1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Kisah gadis berhijab yang menjadi guru di sekolah Katolik

Penulis : mulan

19 Januari 2018 17:49

Martina tidak pernah diperlakukan berbeda selama mengajar.

Planet Merdeka - Seorang gadis berhijab, dikabarkan tengah mengajar di sebuah SMA Katolik di Banyuwangi. Nama gadis itu adalah Martina Puspita (25).

Diakuinya bahwa saat ini ia adalah menjadi salah satu tenaga pengajar di SMA Katolik Hikmah Mandala dari Yayasan Karmel Keuskupan Malang. Martina adalah guru Bahasa Indonesia.

Martina pun bercerita awal mula ia mendapat kesempatan untuk mengajar di sana. Ternyata Martina sebelumnya telah menamatkan pendidikan TK hingga SMA nya di sekolah tersebut.

Ayahnya adalah seorang sopir keuskupan Malang yang ada di Banyuwangi selama berpuluh-puluh tahun. Martina sengaja disekolahkan ayahnya di sana.

Martina menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang Islam dari lahir. Ayah dan ibunya juga Islam dan benar-benar berasal dari latar belakang keluarga Islam. Namun hal itu tidak menjadi masalah baginya untuk menamatkan pendidikannya di sekolah Katolik.

Usai lulus SMA tahun 2011, Martina dibiayai secara pribadi oleh kepala seoklah SMA Katolik Hikmah Mandala, Romo Tiburtius Catur Wibawa, untuk berkuliah. Martina pun berkuliah di Universitas Jember, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Memasuki semester ketiga, Martina memantapkan hari untuk menggunakan jilbab. Saat sedang menuntaskan skripsinya pada tahun 2015, Martina ditawari Romo Catur untuk membantu mengajar di SMA yang menjadi almamaternya tersebut. Martina sempat berkata pada Romo Catur bahwa dirinya kini berhijab. Namun balasan Romo Catur ternyata di luar dugaan.

Romo Catur mengatakan bahwa itu bukan jadi masalah. Silakan berjilbab, asalkan rapi. Martina pun menerima tawaran tersebut dan mulai mengajar di sana. Hingga tahun 2016 akhirnya ia pun lulus dan masih tetap mengajar di sekolah tersebut.

Curahan hati Martina, ia mengaku selama mengajar menggunakan hijab, tak ada masalah berarti yang dilaluinya. Ia bahkan diijinkan untuk salat pada waktunya dan telah disediakan ruangan tersendiri.

Martina tidak pernah diperlakukan berbeda selama mengajar. Justru ia memiliki kenangan tidak enak samasa kuliah. Pada saat teman-temannya tahu bahwa ia adalah lulusan SMA Katolik dan tidak berjilbab, teman-temannya menjauhinya. Banyak dari teman-temannya yang menganggap ia awalnya bukanlah seorang beragama Islam.

Romo Catur menambahkan, bahwa SMA Katolik Hikmah Mandala sudah seperti mini Indonesia baginya. Meski nama sekolah ini adalah SMA Katolik, namun guru-guru pengajarnya dari berbeda-beda latar belakang agama. Seperti Kristen, Hindu, dan Islam.

"Sekolah kita ini adalah miniatur Indonesia. Dan dari 650 karyawan, 110 karyawan kami adalah muslim. Di sekolah kami yang Madura juga ada yang berjilbab. Di sana ada 7 sekolah," jelas Romo Hudiono, ketua Yayasan Karmel Keuskupan Malang.

Bahkan saat ada yang melaksanakan ibadah haji dan izin selama 40 hari, pihak yayasan tidak mempermasalahkan. Romo Hudiono menjelaskan bahwa itu semua adalah perintah agama yang harus dijalankan, jangan dilarang-larang.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : mulan

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya