1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. INSPIRA

Aneh, dari Keluarga Berada tapi Kenapa Kok Anaknya Kurang Gizi

Penulis : Yuli Astutik

21 Agustus 2021 15:48

Ada sebuah keluarga yang berasal dari keluarga yang cukup berada. Sebut saja Nadia dan Aldrin mereka terkejut tatkala Rara,  putra mereka yang berusia 3 tahun, divonis dokter mengalami kurang gizi kronis alias stunting. 

Stunting atau gagal tumbuh dikarenakan oleh kurangnya asupan gizi di 1000 hari pertama kehidupan anak yang berlangsung lama. 

Lazimnya, hal ini terjadi di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi, di mana keluarga tak dapat memenuhi kebutuhan pangan bergizi bagi anak maupun ibu selama hamil. 

Padahal, Nadia dan Aldrin ialah pasangan bekerja dengan penghasilan tinggi.

2 dari 4 halaman

Babysitter pun senantiasa ada disamping Rara. Bagaimana bisa pendeknya tubuh Rara karena kurang gizi? Dilansir dari

Dikutip liputan6.com, pembicara Institut Gizi Indonesia Fasli Jalal menjelaskan bahwa di Indonesia ada sekitar 30 persen anak orang kaya yang stunting.

Tak jauh berbeda, di India 22 persen anak orang kaya pun mengalami stunting.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

3 dari 4 halaman

1. Pola pengasuhan yang tidak maksimal

Tatkala waktu menjadi amat sedikit untuk bersama anak bagi orang tua yang sibuk bekerja.

Dengan mengandalkan pengasuh anak maupun anggota keluarga lain untuk memenuhi kebutuhan anak adalah suatu hal kebanyakan menjadi suatu pilihan.

Padahal, balita masih mempunyai ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya terhadap orang tua atau pengasuh.

Sehingga asupan makanannya amat tergantung dengan bagaimana cara pengasuhan, cara memberi makan.

Seharusnya, memperkenalkan makanan padat pertama pada bayi ada seninya, ada tahapnya.

Memaksa anak makan atau malah pasrah ketika anak tak mau makan bisa berujung kurang gizi kronis jika berlangsung lama.

2. Kurangnya informasi mengenai kebutuhan gizi anak

Berapa banyak orang tua yang tahu Pedoman Gizi Seimbang?

Kebanyakan mungkin cuma meneruskan kebiasaan makan yang diturunkan dalam keluarga besar, yang belum tentu bisa memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak.

Ini belum bicara terkait anak yang sukar makan.

4 dari 4 halaman

“Anak saya cuma mau makan mie instan, yang lain nggak mau,” atau “kalau dikasih chiki, baru mau buka mulut. Jadi saya kasih aja chiki dicampur nasi.”

Cara di atas memang menjadikan anak berhasil buka mulut, tapi tak memenuhi kebutuhan gizinya.

Padahal, anak yang sedang dalam masa perkembangan memerlukan makanan kaya nutrisi, seperti telur, daging, ikan, dan lemak baik lainnya.

3. Kebiasaan camilan minim gizi

Camilan adalah hal yang lumrah serta boleh diberikan di sela waktu makan.

Tapi, pemberian camilan pun butuh diperhatikan.

Baiknya, berikan camilan yang bernutrisi, misal kacang-kacangan dan buah-buahan.

Untuk anak yang mempunyai karakter sukar makan atau pemilih, camilan berat bisa diberikan.

Misalnya, bola nugget yang berisi kepalan nasi, daging, dan sayuran, atau berikan bubur kacang hijau di sela anak bersantai.

Yang lazimnya terjadi, anak terbiasa diberikan camilan tak sehat sehingga mengganggu makan pokok, dan menjadi malas untuk makan besar karena sudah “kenyang” ngemil.

Jangan membiarkan camilan ber-MSG dan mengandung gula buatan menjadi panganan lumrah di sela makan pokok.

Jadi, kurang gizi tak hanya persoalan keluarga yang tak berada.

Orang tua dengan keterbatasan informasi gizi dapat membawa anak menjadi gagal tumbuh meskipun dengan keadaan finansial yang baik.

Sebab itu, mempunyai informasi maksimal akan kebutuhan gizi anak, supaya tumbuh kembangnya maksimal.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : yuli-astutik

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya