1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Sebelum Dinyatakan Tewas Diduga Dianiaya Senior, Pihak Kampus Temui Orang Tua Korban

Penulis : Moana

6 Februari 2019 12:14

Seorang junior di aniaya seniornya hingga tewas

Planet Merdeka - Peristiwa penganiayaan senior terhadap juniornya kembali terjadi di Tanah Air. Kali ini peristiwa tersebut terjadi di Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan atau ATKP Makassar.

Seorang pelaku yakni Muh Rusdi (21) dengan tega menganiaya juniornya yang bernama Aldama (19). Aldama dianiaya oleh Rusdi hingga tewas. Permasalahannya pun ternyata cukup sepele. Kasus penaniayaan ini sendiri terjadi pada Minggu (3/2/19).

2 dari 15 halaman

Penyebab penganiayaan

Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Wahyu Dwi Ariwibowo mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan terhadap pelaku penganiayaan diketahui bahwa korban ternyata telah melakukan pelanggaran yang terbilang sangat sepele. Korban ternyata melakukan pelanggaran karena tak mengenakan helm. Setelah itu, pelaku pun kemudian memanggil korban ke salah satu kamar senior dan ia pun dianiaya di tempat tersebut.

"Pelaku memanggil korban, diarahkan ke salah satu kamar senior. Disitulah terjadi penganiayaan," kata Kombes Wahyu di Mapolrestabes, Selasa (5/2/2019) sore.
3 dari 15 halaman

Pelaku terancam hukuman 5 tahun penjara hingga 15 tahun

Dari pengakuan pelaku, diketahui bahwa Aldama dianiaya Rusdi dengan cara dipukul dibagian dada dan tubuhnya. Setelah mendengar keterangan pelaku dan saksi, akhirnya Rusdi pun ditetapkan menjadi tersangka. Rusdi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal.

Rusdi kemudian diancam dengan pasal 351 ayat 3 KUHP. Ancaman hukumannya yakni minimal 5 tahun penjara dan maksimal 15 tahun. Kombes Wahyu mengatakan sejauh ini pihaknya telah memeriksa 22 saksi. Dimana saksi-saksi ini adalah senior dan teman seangkatan almarhum di kampus ATKP Makassar.

"Jadi sampai sekarang ini kami sudah periksa 22 saksi, pemeriksaannya dari malam kejadian sampai pagi tadi, dan ditetapkan satu tersangka," jelas Wahyu.
4 dari 15 halaman

Rumah korban didatangi pelayat  

Sementara itu, di kediaman keluarga korban yang berada di Jl. Leo Watimena 4, No 5 kompleks Landasan Udara (Lanud) Hasanuddin, Selasa (5/2/2019) malam terlihat duka menyelimuti mereka. Sejumlah keluarga, teman hingga kerabat nampak hadir di rumah korban untuk melayat. Hal itu juga disampaikan oleh ayah korban yakni Pelda Daniel.

"Ini banyak teman-temannya yang datang melayat," katanya.
5 dari 15 halaman

Dimakamkan di pekuburan umum Parangalla

Dan rencananya, jenazah korban akan dimakamkan pihak keluarga di pekuburan umum Parangalla setelah diadakan acara kebaktian.

"Rencana besok habis kebaktian jam 9 pagi dibawa ke pekuburan umum Parangalla," kata Daniel.
6 dari 15 halaman

Ayah korban tak merasakan firasat

Sementara itu, terkait putranya yang menjadi korban penganiayaan hingga tewas, Daniel mengaku dirinya tak merasakan firasat apapun sebelumnya. Daniel pun mengaku tak menyangka bahwa putranya meninggal begitu cepat di usianya yang masih muda. Daniel mengaku bahwa sebelum putranya menjadi korban penganiayaan seniornya, dirinya dan Aldama masih sempat berolahraga bersama.

Bahkan menurut Daniel, sebelum berangkat dia sempat berpamitan dengannya dan memeluknya. Bukan hanya itu, Aldama juga memberikan hormat kepada sang ayah.

"Tidak ada firasat sama sekali, paginya itu hari Minggu, saya olahraga bersama terus saya antar ke kampusnya. Dia (Almada) salaman sama saya, pelukan sama saya, hormat patah-patah ke saya, ternyata itu penghormatan terakhir dia ke saya," kenang Daniel dengan nada sedih.
7 dari 15 halaman

Korban dikenal ramah dan sopan

Di mata Daniel, putranya itu merupakan sosok yang ramah dan sopan terhadap orangtua dan juga orang lain yang ada di sekitarnya. Namun, Daniel mengaku jika dirinya tak tahu menahu perihal kelakuan anaknya di luar pengawasannya. Daniel juga mengatakan bahwa selama ini ia mendidik sang putra untuk selalu bersikap sopan.

"Ramah anak saya itu pak, sopan, tidak tahu kalau di belakang kami, tapi kami selama ini didik dia (Aldama) sopan, dan teman tarunanya juga boleh ditanya, seperti apa anak saya itu," tutur Daniel.
8 dari 15 halaman

Pihak kampus mengatakan Aldama jatuh

Daniel juga mengaku bahwa saat mengetahui anaknya tewas, dirinya diberitahu pihak kampus bahwa Aldama meninggal karena terjatuh di kamar mandi. Namun, faktanya, menurut Daniel, putra semata wayangnya itu tewas setelah menderita beberapa bekas luka di bagian wajahnya yang diduga akibat penganiayaan. Daniel pun mengatakan bahwa ketika mendengar sang anak sudah tak bernyawa, dirinya hanya bisa terdiam dan sedih.

"Saya ditelpon malam-malam oleh pengasuh anak saya di ATKP, katanya bisa merapat ke RS Sayang Rakyat soalnya anak saya (Aldama) katanya jatuh, jadi awalnya perkiraan saya hanya luka atau patah. Pas saya tiba (di RS Sayang Rakyat) saya di sambut pelukan dan berkata, bapak yang sabar yah... kami sudah berusaha tapi apa daya, disitulah saya lansung seperti tidak bisa berkata-kata lagi karena dipikiran saya anak saya sudah meninggal," cerita Daniel.

9 dari 15 halaman

Di tubuh Aldama terdapat banyak luka

Daniel yang syok mendengar kabar anaknya telah tiada, pun berusaha tegar dan menenangkan diri. Setelah tenang, ia pun kemudian masuk ke UGD dan melihat kondisi sang anak yang sudah ditutupi selimut.

"Beberapa saat, saya diberi air putih minum, saya bilang bisa saya lihat anak saya. Jadi saya diantar masuk ke UGD dan melihat anak saya sudah diselimuti," cerita Daniel.

Ia pun membuka kain penutup jenazah sang putra dan melihat lansung wajah Aldama yang ternyata terdapat banyak luka.

"Saya buka kainnya, saya lihat awajahnya banyak luka-lukanya di kepalanya, di pelipis dan di bawah matanya," ujar Daniel.
10 dari 15 halaman

Pihak kampus berusaha menutupi

Daniel pun kemudian menanyakan kebenaran tentang penyebab kematian putranya ke pengasuh Aldama di ATKP. Namun, kata Daniel, pihak ATKP berusaha menutupi kasus penganiayaan yang menewaskan putranya dengan berkata terjatuh di kamar mandi.

"Saya tanya, anak saya ini mati karena apa. Dari ATKP, pengasuhnya itu bilang anak saya jatuh di kamar mandi," ungkap Daniel.

Jawaban pihak ATKP itupun tak bisa diterima oleh Daniel, lantaran ia melihat sendiri kondisi Aldama yang mengalami sejumlah luka di wajahnya.

"Jadi informasi-informasi ini seolah menutupi mereka punya ini, jadi saya berharap kalau bisa jangan seperti ini, berbohong menutupi kasus ini, makanya saya tidak percaya anak saya jatuh di kamar mandi," ungkap Daniel.
11 dari 15 halaman

Daniel yakin putranya dianiaya

Daniel pun kemudian mengatakan bahwa dirinya yakin benar jika sang putra telah menjadi korban penganiayaan. Pasalnya, Daniel juga pernah menjalani pendidikan di akademi, sehingga dirinya mengaku juga pernah merasakan penganiayaan serupa.

"Saya tahu betul anak saya itu dianiaya, wong saya rasakan kok waktu pendidikan seperti apa penganiayaan itu," ujarnya.
12 dari 15 halaman

Harapan Daniel pada ATKP Makassar

Daniel pun berharap, agar pihak ATKP lebih meningkatkan pengawasan terhadap taruna-taruninya agar tidak bernasib sama dengan yang dialami oleh Aldama.

"Harapan saya ke pihak kampus (ATKP) tingkatkan pengamanan di dalam, baik ka taruna taruninya maupun pengasuhnya, supaya tindak kekerasan di dalam itu berkurang dan kalau bisa tidak ada lagi," ujar Daniel.

Daniel berharap, kasus kematian Aldama akibat penganiayaan tidak terjadi lagi di masa-masa mendatang, cukup anaknya saja yang menjadi korban.

"Cukuplah anak saya (Aldama) yang seperti ini, jangan lagi ada generasi-generasi berikutnya yang menjadi korban seperti ini," harapnya.
13 dari 15 halaman

Aldama curhat tentang kekerasan yang dialaminya

Sebelum tewas dianiaya oleh seniornya, ternyata Aldama sempat curhat ke temannya. Kepada sahabatnya, Aldama menceritakan tindakan kekerasan yang kerap ia alami saat di kampus. Sahabat Aldama, yakni Arman (19) mengaku sudah bersahabat sejak berusia empat tahun dengan korban. Arman mengaku selalu mendengar curhatan Aldama. Dan curhatan yang terakhir ia dengar pada Sabtu (2/2/2019) lalu.

"Kalau sudah pulang dari ATKP Makassar, dia pasti hubungi saya untuk pergi ke warung kopi, biasanya dia cerita kalau sering mendapatkan pemukulan, beruntung kalau dalam sehari tidak dipukuli," ujarnya.
14 dari 15 halaman

Aldama sering mendapat penganiayaan

Lebih lanjut menurut dari pengakuan Aldama pada Arman, ketua tingkat angkatannya lah yang sering menanggung hukuman dari para seniornya. Sekalipun pelanggaran itu dilakukan oleh temannya. Dan sebagai ketua tingkat dalam kelasnya, Aldama sering dipanggil oleh seniornya untuk menanggung hukuman dari teman-temannya.

"Aldama paling sering dipanggil senior-seniornya karena ketua tingkat dalam kelasnya. Bahkan saat teman sekelasnya melakukan kesalahan seperti temannya didapat merokok atau belanja dia dipanggil dan dipukul," ujarnya.
15 dari 15 halaman

Aldama tak pernah cerita

Sementara itu, Daniel sangat menyayangkan sikap anaknya yang tidak mau menceritakan kekerasan yang dialaminya selama menempuh pendidikan di ATKP Makassar tersebut.

"Karena saya pasti masuk ke dalam kampus laporkan kejadian itu seandainya anak saya melaporkan ke saya apa yang dialami, tapi dia tidak pernah cerita sama saya apa yang ia alami," bebernya.

Anggota TNI AU Lanud Sultan Hasanuddin ini juga menyesalkan sistem pendampingan yang dilakukan oleh pihak ATKP Makassar yang masih kurang dalam pengawasan.

"Kita tentunya sayangkan kenapa Aldama ketika terjatuh baru tidak ada yang tahu dari pihak ATKP Makassar, pada saat tumbang anak saya baru ada pengawas dan pengasuhnya," katanya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya