1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. LIFESTYLE

Pria Bodoh dan Kereta Cinta

Penulis : dittoradityo

15 Juni 2016 15:44

Sebuah kisah dari gerbong kereta, kala seorang pria yang rindu akan kampung halaman di pelosok Timur pulau Jawa. Waktu hampir delapan jam dihabiskan terduduk manis dengan bokong keramnya.

Ya, sudah empat tahun ternyata dia tidak pulang ke bertemu suasana masa kecil. Berbekal sebuah novel tebal, rasa kantuk berat mendera usai separuh dari cerita fiksi melankolis era 70'an dia lahap.

Entah siapa rekan sebangkunya kali ini, tiap melakukan perjalanan jauh yang terpikir dibenaknya hanyalah hal tersebut.

Meski telah menjalani berpuluh perjalanan dilaluinya, belum pernah satu kali pun dia temukan seorang yang menggugah hati bak serial televisi.

Tak lama kemudian sosok itu datang. Gadis berkerudung yang itu tampak seorang diri. Dengan melempar senyum permisi untuk duduk di kursi 15A.

Aku terdiam, mengagumi cahaya yang terpancar dari wajahnya. Lidah ini kelu, keringat dingin mendadak membasahi tubuhnya. Ini adalah reaksi normal ketika bertemu sang bidadari surga.

Tak sepatah kata pun keluar, hanya anggukan kepala sebagai tanda mengiyakan.

Kereta pun berjalan, pria bodoh ini tahu waktu yang dimiliki tidak lebih dari delapan jam saja untuk sebuah perkenalan singkat. Namun seorang dengan cap 'jomblo abadi' tentu bukan semudah membuat mie instan.

Berhubung mata sudah kehabisan daya akibat novel tebal, tak disangka tiga jam sudah dihabiskannya lantaran tertidur. Saat terbangun, hal pertama yang dicarinya adalah bidadari surga di sampingnya.

Panik, itu adalah kata pertama. Wanita tersebut menghilang. Coba ditunggu namun dia tak kunjung tiba.

"Apakah dia sudar turun di stasiun tertentu saat aku terlelap? Ah bodoh, bodoh!" gerutunya.

Ternyata Tuhan masih berbaik hati, dilihatnya wanita itu berjalan mendekati kursi 15A. "Aku tak boleh melepaskannya kali ini," tekadnya keras.

Perbincangan pun dimulai. Dengan materi seadanya dan juga modal tampang pas-pasan.

"Dari restorasi ya?," tanya pria ini. Namun wanita ini hanya mengangguk. Tak hilang topik pertanyaan ke dua langsung dilesakkan, "Mudik juga?", tetapi kembali anggukan serupa diterimanya.

Pria bodoh ini mati kutu, mengapa sungguh sulit ujian di kesempatan kali ini? Atau jangan-jangan dia terlalu sombong untuk mau berbicara?

Kikuk semakin memenjarakan pria ini, novel tebal coba dibolak-baliknya, lembar demi lembar. Tidak terasa satu jam terakhir di depan mata, namun sekedar nama pun tak didapatnya.

Menolehkan lagi leher ke arahnya, hatinya berdegup melihat keagungan ciptaan-Nya. Sungguh beruntung pasti pria yang bersama. Sebaliknya, sungguh terkutuk pria bodoh yang tidak mampu mencari tahu tentangnya meski duduk bersebelahan.

Suara petugas kereta mengatakan satu gerbong lagi kereta ini akan sampai. Namun bidadari surga ini masih nyenyak terlelap. Pria bodoh coba membangunkan dengan menepuk pundaknya. Dia terhenyak, sembari membuka mata dan melempar senyum kembali.

Satu pemandangan indah terakhir dari balik kaca kiri jendela, memghampar sawah hijau dengan langit senja. Ah sudah lah pikirnya, memang bukan momen indah perjalanan ini sama seperti sebelumnya.

Namun kala kepala ku miringkan 180 derajat, hati ini serasa mau copot. Hal yang tak pernah terbayangkan terjadi. Wanita ini menyodorkan secarik kertas dan berisikan nomer telepom, juga alamat lengkap tempat tinggalnya.

Saat diberikan pria bodoh ini hanya bisa kaku dan menerima dengan sejuta tanda tanya dengan tatapan heran dan bahagia. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya, isyarat menggoreskan bila kertas itu adalah penting untuk disimpan.

Dilihat nama yang tertulis, singkat memang, Aisyah. Setelah kereta berhenti kami pun bergegas keluar dari gerbong dan berpisah tanpa jejak.

Selang dua jam, saat pria bodoh ini berpikir adalah waktu yang tepat memperkenalkan diri lewat pesan singkat, Aisyah pun membalas dengan cepat.

"Salam kenal juga ya, aku Aisyah, maaf kita tidak bisa saling bertegur sapa atau ngobrol akan sesuatu, karena aku terlahir bisu, tetapi bukan berarti aku menolak berkenalan dengan mu, datangilah rumah ku, dengan senang hati aku akan menyambut mu".

Pria bodoh ini terdiam dan terpejam.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : dittoradityo

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya