1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. HOT NEWS

Tolak Rp 10Miliar Demi Jaga Hutan, Pengakuan Menyanyat Hati Kakek Suhendri: Saya Menyiapkan Oksigen Bagi Warga

Penulis : Aleolea Sponge

4 November 2019 13:52

Pengakuan Menyanyat Hati Kakek Suhendri

Planet Merdeka - Suhendri, kakek berusia 78 tahun asal Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, ini berharap hutan buatannya di tengah Kota Tenggarong, akan terus dijaga dan dirawat. Alasannya, perjuangan untuk menyediakan oksigen bagi masyarakat kota Tenggarong telah dirintisnya sejak 1986 itu sudah melalui cobaan yang tidakklah mudah untuk dilalui.

"Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini," kata Suhendri.

2 dari 6 halaman

Niat tulus Kakek Suhendri menjaga hutan

Salah satu pengalaman yang tak pernah dia lupakan adalah saat menolak menolak tawaran senilai Rp 10 miliar untuk lahan 1,5 hektar miliknya itu.

“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” kata Suhendri, Kamis (31/10/2019) lalu.

Suhendri menjelaskan, niat dirinya untuk menjaga lingkungan dengan menanam pohon di tengah kota sudah tertanam dalam hati.

Godaan para investor yang menawar membeli lahan seluas 1.5 hektar untuk dijadikan perumahan, pun tak mempan baginya.

“Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak," ungkap Suhendri saat berbincang di kediamannya, Kompas.com, Kamis (31/10/2019).
3 dari 6 halaman

Awal mula perjuangan Suhendri

Kakek dua anak ini menceritakan, saat pertama kali menginjak tanah Kalimantan Timur pertama kali pada 1971, dia bekerja sebagai pekerja proyek membangun asrama milik perusahaan kayu. Saat itu juga sedang marak-maraknya bisnis kayu.
Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.

"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia.
4 dari 6 halaman

Awal mula Kakek Suhendri menjaga hutan

Lalu, Suhendri melanjutkan, pada tahun 1979, dirinya membeli lahan seluas 1,5 hektar. Saat itu ia beli dengan harga Rp 100.000.

Lahan itu dia gunakan untuk untuk bertani dengan konsep pertanian agroforestri, yaitu menggabungkan pepohonan dengan tanaman pertanian.

Awalnya, ia menanami komoditas pertanian seperti lombok, sayuran juga buah-buahan. Lalu, tahun 1986 ia mulai tanam (pohon) kayu setelah mendapat bibit dari Bogor, Jawa Barat.
5 dari 6 halaman

Cerita Kakek Suhendri

Waktu itu, kata Suhendri, ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, ulin, dan sengon. Saat ini, pohon yang ia tanam pada 1986 silam sudah tinggi menjulang membentuk hutan dalam kota dan memberi udara segar bagi warga Kota Tenggarong.

Berjalannya waktu, hutan tengah kota milik Suhendri telah jadi tempat penelitian mahasiswa. Bahkan, bahkan hutan tengah kota ini pernah menjadi lokasi penelitian skripsi mahasiswa asal Jepang.
6 dari 6 halaman

Niat Kakek Suhendri menjaga hutan

Suhendri juga sering mendapat penghargaan dari berbagai pihak karena hutannya. Saat ini, Suhendri bersama istrinya, Junarsa, tinggal di rumah sederhana di tepi hutan miliknya. Niatnya untuk menyediakan oksigen bagi warga kota pun masih terpupuk di antara pepohonan di lahan miliknya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya