Pembaca berita ini menangis saat membacakan kebijakan imigrasi Trump, isinya bikin miris
Penulis : mulan
20 Juni 2018 21:07
Menangis saat membacakan berita
Menjadi viral, seorang pembaca berita sebuah stasiun televisi Amerika Serikat (AS) begitu emosional saat membacakan kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump.
Dilansir Daily Mirror Rabu (20/6/2018), awalnya Rachel Maddow dari MSNBC membacakan berita yang baru masuk dari Associated Press.
Namun dia langsung terkejut ketika melihat bahwa berita tersebut adalah kebijakan imigrasi Trump memisahkan anak-anak migran gelap dari orangtuanya.
Anak-anak itu ditempatkan di kamp penampungan "usia muda" yang terletak di Combes, Raymondville, dan Brownsville di Texas Selatan.
Kebijakan Trump
"Wow, ini sangat menakjubkan," kata Maddow sambil tercekat.Dia sempat terdiam sebelum mencoba membacakan keputusan pemisahan migran anak tersebut.
"Pemerintahan Trump baru saja mengirim bayi dan anak-anak ke Texas Selatan," ujar Maddow sebelum dia kembali terdiam dan terlihat emosional.
Dia lalu meminta kepada produser untuk menayangkan gambar.
Namun, karena tidak ada, dia mencoba membacanya sebelum kembali terdiam.
Akhirnya, terbata-bata karena menahan tangis, Maddow memutuskan untuk menyudahi acara program yang dipandunya itu lebih awal.
Melanjutkan beritanya melalui Twitter
Penyiar berusia 45 tahun asal California itu kemudian meminta maaf atas aksi emosionalnya melalui kicauan di Twitter.
"Adalah pekerjaan saya untuk membacakannya di televisi. Namun, saya tidak sanggup untuk membacanya. Sekali saya minta maaf," katanya.
Sebagai gantinya, dia lalu membagikan berita yang seharusnya hendak dibacanya melalui enam kicauan. Dikatakan bahwa AS telah memisahkan anak-anak dari orangtua mereka di perbatasan.
Jumlah anak-anak yang dipisahkan dari keluarganya
Kuasa hukum dan penyedia layanan kesehatan yang mengunjungi tiga tempat penampungan itu berkata bahwa ruang bermain bagi anak pra-sekolah berada dalam kondisi "krisis".Washington dilaporkan juga berencana untuk membangun pusat penampungan keempat di Houston yang membuat wali kotanya, Sylvester Turner, angkat bicara.
"Saya tidak ingin ada fasilitas pemisah anak-anak dari orangtua di kota ini. Saya telah mengucapkannya dengan jelas," tegas Turner.
Sebelumnya pada 7 Mei lalu, Jaksa Agung Jeff Sessions mengumumkan kebijakan "toleransi nol" sebagai tindakan yang lebih keras.
Dengan kebijakan itu, siapa saja yang secara ilegal melintasi perbatasan akan ditangkap dengan tuduhan kriminal.
Bagi mereka yang datang dengan keluarga, anak-anak akan dipisahkan dari orangtua.
Dalam lima pekan sejak pengumuman tersebut, ada lebih dari 2.300 anak diambil dari orangtua dan kerabat mereka.
Setelah dipisahkan dari orangtua mereka, anak-anak diserahkan ke Pusat Penampungan Pengungsi (ORR) milik Kementerian Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.
Anak-anak yang berusia antara satu hingga 18 tahun, ditempatkan di pusat penampungan. Beberapa di antaranya tidur di atas tikar pada lantai beton yang dikelilingi pagar menyerupai kandang.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : mulan
-
Tungguin Presiden Salat Jumat, Ibu Negara Iriana Joko Widodo Duduk Santui Di Emperan Masjid
-
Tidak Percaya Dengan Eksekutif, Anggota Dewan Siramkan Air Mineral Lalu Baku Hantam
-
Awan Dengan Warna Pelangi Antara Tajub Dan Heran
-
Misteri Jodoh, Abang-Abang Ternyata Pernah Jumpa Istri Pertama Kali Sebelas Tahun Yang Lalu Saat KKN
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Generative AI dan hubungannya dengan masa depan SEO
18 Juni 2023 20:26
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.