1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Nasib Seorang Bocah Pelajar di MTS Terpaksa Jadi Kuli Bangunan Demi Beli HP Buat Belajar Online

Penulis : Ronz

10 Agustus 2020 14:39

Gaji kecil yang Ia dapatkan dikumpulkan sedikit demi sedikit agar bisa membeli ponsel.

Planet Merdeka - Nasib memperihatinkan seorang bocah di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah rela bekerja menjadi kuli bangunan.

Gaji kecil yang Ia dapatkan dikumpulkan sedikit demi sedikit agar bisa membeli ponsel. Supaya dia bisa mengikuti pelajaran jarak jauh yang diterapkan pemerintah di masa pandemi Covid-19.

Kerja jadi kuli bangunan di rumah tetangga dilakukan lantaran Catur Feriyanto, yang tinggal bersama kakaknya selalu terlambat mengumpulkan tugas sekolah.

"Tidak punya HP tidak bisa belajar, jadi kerja biar bisa beli HP," aku Catur seperti dilansir Liputan6.com, Minggu (09/08/2020).

2 dari 3 halaman

Uang buat beli HP

Layaknya kuli bangunan lain, Catur juga bekerja mengaduk campuran bangunan yakni semen dan pasir serta mengangkat genting. Saat ditanya apakah lelah bocah kecil itu mengaku tetap semangat demi barang yang diinginkan.

"Tidak apa-apa. Biar bisa beli HP," tambahnya.

Selama ini tugas sekolah baru bisa dikerjakan Catur setelah pukul 21.00 WIB setelah meminjam ponsel milik kakaknya.

"Siang tidak bisa kerjakan tugas. Bisanya malam, pinjem HP dari mbak (kakak). Jadi kerja biar dapat uang buat beli HP," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Tak bermaksud mempekerjakan bocah

Bukan bermaksud mempekerjakan anak di bawah umur, Marno pemilik proyek terpaksa mengizinkan Catur Febriyanto bekerja karena alasan kuat. Pemilik rumah tempat Catur bekerja mengaku mengizinkan bocah itu bekerja kendati tidak seberat pekerja lainnya.

"Saya izinkan kerja karena katanya tidak punya HP buat belajar. Jadi saya izinkan. Tidak ngoyo (memaksa) harus kerja keras. Cuma kami minta ngaduk dan bantu angkat genteng,” kata Marno yang tinggal sekitar 20 meter dari rumah Catur.

Catur, merupakan siswa kelas 7 MTs Ya Robi, Grobogan. Di Desa Karangrejo, Kecamatan Grobogan, Catur tinggal bersama dua saudaranya dan kedua orangtuanya yang bekerja sebagai buruh tani.

Menurut pengakuan Marno, awalnya Catur bercerita ingin punya ponsel tapi tak punya uang. Ponsel dibutuhkan untuk belajar daring.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : imron

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya