1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Kisah Miris Pelajar Bermukim Sendirian Di Gubuk Reyot, Ditinggal Ayah Ibu Semenjak Balita

Penulis : Yuli Astutik

9 April 2021 17:18

Planet Merdeka - Siti Nuraida (16) dan keponakan Asiyah (8) tinggal Kerala ditemui di rumah reyotnya di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021). Aida semenjak usia tiga tahun telah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia Serta ayahnya yang menikah lagi.  

Mengutip dari media lokal setempat, Siti Nuraida, siswi Kelas 10 SMK di Pandeglang Saat ini berumur 16 tahun.

Tetapi siapa sangka, Aida,-sapaan Nuraida, yeah bertahun-tahun hidup sendiri di sebuah rumah reyot di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Ketika dikunjungi terlihat rumah tersebut berukuran 6x8 meter persegi, dengan 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, ruang keluarga serta dapur.

2 dari 7 halaman

Tetapi , material rumah cuma terbuat dari kayu serta bilik bambu yang terlihat berlumut nan lapuk.

Rumah peninggalan nenek dari Aida itu pun miring serta hampir ambruk lantaran sejumlah pondasi rumah berbahan kayu tersebut telah lapuk.

Rumah pelajar bernama Siti Nuraida (16) di Desa Cimanggu, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Rabu (7/4/2021), tampak reyot dan lapuk. Aida semenjak usia tiga tahun yeah ditinggal ibundanya yang meninggal dunia serta ayahnya yang menikah lagi.

Ketika didatangi, kebetulan hujan turun dan beberapa genting rumah yang telah berlumut itu juga bocor. Rumah itu berwujud panggung rendah dengan lantai kayu serta bambu.

Melihat bagian dalam rumah, baik ruang tamu, ruang tidur maupun dapur, tak terlihat perabotan rumah tangga seperti lemari es maupun tempat piring serta gelas. Lemari pakaian pun cuma berbahan plastik.

Untuk memasak, Aida memakai tungku dengan bahan bakar kayu di pekarangan rumah.

3 dari 7 halaman

Kisah hidup Siti Nuraida bermula Kerala ibundanya meninggal sebab sakit yang diderita pada 2005, Kerala dirinya berusia 3 tahun.

Tak lama kemudian, ayahnya pergi meninggalkan rumah setelah menikah dengan wanita lain dan tak balik lagi,

Semenjak itu, ia cuma memperoleh perawatan dan kasih sayang dari kakak perempuannya yang belum beranjak dewasa serta saudara yang juga tinggal bertetangga.

4 dari 7 halaman

Dan ketika berusia 13 tahun ataupun masuk sekolah SMP, kakak perempuannya memutuskan menikah serta mengharuskan tinggal bersama suami di wilayah lain, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.

Semenjak itu, ia mulai hidup mandiri. Untuk makan sehari-hari, kadang ia memasak sendiri. Namun, ia juga kerap makan di rumah saudaranya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.

5 dari 7 halaman

Dan pada awal 2021 atau tiga bulan lalu, Aida memperoleh tanggung jawab baru. Sang kakak perempuannya bercerai dan memutuskan merantau bekerja di Jakarta.

Sang kakak menitipkan anaknya bernama Aisyah yang masih berusia 8 tahun kepadanya. Aida kini duduk di kelas 10 di SMK Cimanggu, sedangkan keponakannya bersekolah di SDN 1 Cimanggu.

"Tinggal sejak kecil di sini sejak 2005. Ibu saya sudah tidak ada sejak saya berumur tiga tahun. Ayah saya sudah meninggalkan saya sejak masih kecil, kawin lagi," kenang Aisyah.
6 dari 7 halaman

Sang kakak memberikan uang Rp800 ribu setiap bulan untuknya. Aida pun berusaha mengatur uang dengan jumlah tersebut untuk mencukupi kebutuhan hidup dan sekolah mereka berdua.

Seringkali uang kiriman dari sang kakak datang terlambat serta memaksanya menahan lapar.

Aida tak mau mengeluh meskipun uang kiriman itu kurang mencukupi dan kadang datang terlambat. Sebab, ia tidak ingin menyusahkan sang kakak yang tengah berjuang bekerja untuk mereka berdua.

"Kalau biaya hidup saya dikasih uang sama kakak saya yang sedang kerja di Jakarta. Dikirim Rp 800 ribu sebulan untuk kebutuhan sekolah dan makan," ungkapnya.
7 dari 7 halaman

Keluarga Aida pernah menawarkan Aida buat tinggal di rumah mereka. Tetapi, Aida memilih tinggal di rumahnya yang reyot itu karena merasa nyaman di rumah sendiri.

Sekarang, besar harapan Aida memperoleh bantuan dari pemerintah daerah setempat untuk perbaikan rumahnya.

Air hujan kerap kali masuk masuk ke dalam rumah kedalam rumah Akbar genting bocor menjadi hal lumrah terjadi di rumah Aida.

Tetapi, ia kerap waswas dengan keselamatan dirinya dan keponakan atas keadaan rumah yang ditinggali ini.

"Harapannya sih bisa dibongkar, karena takut tinggal di sini dalam keadaan ini. Apalagi kalau hujan kencang terkadang takut saja," ucapnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : yuli-astutik

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya