1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Kisah cintanya legendaris, ini cara Habibie 'tembak' Ainun hingga momen haru ultah pernikahan terakhir

Penulis : Queen

12 September 2019 10:41

BJ Habibie meninggal

Kabar duka, Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie meninggal dunia, hari ini Rabu (11/9/2019). Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Ia meninggal pukul 18.05 WIB.

Habibie meninggal di usia 83 tahun. Mensesneg menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari.

2 dari 20 halaman

Kabar itu disampaikan anak Habibie

Kabar meninggalnya Habibie juga dipastikan putra Habibie, Thareq Kamal Habibie. Menurut Thareq Kemal Habibie, ayahnya wafat karena faktor usia dan masalah pada jantungnya.

"Karena penuaan itu, organ-organ tubuh mengalami degradasi, menjadi tidak kuat lagi, jantungnya menyerah," kata Thareq Kemal.
3 dari 20 halaman

Kepergian Habibie meninggalkan kisah cinta legendaris

Kepergian Habibie meninggalkan kisah cinta sejati dengan almarhum, Hasri Ainun Habibie. Pasalnya, keduanya seperti tak terpisahkan hingga maut menjemput.

Selain kiprahnya yang mengharumkan nama bangsa, BJ Habibie juga lekat dengan kisah cintanya dengan mendiang istri, Hasri Ainun Habibie. Ainun Habibie telah dipanggil Yang Maha Kuasa pada 22 Mei 2010 lalu, di Klinikum Großhadern, München, Jerman.

Berikut 8 fakta mengenai kisah cinta Habibie dan Ainun, dikutip dari Kompas.com :
4 dari 20 halaman

1. Habibie awalnya tak tertarik Ainun

Agustus 217 lalu, BJ Habibie menceritakan perjalanan cintanya dengan Ainun secara ekslusif dalam acara "Rosi Spesial Kemerdekaan: Habibie, Kemerdekaan dan Cinta" di Kompas TV. Dikutip dari Kompas.com, pada awalnya, Habibie mengaku sama sekali tak tertarik dengan Ainun meski saat itu banyak laki-laki naksir pada Ainun.

"Kalau pun saya naksir (saat itu), belum tentu dia mau," ujar Habibie kepada pembawa acara, Rosiana Silalahi.

Jawaban Habibie mengundang tawa hadirin dalam acara tersebut. Ainun merupakan putri dari teman orang tua BJ Habibie. Habibie juga dekat dengan ayah Ainun sejak berusia 12 tahun. Saat itu, ia mengaku datang kepada ayah Ainun karena memiliki banyak pertanyaan.

"Bapaknya Ainun pintar banget," tuturnya.

Habibie termasuk yang datang dari keluarga tak berada. Para laki-laki yang mendekati Ainun hampir semuanya memiliki mobil atau merupakan anak menteri dan pejabat negara. Sedangkan ayah Habibie saat ia kuliah sudah meninggal dunia. Sehingga, ibunya harus banting tulang menjalankan usaha katering untuk membiayai Habibie sekolah.

5 dari 20 halaman

2) Kedekatan Habibie dan ayah Ainun

Kedekatan Habibie dengan ayah Ainun bahkan kerap dimanfaatkan kawan-kawan Habibie. Mereka yang naksir pada Ainun dan kakak Ainun ingin datang, namun takut pada ayah Ainun yang galak. Mereka kemudian mengajak Habibie dan menghampiri Ainun dan kakaknya saat ayahnya tengah asyik ngobrol dengan Habibie.

"Saya bicara saja, dia senang ketemu saya. Sudah bicara gitu, anak-anak itu masuk pacaran dengan Ainun atau kakaknya itu urusan mereka," tutur Habibie.

6 dari 20 halaman

3) Kesamaan Habibie dan Ainun


Habibie dan Ainun rupanya memiliki satu kesamaan. Saat duduk di bangku SMA, keduanya dicap oleh guru ilmu pasti sebagai siswa paling muda di kelas namun sama-sama cerdas. Adapun Ainun satu angkatan lebih muda dari Habibie.

Dicap sama-sama pandai, guru tersebut kerap mengatakan jika Habibie dan Ainun menikah pasti memiliki anak-anak yang juga cerdas. Kerap dijodoh-jodohkan, Habibie merasa malu. Sebab, ia tak tertarik dengan Ainun.

"Saya tidak ada alasan karena saya tidak interest," ucap dia.

7 dari 20 halaman

4) Habibie kerap mengejek Ainun

Karena kerap dijodohkan seperti itu, ia juga suka mengejek Ainun dengan sebutan gendut dan jelek.

"Saya bilang, 'Jawa, gendut, jelek. Kamu kok hitam kayak gula Jawa'," kata Habibie.

Meski begitu, Ainun tak pernah marah dipanggil dengan sebutan-sebutan itu.

"Ya hebatnya Ainun, dia enggak marah. Karena dia enggak marah, itu yang namanya Habibie malu," ucapnya.

8 dari 20 halaman

5) 'Dijodohkan' Ibunda


Tak sampai satu tahun Habibie mengenyam pendidikan di Institut Teknokogi Bandung (ITB), ia melanjutkan pendidikan ke Jerman. Sewindu tak bertemu Ainun, ia pulang ke Tanah Air.

Ibunda Habibie kemudian mengajaknya ke rumah Ainun. Habibie sempat malu karena sempat menyindir Ainun dengan sebutan "gendut, hitam dan jelek". Padahal, keluarga Ainun sangat baik padanya. Ternyata ibu Habibie khawatir anaknya memadu kasih dengan perempuan Eropa.

"Ibu saya punya program sendiri. Yaitu si Rudy (panggilan Habibie) daripada ketemu orang-orang bule dan dia gitu (pergaulannya)," kata dia.

Pada saat itulah Habibie kembali bertemu dengan Ainun. Ia sempat kaget melihat Ainun yang lebih cantik daripada Ainun yang dikenalnya sebelumnya.

"Ainun, cantiknya. Kok gula Jawa jadi gula pasir," ucap Habibie.

9 dari 20 halaman

6) Cara Habibie "Nembak" Ainun


Dalam buku "Habibie dan Ainun" yang ditulisnya, Habibie menceritakan momen pertama kali dirinya mengungkapkan isi hati kepada Ainun. Dikutip Kompas.com, momen tersebut terjadi pada 9 Maret 1962, malam hari Raya Idul Fitri.

Habibie awalnya ingin mengajak Ainun untuk menonton film di bioskop. Namun, cuaca Bandung, saat itu cerah. Habibie juga mengajak Ainun berjalan kaki, ke mana saja.

"Saya ajak Ainun berjalan kaki dari rumah di Jalan Rangga Malela ke Kampus Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sekarang ITB, melewati bekas sekolah kami di Jalan Dago dan kembali ke Rangga Malela," tutur Habibie dalam bukunya.

Kurang lebih satu jam berjalan kaki, Habibie bertanya,

"Ainun, maafkan sebelumnya, jikalau saya mengajukan pertanyaan yang mungkin dapat menyinggung perasaanmu. Saya tidak bermaksud mengganggu rencana masa depanmu. Apakah Ainun sudah memiliki kawan dekat?"

Ainun terdiam. Habibie mengulangi pertanyaannya. Saat ini, ia menambah kalimatnya dengan penekanan pentingnya ketulusan mengemukakan isi hati kami, apa adanya.

Ainun masih terdiam.

Ia kemudian menghentikan langkah dan menatap mata Habibie dalam-dalam.

Ainun menjawab, "Saya tidak memiliki kawan atau teman dekat dan khusus."

Habibie berdebar kencang mendengar kalimat Ainun. Mata mereka beradu. Saling menggetarkan hati sama lain, khususnya Habibie yang tujuh tahun memendam rindu bertemu Ainun karena harus bersekolah di Jerman. Tanpa disadari, waktu terus berlalu.

Masih di malam itu, langkah Habibie dan Ainun membawa kembali ke rumah Jalan Rangga Malela. Banyak tamu dan beberapa pemuda duduk di depan rumah. Mereka memperhatikan kedatangan Habibie dan Ainun.

"Sejak itu, saya secara batin tidak pernah berpisah dengan Ainun dan demikian pula Ainun dengan saya..."

Akhirnya, setelah melalui pendekatan dan saling jatuh cinta, Habibie dan Ainun menikah pada 12 Mei 1962.

10 dari 20 halaman

7) Pilihan Sulit Ainun Sebagai Istri Habibie

Dikutip dari harian Kompas, pada 8 Februari 1997 lalu, pernah mempublikasikan artikel mengenai kehidupan pernikahan yang dijalani Ainun bersama Habibie. Dilansir Kompas.com, saat menikah dengan Habibie, ia dihadapkan dengan dua pilihan.

Pilihan tersebut yaitu bekerja di rumah sakit anak-anak di Hamburg atau berperan dan berkarya di belakang layar sebagai istri dan ibu rumah tangga. Usai berdiskusi dengan suaminya, Ainun akhirnya memilih yang kedua.

Ainun berpandangan, yang lebih maju dan berpenghasilan lebih besar harus jadi penopang keluarga. Salah satu harus mengalah. Dalam satu keluarga tidak bisa ada dua kapten. Ainun yang melihat suaminya sangat energetik merasa ia sudah semestinya tak menghambat.

"Kalau orang energetik, kerjanya begitu keras, kompensasinya justru romantik, aleman... he loves such small gestures (ia lalu senang dengan perhatian-perhatian kecil). Karenanya, saya yang tahu sifatnya itu, harus menyesuaikan. Kalau orang menikah, `kan harus the big you and the small I," ujar Ainun seperti dikutip Solichin Salam dalam biografi BJ Habibie Mutiara dari Timur (1986).

11 dari 20 halaman

8) Sosok dalam keluarga


Salah satu hal yang terlihat dari pribadi Ainun adalah kesetiaannya dan memilih mengabdi untuk keluarga.

"Kalau istri banyak ngomel, rewel, dan cerewet, suami jadi tidak luwes bergaul. Akhirnya tidak bisa maju dalam pekerjaan. Sedapat mungkin suami harus bebas dari keruwetan rumah tangga agar bisa leluasa berpikir tentang pekerjaan," kata Ainun seperti dikutip dalam Mutiara dari Timur.

12 dari 20 halaman

9) Perayaan Ulang Tahun Pernikahan Terakhir

Usai Ainun wafat, Habibie menulis buku berjudul Habibie & Ainun. Buku tersebut menceritakan kehidupan cinta dan pernikahan mereka hingga Ainun wafat.

Lalu, buku itu diadaptasi ke layar lebar berjudul sama yang dirilis pada 20 Desember 2012 lalu. Salah satu petikan dalam buku tersebut yang menyentuh hati adalah kala mereka merayakan hari jadi pernikahan ke-48, seperti dikutip dari Kompas.com.

"Ainun, tahukah hari ini hari apa?" Habibie bertanya.

Ainun mengangguk.

"Hari pernikahan kita selama enam windu atau 48 tahun," ujar Habibie.

13 dari 20 halaman

10) Janji Ainun pada Habibie


Ainun kembali mengangguk sambil tersenyum. Memandang Habibie dengan wajah cerah, tetapi aura sedihnya tetap tidak dapat disembunyikan. Habibie kemudian mencium bibir Ainun sembari berbisik, "Saya selalu akan mendampingimu di mana pun kamu berada. Jiwa, roh, dan batin kita sudah menyatu dan manunggal sepanjang masa."

Ainun terdiam. Ia meneteskan air mata dan diiringi senyum. Demikian penggalan momen yang Habibie tuliskan dalam buku Habibie dan Ainun.

Momen itu terjadi pada Rabu, 12 Mei 2010, tepat pukul 10.00 WIB, di ruang ICCU, tempat Ainun dirawat. Tumor ganas terus menjalar dan menggerogoti kesehatan Ainun.

14 dari 20 halaman

11) Doa Habibie untuk Ainun


Habibie kemudian memanjatkan doa. Berikut kutipan doa itu :

"Terima kasih Allah, ENGKAU telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya. Terima kasih Allah, ENGKAU telah pertemukan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya. Terima kasih Allah tanggal 12 Mei 1962 ENGKAU nikahkan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya. ENGKAU titipi kami Bibit Cinta murni, sejati, suci, sempurna dan abadi. Sepanjang masa kami sirami titipanMU dengan Kasih Sayang, nilai Iman, Takwa dan Budaya. Kini 48 tahun kemudian, Bibit Cinta telah menjadi Cinta yang paling indah, Sempurna dan Abadi. Ainun dan saya bernaung di bawah Cinta milikMU ini dipatri menjadi manunggal sepanjang masa. Manunggal dalam Jiwa, Hati, Batin, Nafas dan semua yang menentukan dalam kehidupan. Terima kasih Allah, menjadikan kami Manunggal kami sepanjang masa. Berilah kami kekuatan mengatasi segala permasalahan yang sedang dan masih akan kami hadapi. Ampunilah dosa kami dan lindungilah kami dari segala pencemaran Cinta Abadi kami."
15 dari 20 halaman

12) Kalimat terakhir Habibie untuk Ainun

Kata demi kata Habibie diperhatikan betul oleh Ainun dan ia menganggukkan kepalanya setiap Habibie menyelesaikan kalimat per kalimat.

"Sambil mengelus kepala Ainun, kami ulangi bersama doa yang sebelumnya saya bisikkan di telinganya. Bibir Ainun bergetar memanjatkan doa kami, kata demi kata dengan mata air berlinang. Saya harus menahan diri dan dokter dan perawat yang kebetulan masuk ke kamar, diam dan penuh pengertian segera meninggalkan kami berdua," tulis Habibie.
16 dari 20 halaman

13) Habibie sempat benci semua anak


Saat Ainun meninggal dunia, Habibie mengaku sempat membenci semua dokter.

"Terus terang waktu Ainun meninggal, saya benci semua dokter. Semua dokter menurut saya gagal. Saya marah sekali," ujar Habibie dalam acara Rosi, dikutip dari Kompas.com.

Arlis Reksoprojo, seorang dokter yang juga sahabat Ainun, tak luput dari sasaran amarah Habibie saat itu. Habibie juga terus mempertanyakan mengapa tak seorang pun bisa menyelamatkan Ainun sehingga ia harus kehilangan istri tercintanya.

"Kasihan Arlis," tuturnya.
17 dari 20 halaman

13) Habibie minta maaf pada Profesor Arlis


Habibie mengaku juga sempat marah-marah kepada seorang profesor doktor asal Jerman yang merupakan guru besar nomor satu dalam bidang ilmu kedokteran. Arlis yang saat itu berada di sebelahnya sampai mengira Habibie gila.

Namun, beberapa bulan kemudian Habibie meminta maaf pada profesor tersebut. Kondisi Habibie juga dapat dipahami karena kehilangan Ainun.

"Saya minta maaf. Prof, maaf saya kurang ajar," ujar Habibie.

Mereka yang dimarahi Habibie mengaku sudah biasa menjadi sasaran amarah seseorang yang kehilangan keluarga atau kerabat dekatnya.

"Saya pikir, setiap orang yang kehilangan kawan atau bagian dari dirinya sendiri akan bereaksi seperti itu," kata Habibie.
18 dari 20 halaman

14) Habibie merasa bersalah Atas Kematian Ainun


Habibie mengaku menyalahkan dirinya sendiri atas kematian sang istri. Hal itu disampaikannya dalam acara "Rosi Spesial Kemerdekaan: Habibie, Kemerdekaan dan Cinta" di Kompas TV, 17 Agustus 2017 lalu.

Dilansir Kompas.com, awalnya Habibie mengungkapkan istrinya tak mengaku jika sudah mengidap kanker ovarium stadium 4. Ia juga memaksa Ainun untuk menjalani pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) hingga akhirnya mengetahui penyakit kanker yang diidap Ainun.

Begitu mengetahui ada kanker yang bersarang di tubuh Ainun, Habibie langsung menghubungi Kedutaan Besar Jerman agar disediakan visa, sebab ia hendak membawa Ainun berobat ke Muenchen, Jerman.

"Data Ainun paling lengkap di Muenchen," kenang Habibie.

Setelah mendapat visa, Habibie akhirnya menghubungi seorang profesor di Jerman untuk dimintai tolong mengobati Ainun. Lalu ia mencari tiket untuk berangkat ke Muenchen untuk enam orang.

Namun, ternyata tiket untuk berangkat ke Jerman telah habis. Ia lalu mengontak maskapai penerbangan Jerman, Lufthansa. Ternyata, ia juga kehabisan tiket.

Selang beberapa saat kemudian, Habibie dihubungi Lufthansa. Mereka mengatakan ada enam orang yang khusus memberikan tiketnya untuk keluarga Habibie.

"Saya tanya, itu orang Indonesia atau orang luar negeri? Mereka bilang itu orang luar negeri. Katanya mereka mau ngasih tiketnya untuk Pak Habibie. Lantas saya bilang saya ingin ucapkan terima kasih kepada mereka," tutur Habibie.

Habibie juga menceritakan keinginan Ainun yang tak mau meninggal dunia di luar negeri sebelum berangkat ke Jerman untuk berobat.

"Saya bilang siapa bicara mati. Yang tentukan orang mati adalah Tuhan. Tapi kasih tahu kendala sebelum berangkat, kok kenapa ini (jalan) terbuka semua, ini kan berarti sinyal dari atas, terus dia (Ainun) bilang oke saya nurut kamu (Habibie)," ujar Habibie.

"Maka kalau saya berhadapan dengan orang yang saya harus bantu (karena) dia sakit saya merasa terpukul kok saya bisa bantu orang lain, (tapi) istri saya tidak. Saya merasa bersalah," kenang Habibie lagi.
19 dari 20 halaman

15) Kisah Cinta Dijadikan Film



Kisah cinta Habibie dan Ainun pun diangkat ke layar lebar. Film pertama, "Habibie & Ainun", dirilis pada 2012. Kisah film pertama tersebut berfokus pada perjalanan cinta Habibie-Ainun.

Film kedua, "Rudy Habibie", merupakan film serial lanjutan yang dirilis pada 2016. Pada film itu, cerita akan berfokus pada masa muda Habibie. Tahun ini, rumah produksi MD Pictures memproduksi film ketiga.

Kisah Habibie dan Ainun akan dikemas dalam Habibie & Ainun 3. Dikutip dari Kompas.com, produser Manoj Punjabi mengatakan, film Habibie & Ainun 3 akan mengisahkan kehidupan Hasri Ainun Besari pada masa mudanya.

"Jadi apa bedanya? Permulaan mulai dari Habibie & Ainun yang adalah menurut saya Romeo and Juliet-nya kita semua. Kedua Rudy Habibie, kita bicarakan cerita perjalannya Pak Habibie dari masa mudanya, perjuangannya," kata Manoj saat jumpa pers di MD Place, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (4/4/2019).

"Sekarang kita akan angkat cerita Ainun di masa muda. Saya enggak akan panjang lebar. Soon kita akan first look tentang Habibie & Ainun 3," tambahnya.

Manoj bercerita, penulisan skenario film yang disutradarai oleh Hanung Brahmantyo itu memakan waktu hingga dua tahun. Sementara itu, tokoh Ainun akan diperankan oleh aktris sekaligus penyanyi, Maudy Ayunda. Film "Habibie & Ainun 3" ini rencananya akan dirilis Desember 2019.
20 dari 20 halaman

16) Dibuatkan monumen


Monumen Cinta Sejati Ainun Habibie di Kota Parepare, Sulawesi Selatan diresmikan oleh BJ Habibie, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’mang, dan Wali Kota Parepare Taufan Pawe di alun-alun Kota Parepare, Selawesi Selatan. Peresmian itu dilaksanakan pada 12 Mei 2015 lalu.

Dikutip Kompas.com, peresmian ini bertepatan dengan hari dan tanggal pernikahan Habibie dan Ainun.

“Monumen Cinta Sejati Ainun Habibie ini, dibuat untuk mengenang cinta sejati Habibie bersama Ainun, dan untuk menginspirasi warga Parepare. Selain itu Monumen Cinta sejati Ainun Habibie, ini adalah kado Pernikahan untuk Habibie di hari ulang tahun pernikahannya dengan Ibu Ainun," kata Taufan Pawe dalam sambutannya.

Rasa haru tak bisa disembunyikan pada wajah Habibie. Rasa gembira dan tawa khas terlihat saat ia bersama para kepala daerah saat menekan serine, pertanda Monumen Cinta sejati Ainun Habibie diresmikan.

“Saya minta setiap perayaan ulang tahun pernikahan kami (Ainun dan Habibie) dua Puisi karya saya sendiri dan karya Agus S Satos, yang saya dapatnya di Internet, untuk saya dan Istri,” kata Habibie dalam sambutannya.

Habibie berharap, monumen tersebut bisa menginspirasi warga Parepare untuk cinta terhadap istri dan suami mereka.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : queen

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya