1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Susun Program Jaga Alam dan Satwa Liar, PLTA Batang Toru Aman dan Ramah Lingungan

Penulis : Redaksi Harian

27 November 2020 20:42

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru diiringi program menjaga kelestarian alam beserta satwa sekitar, termasuk keberadaan orang utan. Hal ini dilakukan untuk melindungi ekosistem agar satwa liar dan lingkungan tetap terjaga.

Hal ini disampaikan oleh Agus Djoko Ismanto Adji selaku Senior Advisor Lingkungan PT NSHE, dalam media briefing mengenai PLTA Batang Toru di Medan, Rabu (30/1). Ia menegaskan, secara fundamental akan mempertahankan dan mengikuti program kelestarian kawasan yang menghasilkan air sebagai bahan baku operani PLTA Batang Toru.

Agus menekankan bila pembangunan PLTA Batang Toru sudah melalui kajian-kajian mendalam sesuai persayaratan nasional dan internasional. Sehingga akan aman bagi keselataman satwa dan lingkungan sekitar proyek.

"Tidak hanya melakukan AMDAL, kami juga telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA), yang menjadikan kami PLTA pertama di Indonesia yang melaksanakan Equatorial Principle," ungkap Agus.

Sebagai pembangkit listarik yang membutuhkan aliran air secara alamiah, proyek PLTA Batang Toru menerapkan sistem run off river hydropower, sehingga tidak perlu menampung air terlalu banyak. Air akan tetap mengalir ke hilir selama 24 jam. Jadi aliran sungai tidak akan terganggu dengan adanya bendungan karena air dilepas secara terus-menerus.

Tenaga Ahli PT NSHE Desain Bendungan, Kegempaan dan Terowongan, Didiek Djarwadi, menambahkan pembangunan PLTA tidak dilakukan di atas sesar dan dibangun untuk tahan gempa dengan mengadopsi praktek terbaik dari ketentuan nasional dan internasional yang berlaku. Seperti pedoman untuk desain dan pelaksanaan bendungan beton dari Balai Bendungan dan International Commission on Large Dams (ICOLD).

"PLTA Batang Toru telah memiliki kajian-kajian gempa yang dipersyaratkan termasuk geologi dan geofisika, termasuk Seismic Hazard Assessment dan Seismic Hazard Analysis," kata Didiek.

Bila bendungan dibandung sesuai standar yang disyaratkan, maka bangunan tersebut akan tahan gempa. Didiek mencontohkan PLTA Singkarakyang berjarak 2 km dari sesar aktif dan didesain untuk tahan gempa sesuai besaran potensi gempa di sana. Maka tak terjadi kerusakaan saat terjadi gempa di Sumatera Barat pada 2017 silam dengan magnitude lebih besar dari prediksi.

Fitri Noor, selaku Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda, mendukung pernyataan Didiek Djarwadi. Ia membenarkan bahwa area pembangunan PLTA Batang Toru berstatus APL. Meskipun demikian, pihak PLTA Batang Toru tetap berperan aktif menjaga keragaman ekosistem termasuk orang utan.

Sebagai wujud keseriusan, PLTA Batang Toru melakukan studi populasi orang utan dan satwa liar lainnya yang berkoordinasi dan dipandu BBKSDA dan Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan(LHK). Fitri Noor juga menambahkan bahwa BBKSDA, sesuai arahan Menteri LHK, telah membentuk tim monitoring untuk memastikan dampak pembangunan PLTA Batang Toru terhadap populasi orang utan dan satwa liar lainnya.

"Tim monitoring juga telah menemukan beberapa strategi untuk meminimalisir dampak negatif pembangunan PLTA pada populasi orang utan dan satwa liar lainnya," jelas Fitri.

Guna mengantisipasi dampak terhadap satwa liar termasuk individu orang utan yang mungkin melewati wilayah sekitar proyek, PT NSHE juga telah melakukan langkah-langkah mitigasi. Diantaranya dengan memberlakukan kebijakan zero tolerance terhadap kepemilikan satwa liar kepada semua pekerja dan tamu dan memberikan panduan perilaku jika berjumpa satwa liar dilokasi proyek.

Selain itu juga melakukan pemantauan sepanjang hari keberadaan satwa liar di lokasi dan memberlakukan mekanisme stop work procedure apabila keberadaan satwa membahayakan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perusahaan akan berkoordinasi dengan BBKSDA bila diperlukan tindakan terhadap satwa liar serta membangun jembatan arboreal untuk memfasilitasi satwa arboreal melintasi areal terbuka akibat proyek.

Proyek PLTA Batang Toru merupakan proyek strategis nasional untuk mencapai pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW di Indonesia. Dibangun untuk mengurangi peran Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Proyek ini akan memberikan kontribusi pengurangan emisi karbon sebesar 1,6-2,2 MTon/tahun atau sebesar 4% dari target nasional.

Lokasi PLTA Batang Toru yang berkapasitas 510 MW terletak di kawasan Batang Toru di Sipirok dan Marancar yang masuk dalam kawasan Areal Penggunaan Lain (APL), tidak masuk dalam kawasan hutan. Hal ini dapat dilihat dari jenis vegetasi yang tumbuh di lokasi yang didominasi pohon karet. PLTA Batang Toru ditargetkan beroperasi pada 2022 mendatang.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : redaksiharian

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya