1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

Dikira Obesitas, 'Pria' ini Justru Alami Keguguran Karena Tak Segera Dapat Perawatan Untuk Bersalin

Penulis : Moana

18 Mei 2019 11:08

Seorang 'pria' hamil

Ketika tiba di rumah sakit, seorang 'pria' mengeluh bahwa dirinya mengalami sakit perut yang sangat parah. Namun, perawat di rumah sakit tersebut, tak menganggap itu sebagai sebuah keadaan yang darurat.

Terlebih 'pria' itu dalam keadaan obesitas dan berhenti meminum obat tekanan darah. Namun, ternyata pria itu tengah hamil. Ia ternyata adalah seorang pria transgender. Karenanya ia kemudian harus menjalani persalinan dengan kondisi lahir mati.

2 dari 13 halaman

Dimuat dalam di New England Journal of Medicine

Kasus ini dimuat dalam New England Journal of Medicine hari Rabu (15/05/2019). Dalam jurnal tersebut diketahui bahwa masalah yang lebih besar adalah mengenai pemberian label atau asumsi dalam masyarakat yang dalam menghadapi variasi gender di dunia olahraga, hiburan dan pemerintahan.

Penulis jurnal tersebut mengutatakan bahwa dalam dunia kedokteran sendiri ada bahaya yang sama dengan penyakit yang hilang seperti sel sabit dan cystic fibrosis yang sebagian besar memengaruhi kelompok ras tertentu.

3 dari 13 halaman

Sebuah contoh yang dialami oleh transgender

Sang penulis yakni Dr. Daphna Stroumsa dari University of Michigan, Ann Arbor, mengatakan bahwa yang utama bukanlah mengenai sosok individunya tapi yang ditekankan disini adalah mengenai interaksi seorang transgender dengan sistem perawatan kesehatan.

"Intinya bukanlah apa yang terjadi pada individu tertentu, tetapi ini adalah contoh dari apa yang terjadi pada seorang transgender yang berinteraksi dengan prosedur perawatan kesehatan yang ada," katanya.
4 dari 13 halaman

Diklasifikasikan sebagai seorang laki-laki

Lebih lanjut, Dr. Daphna mengatakan bahwa ia diklasifikasikan sebagai seorang laki-laki. Namun, klasifikasi tersebut ternyata membuatnya tak menerima pertimbangan terkait kebutuhan medis yang sesungguhan ia butuhkan.

"Dia benar diklasifikasikan sebagai laki-laki. Tapi klasifikasi itu membuat kita tidak mempertimbangkan kebutuhan medisnya yang sebenarnya," tulisnya.

5 dari 13 halaman

Kemungkinan kasus seperti ini tak akan teridentifikasi

Lebih lanjut, Dr. Daphna mengatakan bahwa dimanapun itu dan kapanpun itu, kasus seperti ini pasti akan terjadi. Namun, pasien tersebut kemungkinan besar tidak akan teridentifikasi.

Seorang laki-laki transgender, yang dianggap perempuan saat lahir tetapi yang diidentifikasi sebagai laki-laki, mungkin atau tidak mereka menggunakan hormon maskulinisasi atau telah melakukan operasi, seperti pengangkatan rahim.
6 dari 13 halaman

Tak pernah menstruasi

Pasien berusia 32 tahun itu ternyata telah memberitahu perawat bahwa dirinya adalah transgender ketika ia tiba di ruang gawat darurat dan dari catatan medis elektroniknya mencantumkan bahwa ia adalah pria.

Pria tersebut, ternyata tak pernah mengalami menstruasi dalam beberapa tahun terakhir. Dan 'pria' itu juga telah menggunakan testosteron, hormon yang memiliki efek maskulinisasi dan dapat mengurangi ovulasi dan menstruasi. Tapi dia kemudian menghentikan mengonsumsi obat hormon dan tekanan darah setelah kehilangan asuransinya.
7 dari 13 halaman

Lakukan tes kehamilan

'Pria' itu pun kemudian melakukan tes kehamilan di rumahnya. Dan hasilnya positif. Ia mengatakan bahwa ia 'mengompol' atau itu adalah suatu tanda kemungkinan pecahnya ketuban dan persalinan.

Seorang perawat pun kemudian memerintahkan tes kehamilan tetapi hasilnya dianggap bahwa itu bukan sesuatu yang mendesak dan stabil.
8 dari 13 halaman

Dikonfirmasi hamil

Beberapa jam kemudian, seorang dokter melakukan pemeriksaan pada pasien tersebut. Dan dari hasil tes rumah sakit mengkonfirmasi bahwa ia hamil.

Ultrasonografi menunjukkan tanda-tanda aktivitas jantung janin yang tak jelas, dan dari pemeriksaan yang dilakukan mengungkapkan bahwa sebagian tali pusar telah masuk ke saluran lahir.

9 dari 13 halaman

Melahirkan bayi dalam keadaan mati

Dokter pun kemudian bersiap untuk melakukan operasi caesar. Tetapi, ketika di ruang operasi tak didapati adanya detak jantung janin yang dikandung pasien tersebut.

Dan beberapa saat kemudian setelah dilakukan operasi caesar pria itupun melahirkan bayi yang sudah dalam keadaan mati.

10 dari 13 halaman

Peristiwa yang menyedihkan

Seorang wanita yang muncul dengan gejala yang sama dianggap bahwa hampir pasti mereka harus diprioritaskan dan dievaluasi lebih mendesak untuk masalah yang berhubungan dengan kehamilan. Bahkan seorang dokter pun mengatakan bahwa ini adalah peristiwa yang menyedihkan.

"Ini kejadian yang sangat menyedihkan, ini hasil yang tragis," kata Dr. Tamara Wexler, spesialis hormon di NYU Langone Medical Center.
11 dari 13 halaman

Banyak dokter yang tak 'terlatih'

Dr. Tamara juga mengatakan bahwa perlu dilakukan pelatihan medis tentang penanganan terhadap pasien transgender. Pasalnya, menurutnya, hingga kini masih banyak dokter yang tidak 'terlatih' (menangani pasien transgender) dalam pelatihan mereka, tetapi mereka tentu dapat belajar dari kasus pasien seperti ini.

"Pelatihan medis harus mencakup pemaparan terhadap pasien transgender sehingga petugas kesehatan lebih mampu memenuhi kebutuhan mereka," katanya.
12 dari 13 halaman

Tak cukup hanya pelatihan

Sementara itu, seorang spesialis kesehatan transgender dan psikolog di University of Minnesota, Nic Rider, mengatakan bahwa pelatihan saja tidaklah cukup.

"Ada bias implisit yang perlu diatasi. Itu tidak berarti bahwa kita hanya membuang pemikiran kritis atau berpikir tentang bagaimana manusia berbeda," kata Rider.

13 dari 13 halaman

Bukan hal yang mengejutkan?

Gillian Branstetter, juru bicara kelompok advokasi, Pusat Nasional untuk Kesetaraan Transgender di Washington mengatakan bahwa kasus itu tak terlalu mengejurkan. Pasalnya seorang transgender akan sering mengalami masalah dalam mendapatkan perawatan kesehatan khusus gender seperti skrining kanker serviks, kontrol kelahiran dan skrining kanker prostat.

Lebih banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran medis dan pengakuan akan keanekaragaman karena menurutnya, konsekuensinya bisa sangat fatal dan mengerikan, seperti yang dialami oleh pasien dalam kasus ini.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya