1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Ketika Pantura Jadi Seperti Radiator Springs

Penulis : CakOpik

21 Juli 2016 13:22

Riwayat Radiator Springs ini bisa dikatakan mirip dengan kondisi sejumlah kota dan spot persinggahan di sepanjang jalan pesisir pantai utara (Pantura) Pulau Jawa.

Bicara tentang Jalan Pantura mengingatkan saya pada film animasi Cars (2006) yang menceritakan tentang petualangan sebuah mobil balap Lightning McQueen saat tersesat di kota kecil bernama Radiator Springs. Bagi yang pernah menonton film ini pasti paham.

Radiator Springs, dalam film tersebut digambarkan sebagai sebuah kota kecil yang indah: dia memiliki batu-batuan merah, tebing dengan hiasan air terjun serta savana dan gurun. Kota kecil ini didirikan oleh mobil uap bernama Stanley pada 1909 di Route 66. Pada waktu itu, Route 66 menjadi satu-satunya jalur penghubung antar kota di Amerika Serikat; mulai dari Los Angeles, California, Chicago hingga Illinois.

Bagi para musafir, Radiator Springs ini benar-benar populer, sampai-sampai hampir semua mobil selalu singgah saat lewat di sana, ada yang menginap di cottage, mampir berbelanja onderdil, mengisi tangki bahan bakar atau sekadar rehat menikmati alam. Kondisi seperti itu tidak berubah setelah Stanley meninggal. Radiator Spring masih tetap ramai, ekonomi warga kotanya juga terus menggeliat: cottage terisi, jasa bengkel tak pernah sepi, penjual bensin dan oli juga ramai.

Namun kondisi berubah seratus delapan puluh derajat ketika pemerintah membangun Interstate 40 (jalan tol pengganti Route 66) di dekat Radiator Springs pada awal 1960-an. Akibatnya lalu lintas di Route 66 tak lagi diminati. Semua mobil lebih memilih menggunakan jalan tol ketimbang berlama-lama melewati akses jalan sempit dan berkelok-kelok panjang di Route 66.

Singkat cerita, pengunjung Radiator Springs terus berkurang. Kota kecil legendaris itu semakin ditinggalkan dan dilupakan sampai-sampai denyut kotanya nyaris mati. Bahkan ada salah satu adegan sendu dalam film ketika para penghuni Kota Radiator Springs--di tengah keputusasaan--harus berdiri di pinggir jalan menunggu mobil singgah di kota mereka.

Riwayat Radiator Springs ini bisa dikatakan mirip dengan kondisi sejumlah kota dan spot persinggahan di sepanjang jalan pesisir pantai utara (Pantura) Pulau Jawa, seperti di Palimanan, Pamanukan, Losarang dan Cirebon. Sebelum Jalan Tol Trans Jawa (Palimanan-Kanci hingga Pejagan) dibangun, Jalur Pantura ini menjadi salah satu jalur paling ramai sebab menjadi akses 'kunci' penghubung Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah sampai Jawa Timur.

Bayangkan saja, pada hari-hari biasa jumlah kendaraan melintas di jalur ini mencapai 20 hingga 30 ribu kendaraan berbagai ukuran, belum termasuk motor. Bahkan di puncak musim mudik lebaran jumlahnya mencapai 70 ribu kendaraan dengan ukuran beragam, baik mengangkut penumpang ataupun barang.

Menjadi masuk akal bila kemudian banyak orang berbondong-bondong membuka usaha di sepanjang jalan ini, misalnya rumah makan, pom bensin, panti pijat, penginapan sampai membuka toilet umum berbayar. Itu usaha permanen, belum lagi usaha warung atau kedai kopi dadakan. Artinya, Jalur Pantura benar-benar berimbas bagi laju pertumbuhan ekonomi warga di sana.

Namun sejak Tol Trans Jawa dibangun, jalur peninggalan Kolonial Belanda yang dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Herman Willem Daendels pada 1808 ini menjadi sepi. Jalur Pantura tak lagi dilirik pengendara mobil. Mereka lebih memilih menggunakan akses jalan tol ketimbang lewat Jalur Pantura, meskipun harus membayar.

Sebenarnya sudah banyak artikel mengulas gejala seperti ini. Termasuk ketika ada peralihan lalu lintas ke jalan tol yang berimbas pada merosotnya pendapatan ekonomi warga di sepanjang Jalur Pantura, misalnya ketika pemilik rumah makan mengeluh omzetny turun, begitu juga dengan pemilik pom bensin serta angkutan umum.

Artinya, di satu sisi akses tol ini dianggap menolong dan mempermudah akses pengguna jalan, tapi di sisi lain dianggap mematikan ekonomi warga di sepanjang Jalur Pantura. Agar tidak seperti warga kota Radiator Springs tadi, seharusnya selain fokus pada pembangunan infrastruktur jalan tol, pemerintah juga memperhatikan ekonomi masyarakat kecil di sepanjang Jalur Pantura tadi.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : cak-opik

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya