1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Sebelum lancarkan aksinya, anak kedua Dita menangis tersedu di masjid

Penulis : mulan

15 Mei 2018 09:48

Sering ke masjid namun tak pernah sosialisasi

Planet Merdeka  - Pelaku bom bunuh diri pada tiga gereja di Surabaya adalah satu keluarga dengan kepala keluarga bernama Dita Oeprianto.

Dita Oeprianto dan istrinya, Puji Kuswati, mengajak dua putra dan dua putrinya, melakukan aksi bunuh diri menyasar tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5).

Ternyata salah seorang putra mereka sempat menangis setelah salat berjemaah beberapa hari sebelum aksi pengeboman terjadi.

Bertahun-tahun ikut salat berjemaah selalu datang terlambat dan pulang cepat.

Wakil Ketua Takmir Musala Al Ikhlas di kompleks Perumahan Wisma Indah Khorihah masih ingat betul wajah Dita saat terakhir bertemu. Tepatnya saat salat Subuh berjaamah Minggu lalu (13/5). Di musala itu Dita dan dua anak laki-lakinya selalu melaksanakan salat berjemaah.

”Magrib, Isya, dan Subuh, Dita pasti salat di sini. Anaknya malah Duhur dan Asar juga (salat) di musala,” ujar pria 65 tahun tersebut.

Mereka selalu datang belakangan, seusai iqamah atau saat surah Al Fatihah dibacakan. Begitu juga halnya setelah salat, mereka langsung pulang. Tidak pernah duduk dulu ikut berdoa ataupun mengobrol dengan jamaah lain. Hal itu berlangsung bertahun-tahun. Jamaah lain sudah hafal.

2 dari 2 halaman

Dita pada Firman saat menangis di masjid: "Sabar ya, Nak. Ikhlaskan,”

Mereka melihat tidak ada yang aneh dengan Dita dan kedua anaknya menjelang aksi pengeboman. Hal janggal justru didapati sehari dan dua hari sebelum aksi pengeboman yang dilakukan Dita Oepriarto, 47, bersama istrinya, Puji Kuswati, 43, dan keempat anaknya, YF, 18; FH, 16; FS, 12; dan FR, 9; tersebut.

Pada Kamis (10/5) Firman menangis setelah salat Subuh. Khorihah sempat mendengar sedikit bisikan Dita kepada anaknya. ”Sabar ya, Nak. Ikhlaskan,” ujar Khorihah menirukan ucapan Dita kepada anaknya.

Tak hanya sampai di situ, Sabtu (12/5) sesudah melaksanakan salat Magrib, warga melihat lagi anak itu menangis. Dita pun memeluk anaknya dan mencoba menenangkan. Warga sebenarnya penasaran, tapi tidak berani menanyakan.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : mulan

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya