1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. LIFESTYLE

Anggapan Pacaran Sebagai Sumber Suport Sistem Bagi Kalangan Remaja

Penulis : Alefvia Salsabila

19 Juli 2022 19:51

Anggapan Pacaran Sebagai Sumber Suport Sistem Bagi Kalangan Remaja

Anggapan Pacaran Sebagai Sumber Suport Sistem Bagi Kalangan Remaja
Alefvia Salsabila- Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA. Tugas Ujian Akhir Semester II untuk tema : Kenakalan Remaja

 

Masa remaja merupakan masa yang menjadi tolak ukur seseorang dalam pembentukan dirinya menuju dirinya di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, banyak dari mereka para kau remaja sedang senang-senangnya mencoba hal-hal yang baru.

Hal ini menjadi tantangan besar bagi setiap siapapun yang sedang ada di fase remaja ini. Ada beberapa dari mereka yang menggunakan masa remajanya dengan mencoba hal-hal baru dengan sangat baik. Namun, tidak sedikit dari mereka menggunakan masa remaja mereka dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan hanya di gunakan oleh hal-hal yang jauh dari kata positif.

Pacaran, siapa yang asing mendengar hal ini? Pacaran sudah bukanlah sebuah hal yang asing di telinga khususnya pada kalangan remaja, bahkan pacaran sendiri menjadi salah satu hal lumrah untuk sebagian besar kelompok remaja saat ini. Di zaman ini bagi mereka yang memiliki pacar membuatnya terlihat keren. Sehingga fenomena pacaran di kalangan remaja menjadi salah satu trend.

Dengan hal ini, tidak sedikit dari kalangan kaum remaja yang menggunakan tindakan berpacaran sebagai salah satu alasan support sistem bagi diri mereka. Dan banyak dari kalangan orang tua para remaja di zaman ini yang justru mendukung ‘berpacaran’ dan menyangkut pautkan tindakan tersebut sebagai bentuk dari pada dukungan orang tua dalam pertumbuhan anak dan tak jarang mereka dari para orang tua yang menagnggap berpacaran di dalam fase remaja adalah salah satu cara para anak remaja bahagia.

Kebanyakan Alasan Remaja Berpacaran

Para ahli mengemukakan ada beberapa alasan mengapa remaja berpacaran di antaranya yaitu:

a.       Suatu bentuk rekreasi. Menurut Degenova & Rice (2005: 146) menyebutkan salah satu alasan bagi remaja berpacaran adalah untuk bersantai-santai, menikmati diri mereka sendiri dan memperoleh kesenangan. Hurlock (1980: 228) juga mengemukakan di mana dengan berpacaran adalah untuk hiburan semata.

b.      Proses sosialisasi (Padgham & Bliyth dkk dalam Santrock, 2003: 239), dengan berpacaran akan terjadi interaksi tolong menolong, sebagaimana berteman dengan orang lain. Hurlock (1980: 228), pasangan yang berpacaran akan tetap mengikuti berbagai kegiatan sosial kelompok yang ada. Sehingga, dengan interaksi yang dibangun baik dengan pasangan, maupun dengan teman lainnya akan meningkatkan seni dalam berbicara, bekerjasama, dan memperhatikan orang lain.

c.       Menjalin keakraban dengan lawan jenis, Padgham & Bliyth dkk (Santrock, 2003: 239) mengemukakan bahwa dengan berpacaran memberikan kesempatan untuk menciptakan hubungan yang unik dengan lawan jenis. Berpacaran juga dapat melatih ketrampilan-ketrampilan sosial, mengatur waktu, uang dan malatih kemandirian (Degenova & Rice, 2005:146).

d.      Eksperimen dan penggalian hal-hal seksual (Santrock, 2003: 239). Pacaran menjadi lebih berorientasi seksual dengan adanya peningkatan jumlah kaum muda yang semakin tertarik untuk melakukan hubungan intim (Degenova & Rice, 2005:146).

e.       Pemilihan teman hidup, Hurlock (1980: 228) mengemukakan melalui berpacaran adalah sebagai ajang penyeleksian pasangan. Remaja melalui berpacaran dapat menjajagi sifat-sifat pasangan sesuai yang diinginkan sebagai teman hidup. Atau dengan kata lain berpacaran dapat menjadi alat untuk memilih dan menyeleksi pasangan dan tetap memainkan fungsi awalnya sebagai masa perkenalan untuk hubungan yang lebih jauh Padgham & Bliyth dkk (Santrock, 2003: 239).

f.       Pacaran dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang sikap dan perilaku pasangan satu sama lain, pasangan dapat belajar bagaimana cara mempertahankan hubungan dan bagaimana mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi (Degenova & Rice, 2005: 146)

Lalu apakah pacaran benar-benar berdampak pada support sistem bagi kalangan remaja?

Perilaku dan hubungan seksual anak remaja saat ini seperti gaya berpacarannya sangat berbeda dengan remaja dahulu. Muliyati (2012) mengatakan bahwa pacaran jaman dahulu dijadikan sebagai suatu cara untuk menyeleksi pasangan dengan melibatkan pengawasan orang tua yang tujuannya adalah untuk menikah, sedangkan saat ini banyak remaja berpacaran yang tujuannya hanya sekedar untuk mengisi waktu, dan mengikuti tren, dimana hal ini orientasinya tidak untuk menikah.

Menurut Lestari (2015) pacaran jaman dahulu cenderung lebih pada perjodohan yang mengarah pada pernikahan tanpa adanya perkenalan, sedangkan pacaran jaman sekarang lebih pada hubungan yang dianggap sebatas permainan.Sujarwati, Yugistyowati, dan Haryani (2014), menyatakan remaja saat ini lebih terbuka dan bebas untuk melakukan apapun demi menunjukkan keseriusan kepada pasangannya. Setiawan (2010), dan Hays, dkk (2011) menyebutkan bahwa perilaku pacaran remaja terbagi dalam 2 jenis, yakni perilaku pacaran sehat dan perilaku pacaran tidak sehat. Setiawan (2010) menggolongkan perilaku pacaran sehat yang terdiri dari sehat secara fisik, psikis, dan sosial, sednagkan perilaku pacaran tidak sehat terdiri dari kissing, necking, petting, intercourse.

Pihak Pengadilan Agama Jakarta Pusat melansir, ratusan permintaan izin nikah di bawah umur hampir semuanya kondisinya adalah sudah hamil sebelum ikatan yang sah dilakukan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (2010), bahwa dari keseluruhan remaja usia 10-24 tahun dengan jumlah sampel 63.048 orang yang berstatus belum menikah ada 86,7%. Pada kelompok tersebut, remaja laki-laki sebanyak 31.372 orang (3,0%) dan perempuan sebanyak 31.676 orang (1,1%) menjawab pernah melakukan hubungan seksual.

Dengan melihat beberapa fakta yang terjadi menjadikan nilai dari tindakan berpacaran tersebut bukanlah sebuah solusi yang tepat bagi kalangan remaja khususnya dengan beralaskan support sistem bagi perkembangan remaja tersebut. Mengingat bahwa tindakan berpacaran ini memiliki lebih buruk dampaknya apabila remaja tersebut sama sekali belum mengerti celah dan dampak-dampak apa saja yang dapat di dapat dari berpacaran tersebut.

Dengan hal ini pula, menjadi PR besar bagi sejumlah orang tua zaman ini yang di mana mampu memberikan arahan dalam membimbing perkembangan baik secara sikologis dan fisik pada anak remaja khususnya. Sehingga masa remaja yang ia punya dapat di gunakan dengan hal-hal yang baik sehingga dapat membentuk kepribadian yang baik untuk masa depannya kelak.

 

DAFTAR RUJUKAN                                                                         

 

Asparian.,  Andriani, D., Lestari, T. (2015). Analisis Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja SMA/Sederajat di Kecamatan Sungai Manau Tahun 2014. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, Vol. 17(1), 55-66.

Sujarwati., Yugistyowati, A., Haryani, A. (2014). Peran Orang Tua dan Sumber Informasi dalam Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual Remaja pada Masa Pubertas di SMAN 1 Turi. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, Vol. 2(3), 112-116.

Setiawan, A. (2011, Oktober 25). Kekerasan dalam Relasi Pacaran masih Tinggi. Metro News Viva. Diunduh dari http://Metro.news.viva.co.id

Abbot, M. R., 1992. Masculine and Feminine, Gender roles over the life cycle. Second ed. Michigan : Mc.Graw Hill,Inc.

Baron, R.A., Byrne, P., 1994. Social Psychology: Understanding Human Interaction. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Coopersmith. S., 1967. The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: Freeman and Company.

Rahman, A dan Hirmaningsih. 1997. Pacaran Sehat. Panduan Ceramah. Yogyakarta: Sahabat Remaja.

Republika, 25 April 1999, “Seks Pra Nikah; Remajaku Sayang, ABG-ku Malang”.

 

 

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : alefvia-salsabila

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya