evaluasi (Monev) serta takziah di kawasan Tangerang Selatan."Tim kami menemui keluarga orang tua AQ dan memberikan pendampingan agar keluarganya kuat dalam menghadapi kematian AQ," ucap Susanto.
Dikenal sebagai sosok yang ceria
Menurut keluarganya, kata Susanto, Aurellia dikenal sebagai sosok anak yang ceria, pintar, dan sehat serta tidak ada mengalami sakit sebelumnya."Selama dua jam melakukan pembicaraan dengan keluarga, AQ ini merupakan anak yang cerdas, pintar, dan sehat menurut pihak keluarganya," pungkasnya.
Dipaksa makan kulit jeruk
Siswi kelas XI MIPA 3 SMA Al Azhar BSD, Tangerang Selatan ini meninggal dunia setelah dirinya pulang dari latihan Paskibraka. Ayah Aurellia, Farid Abdurrahman (42) mengatakan bahwa putrinya itu kerap mendapatkan hukuman dari para seniornya. Aurellia sempat mengaku bahwa dirinya dipaksa untuk memakan kulit jeruk oleh para seniornya tersebut."Aurel pernah cerita kalau dia dipaksa makan kulit jeruk oleh oknum seniornya itu," ujar Farid.
Bandingkan dilatih TNI dengan para seniornya
Menurut Farid, hukuman yang diterima oleh Aurellia itu berawal dari hal yang sepele. Yakni mengenai tulisan di buku diary milik sang putri. Menurut Farid, putrinya itu sempat bercerita mengenai latihan bersama TNI dan para seniornya."Anak saya itu curhat di buku diary dan dibaca oleh seniornya. Aurel menulis kalau dia lebih suka dilatih Paskibra dengan TNI dibandingkan oleh senior - seniornya ini," ucapnya.
Hukumannya berbahaya
Selain itu, Aurellia juga dihukum untuk melakukan squat jump atau bending oleh para seniornya. Menurut Farid, hukuman yang diberikan oleh senior anaknya itu sangat membahayakan. Menurutnya, hukuman itu sudah tak diperbolehkan lagi. Hal itu diketahui Farid lantaran dirinya adalah seorang Purna Paskibra."Setelah disuruh makan habis kulit jeruk, Aurel dihukum disuruh bending oleh seniornya itu. Tahun 1998 squat jump ini sudah tidak dibolehkan, karena bisa merusak syaraf," kata Farid.
Dihukum 5 kali lipat
Lebih parahnya lagi terjadi kekerasan yang dialami oleh Aurellia yakni Farid menyebut bahwa putrinya itu menjadi korban penamparan. Bahkan para seniornya juga menghukum Aurellia karena dianggap kelebihan berat badan."Aurel dihukum sampai lima kali lipat. Misalnya lari satu keliling lapangan ini harus menjadi lima kali. Mereka menghukum Aurel karena anak saya ini kata oknum senior itu kelebihan berat badan," ungkapnya.
Terdapat luka lebam
Farid pun menyayangkan kejadian ini bisa terjadi. Ditambah lagi, ketika jenazahnya dimandikan, tubuh Aurel tampak lebam - lebam. Di sekujur tangan Aurellia terdapat lebam."Terdapat bekas lebam di sekujur tangannya," papar Farid.
Buku diarynya dirobek
Buku diary tersebut diketahui telah ditulis oleh Aurellia selama 22 hari sejak latihan pertamanya di Paskibraka. Menurut Aurellia kepada sang ayah, buku itu dirobek usai para seniornya mengoreksinya. Setelah disobek, Aurellia harus menyalin buku tersebut dalam waktu dua hari."Ini salah satu bentuk psikologis yang luar biasa kalau menurut kami mengakibatkan down mental dan fisik. Akhirnya dia jam satu mencoba bangun untuk nulis lagi, nggak bisa selesai," kata Farid.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana
-
Tungguin Presiden Salat Jumat, Ibu Negara Iriana Joko Widodo Duduk Santui Di Emperan Masjid
-
Tidak Percaya Dengan Eksekutif, Anggota Dewan Siramkan Air Mineral Lalu Baku Hantam
-
Awan Dengan Warna Pelangi Antara Tajub Dan Heran
-
Misteri Jodoh, Abang-Abang Ternyata Pernah Jumpa Istri Pertama Kali Sebelas Tahun Yang Lalu Saat KKN
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Generative AI dan hubungannya dengan masa depan SEO
18 Juni 2023 20:26
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.