1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. LIFESTYLE

Waspada 3 Tahapan 'Cuci Otak' Paham Radikal

Penulis : Ronin Alkaf

15 Mei 2018 12:14

Beberapa kelompok radikal memiliki pola rekruitmen dengan cara cuci otak yang hampir sama.

Planet Merdeka - Kasus brainwashing (cuci otak) merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam perang. Cuci otak mampu mengubah ideologi seseorang secara perlahan-lahan.

Metode cuci otak yang dilakukan beragam, meski tujuannya sama, membuat otak mereka melupakan sesuatu di masa lalu dan diisi dengan sesuatu yang baru.

Beberapa kelompok radikal memiliki pola rekruitmen dengan cara cuci otak yang hampir sama. Metode cuci otak tidak membutuhkan waktu yang lama hanya sekitar satu jam, namun sangat efektif dalam mengubah pola pikir seseorang.

Dikutip dari artikel yang dimuat laman merdeka.com pada tahun 2016, Abdul Rahman Ayub, Mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Australia menyebut tak butuh waktu lama untuk memasukkan paham radikalisme di kalangan pemuda.

Ayub mengaku telah mendoktrin banyak orang di Indonesia, Malaysia, Filipina dan Australia. Pola doktrin yang diterapkan beberapa kelompok radikal seperti Negara Islam Indonesia atau DI/TII memiliki tiga tahapan.

Para kelompok radikal, Ayub mengatakan bahwa, lebih memilih merayu para pemuda yang sedang putus asa lantaran tidak memiliki pekerjaan atau karena ketidakpastian akan masa depan.

Rayuan seperti yang dilakukan mantan kelompoknya saat itu akan lebih mengena jika menggunakan hadist atau ayat-ayat Alquran.

Berikut beberapa metode yang digunakan

2 dari 5 halaman

Sejarah Perjuangan Islam

Membicarakan soal khilafah dan runtuhnya kekhalifahan agar mengingatkan bahwa Islam dulu pernah jaya. Cara ini cukup dilakukan selama 20 menit.

3 dari 5 halaman

Menampilkan Tontonan Kekejaman

Memperlihatkan serangan AS di Irak dan Afghanistan serta penjara Guantanamo. "Tahap ini dilakukan selama 30 menit, untuk memunculkan semangat juang mereka."

4 dari 5 halaman

Pendalilan

Menyampaikan dalil-dalil dalam al-Quran dan hadist sesuai pemahaman mereka untuk menimbulkan keinginan untuk berjihad.
5 dari 5 halaman

Banyak penafsiran yang menyimpang.

Ayub mengatakan, paham terorisme tidak semata-mata muncul dari diri seseorang. Anak muda akan merasa senang jika diberikan hadist atau ayat Alquran. Mereka akan merasa lebih dekat dengan Tuhan disaat putus asa. Namun, ia menyayangkan banyak penafsiran yang menyimpang.

Dia menilai, banyak penafsiran yang menyimpang. Dia mencontohkan, beberapa anggota ISIS (Islamic State of Syria Iraq) tega memenggal kepala orangtuanya karena tidak mau dibaiat menjadi anggota ISIS.

Dia menyadari bahwa pandangannya yang radikal itu salah sehingga dia memutuskan untuk berhenti.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : ronin-alkaf

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya