1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

29 Wanita Dijual ke Tiongkok, Begini Pengakuan Korban

Penulis : Moana

24 Juni 2019 11:16

29 wanita asal Indonesia jadi korban TPPO

Planet Merdeka - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) kembali terjadi dan melibatkan warga negara Indonesia (WNI). Sebanyak 29 orang wanita menjadi korban TPPO ini. Mereka 'dijual' ke Tiongkok.

Modus yang digunakan untuk mengelabuhi korban adalah 'pernikahan pesanan'. Namun, selama berada disana, para korban justru mendapatkan perlakuan yang tak manusiawi.

2 dari 15 halaman

Pengakuan salah satu korban

Salah satu wanita yang menjadi korban TPPO ini adalah Monika (23). Ia berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Monika pun kemudian mengungkap awal mula dirinya bisa menjadi korban.

Monika mengaku bahwa dirinya dikenalkan dengan agen perekrut atau makcomblang oleh temannya. Monika mengaku bahwa agen ini ada dua orang yang satu berasal dari Indonesia dan satu lagi berasal dan Tiongkok.
3 dari 15 halaman

Bertemu dengan makcomblang

Makcoblang itu menjanjikannya bahwa ia akan mendapat Rp20 juta ditambah jaminan kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya. Setelah ia setuju dengan tawaran tersebut, ia pun kemudian dibawa untuk bertemu dengan pria asal Tiongkok yang akan menikahinya.

“Saya dipertemukan dua pria Tiongkok di Pontianak, ditawari nikah dengan dia. Saya enggak mau dan saya dicarikan pria lainnya oleh makcomblang,” bebernya.


4 dari 15 halaman

Dipertemukan dengan pria Tiongkok

Selanjutnya, Monika pun dibawa ke Singkawang, Kalimantan Barat untuk dipertemukan dengan dua orang pria Tiongkok. Dan setelah pertemuan itu, ia kemudian ditanya apakan setuju untuk menikah dengan pria Tiongkok tersebut.

“Bertemu di sebuah rumah. Habis itu kami melakukan pertemuan dan ditanya setuju apa tidak menikah dengan laki-laki Tiongkok itu,” ujarnya.


5 dari 15 halaman

Monika dijanjikan kehidupan yang enak

Monika pun tak langsung mengiyakan. Ia bertanya apakan dirinya aman menikah dengan orang yang berasal dari luar negeri. Namun, menurut Monika, sang agen mengatakan bahwa ia akan hidup dengan enak disana. Hingga akhirnya, ia mau menikah dengan pria tersbeut.

“Saya tanya aman enggak di sana karena nikah sama orang luar negeri. Kata dia ‘kamu di sana hidupnya enak nanti’. Oke lah saya mau yang ini, saya pilih salah satu laki-laki itu,” katanya.
6 dari 15 halaman

Monika menikah dengan pria Tiongkok

Tak lama setelah itu, Monika pun melaksanakan prosesi pernikahan dengan pria tersebut. Monika pun menerima cincin kawin serta uang mahar senilai Rp19 juta. Setelah menikah, Monika kembali ke rumahnya dan keesokan harinya, ia dibawa ke sebuah rumah untuk menandatangani surat nikah.

“Di situ ada dua orang laki-laki, saya enggak kenal. Dia tanya saya, benar mau ikut ke Tiongkok, saya bilang oke mau, abis itu saya tanda tangan surat (nikah) itu,” jelasnya.

7 dari 15 halaman

Monika ke Tiongkok bersama agen perekrut

Sepekan kemudian, Monika lalu diberangkatkan ke Tiongkok melalui bandara Internasional Soekarno-Hatta pada 18 September 2018, tanpa suaminya. Ketika tiba disana, ia bertemu dengan agen dari Tiongkok.

“Saya disambut lagi sama dua orang Tiongkok. Itu adik bos besar (agen) Tiongkok. Lalu berangkat, saya terbang ke Tiongkok bertiga,” ungkapnya.

8 dari 15 halaman

Mendapatkan kekerasan

Setibanya di Tiongkok, Monika ternyata tak langsung diantarkan ke rumah suaminya,. Monika dibawa ke sebuah apartemen dimana terdapat tiga wanita asal Indonesi lainnya.

Dan keesokan harinya, ia dijemput oleh keluarga sang suami dan dibawa ke rumah mertuanya. Bukannya kebahagiaan yang ia dapat. Sebaliknya, Monika mengaku bahwa ia kerap kali mendapat perlakuan tak manusiawi dan kekerasan dari sang suami dan mertuanya.

9 dari 15 halaman

Ditelanjangi dan disuruh tidur di luar

Parahnya lagi, Monika juga mengaku bahwa dirinya pernah ditelanjangi lantaran menolak berhubungan seksual dengan suaminya. Tak sampai disitu, setelah ditelanjangi, Monika pun disuruh untuk tidur di luar, padahal saat itu sedang musim dingin.

“Pas saya lagi datang haid itu saya tidak melayani suami saya. Saya dimarahi mertua dan telanjangi pas musim dingin. Saya kan enggak mau nurut, saya nangis terus di sana karena ditelanjangi. Lalu saya minta pulang, saya disuruh tidur di luar saat musim dingin,” ungkapnya.
10 dari 15 halaman

Dipekerjakan tanpa upah

Selain itu, Monika juga mengaku dipekerjakan tanpa jam kerja yang jelas serta tak diberi upah oleh sang suami dan mertuanya.

“Saya juga dipekerjakan sama mertua merangkai bunga, saya dipekerjakan dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Dipaksa kerjanya harus cepat kalau telat dimarahi. Saya enggak dikasih uang sama sekali,” tutup Monika.
11 dari 15 halaman

Dipaksa bekerja

Terkait hal ini, Sekjen Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Bobi Anwar Ma’arif mengatakan ada sebanyak 29 wanita yang dijual dengan modus pernikahan pesanan tersebut.

Menurutnya, setelah dinikahi oleh pria warga negara Tiongkok, wanita-wanita ini kemudian dibawa kesana dengan dokumen palsu. Parahnya, wanita-wanita ini tak diperlakukan seperti seorang istri. Mereka justru dipaksa untuk bekerja dengan sangat tak wajar.

“Mereka dipaksa bekerja di luar kewajaran. Mulai pukul 7 pagi sampai 6 sore. Selanjutnya diberi kesempatan beristirat sebentar, lalu lanjut bekerja sampai pukul 9 malam,” ungkap Bobi.
12 dari 15 halaman

Tak mendapatkan upah

Nahasnya, mereka tak mendapatkan upah apapun dari sang 'majikan'. Mereka juga mendapatkan tindakan kekerasan dari sang suami.

“Korban dijadikan pekerja tanpa adanya uang bayaran serta mendapatkan perlakuan kekerasan oleh suaminya atau pria Tiongkok yang menikahinya,” jelasnya.
13 dari 15 halaman

Dianiaya jika tak mau berhubungan intim

Bukan hanya kekerasan ketika mereka tak mau bekerja, para wanita ini juga akan dianiaya oleh sang suami jika mereka menolak untuk melakukan hubungan seksual.

“Akibatnya, teman-teman menolak hubungan seksual. Ketika menolak, dipukul dan berbagai macam bentuk kekerasan fisik lainnya,” jelasnya.
14 dari 15 halaman

Korban berasal dari daerah terpencil

Dari 29 orang korban, Bobi mengatakan bahwa ada 13 orang yang berasal dari Kabupaten Senggau, Kalimantan Barat dan 16 orang wanita berasal dari Jawa Barat.

Menurutnya, dalam setiap melakukan aksinya, para agen atau makcomblang akan begerak mencari korban dari dua wilayah itu dan juga dari Jakarta. Para korbannya adalah wanita yang tinggal di desa-desa yang terpencil.

Untuk meyakinkan korban, para agen ini kemudian akan memberikan sejumlah penawaean yang menggiurkan. Mereka juga dijanjikan akan mendapatkan kesejahteraan dan akan diberikan kebebasan setelah menikah dengan pria asal Tiongkok tersebut.

“Di desa-desa itu, pertama korban yang kita temukan banyak direkrut, mereka masuk desa mencari target yang SDM-nya jauh. Jauh dari internet dan mencari target orang yang membutuhkan (uang),” bebernya.
15 dari 15 halaman

Hanya mendapat Rp20 juta

Lebih tragis lagi, para korban hanya mendapatkan Rp20 juta saja untuk keluarga mereka. Padahal, pria Tiongkok yang menjadikan mereka istri mengeluarkan uang sampai dengan Rp400 juta demi bisa membawa mereka ke negaranya.

“Di Indonesia dihargai oleh agen Rp400 juta dan dibagi ke agen lain hingga ke perekrut sudah nyebar ke desa-desa,” tuturnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya