Festival gandrung sewu diboikot FPI, Disbudpar Banyuwangi turun tangan
Penulis : Queen
19 Oktober 2018 09:20
FPI Boikot Tari Gandrung
Planet Merdeka - FPI Banyuwangi menolak gelaran festival Gandrung Sewu. Festival tersebut rencananya akan menampilkan seribuan penari Tari Gandrung di Pantai Boom Banyuwangi.
"Kami saling menghormati saja. Karena memang tidak ada kemaksiatan dalam Gandrung Sewu ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Muhammad Yanuar Bramuda Kamis (18/10/2018).
2 dari 6 halaman
Festival Tari Gandrung tetap akan dilaksanakan
Meski mendapat penolakan, Festival Gandrung Sewu tetap akan digelar pada Sabtu (20/10). Festival ini bakal menarik minat wisatawan domestik hingga mancanegara.
Bramuda mengatakan, Tari Gandrung sudah diakui dunia merupakan tarian asli Banyuwangi. Festival ini sekaligus memperkenalkan Tari Gandrung kepada khalayak lebih luas lagi.
3 dari 6 halaman
Asal usul Tari Gandrung
Jika dilihat dari asal-usulnya, Tari Gandrung sudah lama dikenal masyarakat Banyuwangi. Tampak dari pakaiannya, Tari Gandrung banyak dipengaruhi budaya Bali semasa Kerajaan Blambangan.
Kerajaan Blambangan sendiri berdiri pada abad ke-16 yang merupakan kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa. Kerajaan itu berpusat di ujung Pulau Jawa.
4 dari 6 halaman
Tarian yang merupakan perwujudan syukur
Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Tari Gandrung adalah khas Banyuwangi yang merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat setelah panen. Pada mulanya tarian ini adalah bentuk syukur kepada Dewi Sri atau Dewi Padi. Gandrung juga berarti 'yang disenangi atau digandrungi' sehingga tarian ini mengungkapkan suka cita.
Menurut tulisan Scholte tahun 1927, Tari Gandrung mulanya ditarikan oleh pria yang berdandan seperti wanita. Instrumen utama tarian ini adalah gendang atau gamelan khas Osing.
5 dari 6 halaman
Dahulu ada penari gandrung laki-laki
Ketika agama Islam masuk wilayah Blambangan, penari Gandrung laki-laki mulai perlahan hilang. Ini karena dalam ajaran Islam, pria tak boleh berpakaian wanita.
Dalam buku 'Roepa, roepa, tjerita Radja Blambangan namanja Pangeran Pateh' yang ditulis oleh Hendrik Arkelaus Gerrits pada 1871 disebutkan bahwa agama Islam sudah masuk wilayah Jawa. Pada buku itu ditulis 'Egama Mohamat' atau Agama Nabi Muhammad.
Kini Tari Gandrung dipentaskan oleh wanita. Gerak gemulai yang meriah dengan pakaian dominan merah dan emas Tari Gandrung bisa memukau siapapun penontonnya.
6 dari 6 halaman
Tari Gandrung pernah dipentaskan saat Sumpah Pemuda
Tari Gandrung pernah dipentaskan di Istana Negara pada peringatan Sumpah Pemuda tahun 2016 dan Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi pada tahun 2017. Pada saat peringatan HUT RI itu, para penari kemudian membentuk angka 72 yang merupakan usia RI di tahun 2017.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : queen
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Ibu Norma Risma Sumpahi Anaknya Susah Melahirkan karena Tak Ingin Pisah Rumah dengan Menantu
30 Desember 2022 10:15 -
Staff RS Syok Lihat Rekaman CCTV, Terima Pasien Sudah Meninggal
23 Desember 2022 08:43 -
Hanya Luka Tembak!, Ahli Forensik Pastikan Tidak Ada Penyiksaan
20 Desember 2022 13:58 -
Menguak Fakta Baru Rekaman CCTV, Kronologi Jelang Penembakan Brigadir J
1 Agustus 2022 09:51
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.