1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. INSPIRA

Kisah Cinta BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari, Dijodohkan Sang Ibu Kemudian Bersemi di SMA Kristen Dago

Penulis : Aleolea Sponge

12 September 2019 09:25

Kisah Cinta BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari

Planet Merdeka - Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI meninggal dunia Rabu, (11/09/2019) Habibie berpulang di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Mantan menteri riset dan teknologi ini meninggal dalam usia 83 tahun karena sakit.

Putra Habibie,Thareq Kemal Habibie, menuturkan jika ayahnya wafat karena faktor usia dan masalah pada jantungnya.

"Karena penuaan itu, organ-organ tubuh mengalami degradasi, menjadi tidak kuat lagi, jantungnya menyerah," kata Thareq Kemal, dilansir dari Kompas.com.

Kisah perjalanan hidup BJ Habibie terbilang penuh lika-liku.

2 dari 8 halaman

Kisah cinta BJ Habibie dan Ainun

Dari mulai perjalanan kariernya hingga kisah asmaranya bersama Hasri Ainun Besari. Kini, BJ Habibie telah melepas kerinduan karena telah sama-sama dipanggil Tuhan. Ya, sosok BJ Habibie mengingatkan akan kesetiaannya pada sang istri, Hasri Ainun Besari yang sudah lebih dahulu wafat.

Berikut perjalanan cinta BJ Habibie dengan Ainun.
3 dari 8 halaman

BJ Habibie ngaku tak tertarik dengan Ainun

Sewaktu Habibie remaja, ia mengaku sama sekali tak tertarik dengan sosok Ainun meski banyak laki-laki naksir pada Ainun. Dilain sisi latar belakang keluarga juga menjadi bumbu-bumbu asmara BJ Habibie dengan Ainun. Diketahui, kala itu BJ Habibie termasuk dari keluarga yang kurang berada.

Para laki-laki yang mendekati Ainun hampir semuanya memiliki mobil atau merupakan anak menteri dan pejabat negara. Sedangkan ayah Habibie saat ia kuliah sudah meninggal dunia dan ibunya lah yang harus banting tulang menjalankan usaha katering untuk membiayai Habibie sekolah.

Habibie dan Ainun rupanya memiliki satu kesamaan saat masih remaja. Saat duduk di bangku SMA, keduanya dicap oleh guru ilmu pasti sebagai siswa paling muda di kelas namun sama-sama cerdas.

Dicap sama-sama pandai, guru tersebut pun kerap mengatakan jika Habibie dan Ainun menikah pasti memiliki anak-anak yang juga cerdas. Sering dijodoh-jodohkan, Habibie merasa malu. Sebab,Habibie tak tertarik dengan Ainun.

Karena kerap dijodohkan seperti itu, ia pun suka mengejek Ainun dengan sebutan gendut dan jelek. Meski begitu, Ainun tak pernah marah dipanggil dengan sebutan-sebutan itu.

4 dari 8 halaman

'Dijodohkan' oleh Ibunda Habibie

Tak sampai satu tahun Habibie menganyam pendidikan di Institut Teknokogi Bandung (ITB), ia melanjutkan pendidikan ke Jerman. Sang ibu yang khawatir jika Habibie terpikat dengan gadis campuran Eropa, akhirnya memutuskan menjodohkan dengan Ainun.

Habibie sempat malu bertemu dengan Ainun karena sempat menyindir dengan sebutan "gendut, hitam dan jelek".

Ia sempat kaget melihat Ainun yang lebih cantik daripada Ainun yang dikenal sebelumnya.

5 dari 8 halaman

Menjalin Asmara dan Menikah

Setelah dijodohkan dan sama-sama menyukai satu sama lain, keduanya pun menjalin tali asmara yang berlanjut ke jenjang pernikahan. Tepat pada tanggal 12 Mei 1962, Habibie menikahi Ainun di Rangga Malela, Bandung.

Akad nikah Habibie dan Ainun digelar dengan konsep budaya Jawa, sedangkan resepsi pernikahan digelar sehari setelah akad dengan mengusung budaya Gorontalo. Dari pernikahannya tersebut, Habibie dan Ainun dikaruniai dua putra, yakni Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

6 dari 8 halaman

Kesetiaan Ainun Dampingi Bj Habibie

Ketika menikah dengan Habibie, ia dihadapkan dengan dua pilihan. Pilihan tersebut yakni bekerja di rumah sakit anak-anak di Hamburg atau berperan dan berkarya di belakang layar sebagai istri dan ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan sang suami, Ainun akhirnya memilih yang kedua.

Ainun berpandangan, yang lebih maju dan berpenghasilan lebih besar harus jadi penopang keluarga. Salah satu harus mengalah. Dalam satu keluarga tidak bisa ada dua kapten.

Ainun yang melihat suaminya amat energetik merasa ia sudah semestinya tak menghambat. Salah satu hal yang kuat tercermin dari pribadi Ainun adalah kesetiaan dan keyakinan pada peranan istri yang suportif terhadap suami dan keluarga.

7 dari 8 halaman

Perayaan Ulang Tahun Pernikahan Terakhir

Setelah Ainun wafat, Habibie menulis buku berjudul Habibie & Ainun. Buku tersebut menceritakan kehidupan cinta dan pernikahan mereka hingga Ainun wafat.

Lantas, buku itu diadaptasi ke layar lebar berjudul sama yang dirilis pada 20 Desember 2012 lalu. Salah satu petikan dalam buku tersebut yang menyentuh hati adalah kala mereka merayakan hari jadi pernikahan ke-48.

"Ainun, tahukah hari ini hari apa?" Habibie bertanya.

Ainun mengangguk.

"Hari pernikahan kita selama enam windu atau 48 tahun," ujar Habibie.

Ainun kembali mengangguk sembari tersenyum.

Memandang Habibie dengan wajah cerah, tetapi aura sedihnya tetap tidak dapat disembunyikan.

Habibie kemudian mencium bibir Ainun sembari berbisik, "Saya selalu akan mendampingimu di mana pun kamu berada. Jiwa, roh, dan batin kita sudah menyatu dan manunggal sepanjang masa."

Ainun terdiam. Air matanya menetes diiringi senyum. Demikian penggalan momen yang Habibie tuliskan dalam buku Habibie dan Ainun.

Momen itu terjadi pada Rabu, 12 Mei 2010, tepat pukul 10.00 WIB, di ruang ICCU, tempat Ainun dirawat. Tumor ganas terus menjalar dan menggerogoti kesehatan Ainun. Hingga akhirnya, belahan jiwa BJ Habibie menghembuskan nafas terakhirnya.

8 dari 8 halaman

Sempat Benci Semua Dokter

Saat Ainun meninggal dunia, Habibie mengaku sempat membenci semua dokter.

"Terus terang waktu Ainun meninggal, saya benci semua dokter. Semua dokter menurut saya gagal. Saya marah sekali," ujar Habibie dalam acara Rosi.

Arlis Reksoprojo, seorang dokter yang juga sahabat Ainun, tak luput dari sasaran amarah Habibie saat itu. Habibie masih terus mempertanyakan mengapa tak seorang pun bisa menyelamatkan Ainun sehingga ia harus kehilangan istri tercintanya.

Habibie mengaku juga sempat marah-marah kepada seorang profesor doktor asal Jerman yang merupakan guru besar nomor satu dalam bidang ilmu kedokteran. Arlis yang saat itu berada di sebelahnya sampai mengira Habibie gila. Namun, beberapa bulan kemudian Habibie meminta maaf pada profesor tersebut.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya