1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Miris, Selama 7 Tahun Wanita Ini Diikat dan Dicekoki Obat Gangguan Jiwa

Penulis : Moana

17 Agustus 2017 09:37

Sani bukan hanya cerdas dalam pelajaran, tapi ia juga pandai bermain musik

Planet Merdeka - Beberapa hari yang lalu, di China dihebohkan dengan kisah hidup seorang gadis memilukan yang bernama Sani (nama samaran).

Kisah hidupnya menarik perhatian banyak orang sampai dimasukkan ke dalam berita lokal yang berjudul "Aku Masuk Ke Sekolah Pilihan, Tapi Mati Di Tangan Keluargaku"

2 dari 6 halaman

Dalam artikel itu dikatakan, Sani dilahirkan dari sebuah keluarga tidak bahagia. Hubungan papa-mamanya tidak rukun, dari kecil Sani selalu dimarahi orangtuanya. Di balik keterbatasan itulah Sani menjadi anak yang kuat, gigih, dan tekun.

Setelah lulus sekolahnya ia melanjutkan ke Universitas Wuhan, lulus dengan nilai gemilang dan dapat bantuan subsidi dari guru.

Dilanjutkan dengan S2 ke universitas bergengsi di Hongkong. Karena ia adalah wanita yang cerdas, ia mencoba untuk daftar ke Universitas Klagenfurt Austria dan mendapat beasiswa penuh.

Sani bukan hanya cerdas dalam pelajaran, tapi ia juga pandai bermain musik, jago dalam berolahraga, pokoknya ciri-ciri wanita yang sempurna idaman banyak pria.

Namun mirisnya, kehidupan tidak selamanya berjalan mulus, kadang di atas kadang di bawah. Sebelum ia mempersiapkan beasiswanya ke Austria, kehidupannya berubah drastis seketika.

3 dari 6 halaman

Orangtuanya membujuk Sani untuk tidak pergi melanjutkan sekolahnya ke luar negeri dan parahnya lagi mereka mengancam Sani untuk masuk rumah sakit jiwa.

Sani memohon dan karena tidak ada jalan lain ia berhasil kabur ke Austria dengan bantuan dana dari pamannya. Pamannya memberi sumbangan untuk uang tiket pesawat, asrama, dan uang hidup sampai ia lulus nanti.

Selama awal semester kehidupan baru Sani di Austria berjalan baik, tapi tibanya di akhir semester kelulusan masalah satu per satu datang mengguncang hidup Sani.

Penglihatan Sani mulai kabur, ia jadi sering sakit-sakitan. Karena alasan inilah orangtua Sani mengambil kesempatan untuk membawa Sani balik ke China.

Orangtuanya berjanji setelah Sani balik ke rumah mereka akan merawatnya dan membelikan ia piano agar Sani betah di rumah.

4 dari 6 halaman

Karena kesehatannya yang makin lama makin menurun sampai menyebabkan gangguan mentalnya, akhirnya kedua orangtuanya membawa Sani ke rumah sakit jiwa.

Dokter pun mendiagnosa Sani terkena gangguan bipolar (gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa depresi)

Setelah Sani dirawat beberapa hari di rumah sakit tersebut, segala cara orangtuanya telah lakukan.

Sani diikuti terapi electroconvulsive, diberi minum banyak obat-obatan bahkan bisa sampai 10 tabet sehari. Mengenaskan..

Ada satu kali di mana Sani yang hanya bisa terbaring di kasur, ia teringat bahwa sahabatnya akan ulang tahun sebentar lagi

Ia kangen sahabatnya dan ingin pergi bertemu, tapi apa daya dia tidak bisa melakukan apa-apa, akhirnya ia hanya bisa nangis.

Ayahnya yang liat dia nangis bukannya menghiburnya malah langsung membawa dia ke rumah sakit untuk pemeriksaan.

5 dari 6 halaman

Kehidupan tragis Sani dalam artikel tersebut pantas menghebohkan seluruh warga China,

lantas orang penasaran dan bertanya-tanya siapa identitas gadis itu sebenarnya.

Setelah diselidiki terdengar kabarlah nama asli Sani adalah Ma Fei Ran.

6 dari 6 halaman

Ketika diwawancara Ma Fei Ran berkata, "Saya tidak merasa saya punya gangguan jiwa, yang gila itu orangtua saya!"

Dia bercerita bahwa ayahnya mendapat telepon dari rumah sakit yang menyatakan Ma Fei Ran terkena gangguan jiwa.

Jadi pihak rumah sakit menegaskan orangtuanya untuk menyuruh anaknya balik ke negaranya dan mendapat perawatan khusus.

Namun dokter telah memberikan bukti berupa hasil pemeriksaan ulang kesehatan Ma Fei Ran, dan memberikan perawatan rawat jalan, tanpa perlu menetap tinggal di sana.

Ma Fei Ran mengaku sehari-hari ia terbaring diikat di kasur rumahnya sambil dipaksa untuk menjalani pengobatan akupuntur dan diberikan obat Olanzapine yang sesuai dengan resep dokter.

Jadi pada akhirnya, apa benar Ma Fei Ran mengalami gangguan jiwa?

Apa mungkin ia sendiri tidak sadar akan penyakitnya atau mungkin ini sekedar penganiayaan dari orangtuanya?

Kasus ini sampai sekarang masih terus dievakuasi oleh pihak berwenang.

Semoga kasus ini bisa cepat terselesaikan, biar cepat terungkap kebenarannya.




Sumber

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya