1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Mampu bongkar senapan dalam 32 detik, bocah 11 tahun asal Bogor direkrut ISIS

Penulis : Queen

19 Mei 2018 09:13

Hatf, bocah 11 tahun yang direkrut ISIS

Hatf Saiful Rasul berusia 11 tahun saat mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah untuk memperjuangkan Negara Islam. Ayahnya adalah seorang militan Islam yang sudah dijatuhi pidana.
Anak laki-laki tersebut mengunjungi ayahnya di sebuah penjara keamanan maksimum saat istirahat dari Ibnu Mas'ud, pesantrennya. Hal itu dikatakan Syaiful Anam mengungkapkan dalam esai 12.000 kata tentang putra (Hatf Saiful Rasul) dan agamanya yang dipublikasikan secara online.
"Awalnya, saya tidak merespons dan menganggapnya hanya lelucon seorang anak kecil tapi itu menjadi berbeda ketika Hatf menyatakan kesediaannya berulang kali."

2 dari 4 halaman

Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud, Bogor diduga sebagai sekolah penyalur 'mujahid'

"Hatf Saiful Rasul mengatakan kepada ayahnya beberapa teman dan guru dari Ibnu Mas'ud telah pergi untuk memperjuangkan Negara Islam dan "menjadi syahid di sana," tulis Syaiful Anam.
Anam setuju untuk membiarkan Hatf Saiful Rasul pergi, mencatat dalam esainya bahwa sekolah tersebut dikelola oleh "kawan yang berbagi ideologi kita".
Hatf Saiful Rasul pergi ke Suriah bersama sekelompok kerabat pada tahun 2015, bergabung dengan sekelompok pejuang Perancis. Reuters berbicara dengan tiga pejabat kontra-terorisme di Indonesia yang mengkonfirmasi bahwa anak laki-laki tersebut memang pergi ke Suriah.
Hatf Saiful Rasul adalah satu dari sekurang-kurangnya 12 orang dari pesantren Ibnu Mas'ud yang pergi ke Timur Tengah untuk memperjuangkan berdirinya negara Islam selama tahun 2013 dan 2016. Sedikitnya ada 18 orang lain terkait sekolah itu telah dihukum atau ditangkap karena rencana dan serangan militan di Indonesia, termasuk tiga serangan paling mematikan di Tanah Air dalam 20 bulan terakhir.
Jumadi, juru bicara Ibnu Mas'ud, membantah sekolah tersebut mendukung ISIS atau kelompok Islam militan lainnya, atau mengajarkan interpretasi ekstrim atau ultra-kekerasan terhadap Islam. Ibnu Mas'ud adalah satu dari sekitar 30.000 pesantren di seluruh Indonesia. Ia mengatakan Hatf belajar di Ibnu Mas'ud tapi dia tidak tahu tentang kepergian bocah itu ke Suriah. Ia juga mengakui tidak mengetahui adanya staf atau siswa yang bepergian ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, selain tiga guru dan satu siswa yang ditahan di Singapura pada 2016.
Mustanah, mantan mahasiswa yang dideportasi dari Irak pada bulan Agustus, telah mengatakan kepada polisi bahwa beberapa mantan siswa dari Ibnu Mas'ud telah melakukan perjalanan ke Suriah.
3 dari 4 halaman

Ibnu Mas'ud tidak terdaftar dalam Pondok Pesantren di Indonesia

Pesantren tersebut terletak di kaki Gunung Salak, Bogor. Sebuah gunung berapi yang tidak aktif, di desa Sukajaya, 90 km (55 mil) selatan ibu kota Indonesia, Ibnu Mas'ud terdiri dari kompleks ruang kelas, asrama dan ruang salat yang dapat menampung hingga 200 orang siswa dari sekolah dasar sampai SMP.
Menurut polisi dan pejabat pemerintah Indonesia, sebagian besar mendidik siswa dalam Islam dan mata pelajaran lainnya namun beberapa terkait dengan ekstremisme dan bertindak sebagai pusat rekrutmen. Kala itu, Kamaruddin Amin yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Islam di Kementerian Agama RI, mengatakan Ibnu Mas'ud tidak pernah terdaftar sebagai pesantren.

Pesantren memiliki akar yang dalam di Indonesia, beberapa abad yang lalu, saat mereka menjadi bentuk pendidikan utama bagi masyarakat miskin dan pedesaan. Bahkan ketika sistem pendidikan Indonesia yang dimodernisasi dan sekolah sekuler yang dijalankan pemerintah diperkenalkan, pesantren yang sangat pribadi tetap menjadi penting.

Amin, di Kementerian Agama RI, mengatakan kepada Reuters pada bulan Juli bahwa Kemenag sedang mengupayakan sebuah kebijakan baru untuk membakukan kurikulum di pesantren dan mengambil alih persetujuan mereka. Belum ada kebijakan yang diumumkan.

4 dari 4 halaman

Bocah 11 Tahun Mampu Bongkar Senapan Dalam 32 Detik

Anam, ayah Hatf Saiful Rasul, mengatakan kepada Reuters dalam tulisan tangan untuk menanggapi pertanyaan selama persidangan di Jakarta pada bulan Juli bahwa dia bangga dengan anaknya. Foto yang dilihat oleh Reuters, yang menurut Anam diambil di Suriah dan diposkan di media sosial oleh Hatf Saiful Rasul, menunjukkan anak laki-laki tersebut sedang makan dengan pria yang lebih tua.
Foto lain memperlihatkan bocah berwajah segar itu memegang senapan AK-47.
"Hatf Saiful Rasul bisa membongkar senapan dalam 32 detik," tulis Anam.
Dia juga mengeluarkan "pistol 9mm, 2 granat tangan, pisau komando dan kompas."
Anam juga dikabari bahwa Hatf Saiful Rasul selamat dari satu serangan udara, terpental ke udara akibat ledakan tersebut tapi hanya mengalami telinga berdarah dan gangguan pendengaran.
Pada tanggal 1 September 2016, dua bulan setelah ulang tahunnya yang ke 13, Hatf Saiful Rasul terkena serangan udara lain. Tak lama kemudian, kematian tiga orang Indonesia di dekat kota Jarabulus di Suriah diumumkan oleh ISIS.
"Mujahid kecil yang bahagia" sudah meninggal, tulis Anam dalam esainya, "tubuh kecilnya yang compang-camping hancur oleh bom".
"Saya tidak merasa sedih atau kehilangan, kecuali kesedihan yang terbatas seperti ayah yang ditinggalkan oleh anak tercintanya," kata Anam kepada Reuters dalam catatan yang dia berikan di persidangan.
"Sebaliknya, saya merasa bahagia karena anak saya telah mencapai kesyahidan, insya Allah."
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : queen

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya