1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

Ini Figur Pilot Perempuan Pertama Afghanistan

Penulis : Yuli Astutik

23 Agustus 2021 11:16

Planet Merdeka - Figur Niloofar Rahmani pernah menjadi perhatian dunia lantaran sukses mencetak sejarah sebagai pilot perempuan Angkatan Udara Afghanistan pertama. Otomatis, ia pun menjadi ikon feminisme serta simbol harapan bagi jutaan perempuan di Afghanistan.

Mengutip CNN, perempuan berusia 28 tahun itu sebelumnya mendaftarkan diri pada program pelatihan Angkatan Udara Afghanistan pada 2010. Tapi perjalanannya untuk menjadi pilot tidaklah mulus. 

Ia diinfokan kerap mendapatkan perlakuan yang tak menyenangkan serta beberapa kali dianggap bahwa fisiknya tidak layak untuk terbang.  

“Para pria memperlakukan saya seperti saya akan gagal. Saat itu saya baru berusia 18 tahun. Tapi saya mencoba mengabaikannya,” kata Niloofar Rahmani saat diwawancarai BuzzFeed News.

2 dari 4 halaman

“Mereka (pria) selalu mengatakan kepada saya bahwa saya akan gagal karena saya seorang perempuan. (Fisik) saya juga dianggap lemah dan tidak bisa menerbangkan pesawat,” tambahnya.

Semangat serta pantang menyerah Niloofar akhirnya terbayarkan. Pada 2013 Niloofar berhasil menjadi pilot perempuan pertama yang menerbangkan fixed-wing jet di Angkatan Udara Afghanistan serta menjadi pilot perempuan Angkatan Udara Afghanistan pertama sejak kejatuhan Taliban pada 2001.

Foto-fotonya ketika memakai seragam Angkatan Udara Afghanistan, kerudung, dan kacamata hitam seketika langsung viral saat itu.

Menariknya, pencapaian Niloofar yang semula tak terbayangkan ini konon menjadikannya memperoleh International Women of Courage Award atau Penghargaan Keberanian Perempuan Internasional dari Kementerian Luar Negeri AS, pada 2015.

Penghargaan itu langsung diberikan oleh Ibu Negara Amerika Serikat kala itu, yakni Michelle Obama.

3 dari 4 halaman

Niloofar pernah memperoleh ancaman pembunuhan dari Taliban

Tapi sayang, kepopuleran Niloofar itu malah menjadikannya menerima banyak ancaman pembunuhan.

Bahkan, ancaman pembunuhan itu menjadikan ia dan keluarganya harus berpindah rumah.

“Taliban mulai mengancam saya dan keluarga saya dengan mengatakan bahwa saya bukanlah perempuan muslim yang baik, saya sudah melupakan budaya muslim dan pantas dibunuh demi kehormatan,” kata Niloofar saat diwawancarai Fox 13.

4 dari 4 halaman

“Karena hal itu kami sering berpindah rumah, terkadang tiga kali dalam satu bulan. Pemerintah Afghanistan tidak pernah mendukung saya dalam hal ini. Pihak Angkatan Udara juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah memaksa saya untuk berada di sana,” tambahnya.

Setelah hidup bertahun-tahun hidup dalam ancaman, Niloofar akhirnya melarikan diri dari Afghanistan. Ia pergi ke Amerika Serikat, sedangkan orang tua dan saudaranya tetap tinggal di Kabul, Afghanistan.

Sesudah meninggalkan negaranya, Niloofar lalu mengajukan hak asylum ke pemerintah AS. Singkat cerita, pada 2018.

Niloofar memperoleh asylum atau suaka perlindungan dari pemerintah Amerika Serikat dan saat ini tinggal di Tampa, Florida.

Sekarang sesudah Taliban kembali menguasai Afghanistan, Niloofar mengungkapkan kekecewaan dan kesedihannya.

Ia pun mencemaskan keluarganya yang berada di Afghanistan.

“Tiba-tiba saja, para setan ini muncul kembali ke kota. Mereka (Taliban) tahu bahwa Afghanistan sepenuhnya berada di bawah kekuasaan mereka dan mereka akan mulai melakukan kekerasan dan hukuman”.

“Itu adalah hukum yang mereka berlakukan sejak 20 tahun yang lalu, atau mungkin lebih kejam,” papar Niloofar.

“Ini benar-benar mengecewakan. Kami tidak pernah berpikir situasi dan cerita di Afghanistan akan terulang lagi, seperti sekarang ini,” tandasnya, dilansir dari Fox 13.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : yuli-astutik

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya