1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. INSPIRA

Kisah Inspiratif seorang Satpam antarkan anaknya raih gelar doktor di UGM

Penulis : Cak Misdram

24 April 2018 11:44

Teguh Tuparman sudah menjadi satpam di UGM selama 33 tahun

Hari itu sekilas tampak sama seperti hari yang lain bagi Teguh Tuparman. Walau mengenakan seragam satpan lengkap yang biasa digunakannya tiap hari, namun hari itu menjadi sangat spesial baginya dibanding hari-hari lain. Pada hari berbahagia tersebut, dia bakal menemani putrinya, Retnaningtyas Susanti dalam wisuda gelar doktoralnya.

Retnaningtyas Susanti lahir 33 tahun yang lalu, pada tahun yang sama di saat Teguh mulai bekerja di UGM. Dilansir dari UGM.ac.id, Ia bergabung dengan satuan keamanan UGM yang kini bernama Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L). Baginya, dua momen penting dalam hidupnya yang terjadi hampir bersamaan ini bukanlah suatu kebetulan.

“Saya percaya ini memang sudah rezeki, semua sudah diatur,” ucapnya yakin.

Senyum tak bisa lepas dari wajah Teguh ketika ia menceritakan perjalanan anaknya hingga berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan yang tertinggi di kampus UGM. Ia masih mengingat saat-saat ia sering membawa Tyas kecil ke tempat kerjanya, dan mengajaknya ikut berpatroli pada akhir pekan. Sembari mengitari fakultas demi fakultas yang ada, terbersit keinginan dalam hatinya untuk suatu hari melihat anaknya bisa berkuliah di salah satu gedung yang setiap hari ia lewati.

“Kan saya kerja di tempatnya orang-orang pintar, jadi saya ingin juga anak saya nanti bisa jadi seperti orang-orang ini,” kata Teguh.

2 dari 4 halaman

Teguh terus mendukung keinginan anaknya

Berbekal impian tersebut, Teguh dengan mantap mendukung anaknya yang ingin melanjutkan studi di Prodi Antropologi UGM selepas menyelesaikan pendidikan di SMA, meski bukan hal yang mudah baginya untuk mengumpulkan biaya kuliah di samping memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya dengan gajinya yang terbatas.

“Dulu ya harus korban moril dan materiil, hutang sana sini. Tapi saya yakin kalau uang itu digunakan untuk hal yang baik nanti akan ada penggantinya. Dan nyatanya sampai sekarang kami bisa hidup cukup, dan empat anak kami semua kuliah,” tuturnya.

Dukungan penuh dari orang tua dan tekad pribadi membawa Tyas menyelesaikan jenjang S1 dalam waktu yang cukup singkat, 3 tahun 7 bulan. Selepas lulus ia sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK) UGM. Seiring berjalannya waktu, kecintaannya terhadap penelitian yang ia tekuni menumbuhkan impian di dalam dirinya untuk berprofesi sebagai dosen. Dua tahun setelah ia lulus dengan gelar sarjana, ia memutuskan untuk kembali melanjutkan studinya di jenjang S2.

“Waktu saya kuliah S1 Bapak dukung penuh. Meski awalnya saya tidak yakin bisa kuliah, Bapak yakinkan bahwa saya bisa kuliah. Tapi waktu saya mau S2 Bapak tidak bisa membiayai lagi karena adik-adik saya juga masih sekolah semua,” tutur Tyas.
3 dari 4 halaman

Pada jenjang S2 Tyas mulai membiayai kuliahnya sendiri

Ia pun bertekad untuk membiayai sendiri kuliahnya. Berbagai pekerjaan sampingan pernah ia tekuni demi mencari penghasilan tambahan, mulai dari bekerja di warung kopi hingga berjualan.

“Saya masih ingat dulu sering berjualan salak di depan sini,” ujarnya sembari menunjuk salah satu sudut di sisi selatan UGM.

Segala kerja keras yang ia lalui pun membuahkan hasil. Tahun 2011 ia berhasil membawa pulang gelar master di bidang pariwisata, gelar yang membuka jalan baginya untuk memulai profesi dosen di Universitas Andalas Padang. Pada tahun 2013, ia pun kembali lagi ke Jogja untuk studi S3 dengan beasiswa BPPDN Dikti.

Bagi Tyas, perjalanan penjang yang ia lalui membuatnya tersadar bahwa tidak ada kata tidak mungkin bagi orang yang memiliki niat tulus dan kesungguhan untuk menimba ilmu. Bagi adik-adiknya yang masih duduk di bangku kuliah, juga orang lain yang membaca kisahnya, Tyas menitipkan pesan untuk terus berjuang mendapat pendidikan yang terbaik karena ada berbagai jalan yang dapat ditempuh.
4 dari 4 halaman

Tyas masih memiliki satu keinginan lagi

Usai melihat anaknya diwisuda untuk ketiga kalinya, tidak ada lagi hal yang Teguh harapkan dari putrinya ini. Namun bagi Tyas, keberhasilannya meraih gelar doktor justru menambah satu impiannya bagi orang tua tercinta.

“Saya ingin Bapak dan Ibu melihat saya dikukuhkan sebagai guru besar suatu hari kelak,” ucapnya mantap sambil merangkul sang ayah tercinta.

Keberhasilan Tyas meraih gelar doktoral ini membuktikan bahwa keinginan yang kuat dan kerja keras akan membuat segala hal dapat ditaklukkan dan dilalui.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : cak-misdram

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya