1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Memilukan, Begini Kondisi Deretan Jasad 'Abadi' para Pendaki Gunung Everest yang Tewas dalam Pendakian

Penulis : Aleolea Sponge

5 Juli 2019 09:29

Deretan Jasad 'Abadi' para Pendaki Gunung Everest yang Tewas

Belakangan ini, berita tentang hilang atau meninggalnya pendaki di gunung-gunung di Indonesia sedang sedang ramai. Yang paling terakhir adalah hilangnya seorang remaja bernama Thoriq Rizki Maulidan di Gunung Ranggeno alias Gunung Piramid di Bondowoso, Jawa Timur.

Thoriq hilang pada Senin (24/6/2019) ketika turun dari puncak. Dia diduga jatuh di jurang di sekitar jalur turun. Berbicara tentang gunung yang selalu "memakan korban", Gunung Everest di Nepal adalah jagonya.

Kejadian terakhir di Gunung Everest terjadi pada Mei 2019 lalu. Gunung Everest tidak hanya bukti keagungan keindahan alam, tapi juga tempat menantang bagi para petualang.Karena risiko berbahaya, banyak pendaki yang datang tanpa pernah kembali lagi.

Berikut 5 kisah di antaranya:

2 dari 6 halaman

1. George Mallory dan Sandy Irvine (Inggris)

Pada 1924 George Mallory dan Sandy Irvine mendaki Everest dan kemudian hilang selama 75 tahun. Mayat Mallory ditemukan pada 1999, sedangkan Irvine masih belum diketahui keberadaannya.

3 dari 6 halaman

2. Maurice Wilson (Inggris)

Pada 1934 Maurice Wilson seorang mistikus, tentara Inggris dan pilot berencana menerbangkan pesawat ke lereng atas Everest dan kemudian mendaki ke puncak. Rencana ini tidak diperkenankan oleh pihak berwenang, Wilson kemudian terbang ke India dan mendekati Gletser Rombuk di Everest untuk mendaki dengan peralatan seadanya.

Belum terlalu jauh dia kembali dengan pergelangan kaki bengkok, buta, dan kelelahan. Dia ditemukan tahun 1935, ekspedisi itu terdokumentasikan dalam buku harian di dekat mayatnya.

4 dari 6 halaman

3. Karl Gordon Henize (Amerika)

Pada 1993 Karl Gordon Henize seorang profesor dan ilmuwan NASA mengambil cuti untuk mendaki Everest. Dia ingin menguji alat NASA untuk radiasi di tempat berbeda guna mempelajari efek pada jaringan tubuh manusia.

Namun pada hari kedua Henize mengalami kegagalan paru-paru, dia tidak dapat turun dari gunung dan meninggal pada ketinggian 18.000 kaki.

5 dari 6 halaman

4. Hannelore Schmatz dan Ray Genet (Jerman)

Pada 1979 Hannelore Schmatz bersama Ray Genet dalam perjalanan turun memutuskan untuk bermalam di camp dalam kantong tidur tanpa penutup kepala. Setelah terjadi badai salju, Ray meninggal karena hipotermia sedangkan Hannelore menyerah kelelahan hanya sejauh 330 kaki dari perkemahan.

6 dari 6 halaman

5. Francys Arsentiev (Amerika)

Pada 1998 Francys Arsentiev mendaki bersama suaminya, namun ketika suaminya berhenti di camp, Francys melanjutkan perjalanan sendiri tanpa suplemen oksigen. Sehari kemudian suaminya dengan membawa oksigen serta obat-obatan menemukan jasad istrinya telah membeku.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya