1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

Inovasi “Goyang Gayo” Pemkab Gianyar Tingkatkan Kualitas SDM menuju TOP 45 SINOVIK 2019

Penulis : Rahmad

17 Juli 2019 23:34

Inovasi ini merupakan 99 inovasi yang lolos dari tingkat Nasional.

Planet Merdeka - Untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sesuai visi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, tak perlu biaya mahal.

Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, Bali, lakukan Inovasi “Goyang Gayo” menuju TOP 45 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).

Pemkab Gianyar lolos dari sekitar 3.000 inovasi se-Indonesia. Inovasi ini merupakan 99 inovasi yang lolos dari tingkat Nasional.

Inovasi ini merupakan gerakan mengajak masyarakat mengkonsumsi garam beryodium, karena berfungsi memperlancar metabolisme sehingga perkembangan dan pertumbuhan, kecerdasan dan mencegah beberapa penyakit seperti gondok.

"Goyang Gayo mengajarkan masyarakat agar pintar menggunakan garam beryodium, misalnya tata cara penggunaan yang baik sehingga rasanya tidak pahit”, ujar Bupati Gianyar I Made Agus Mahayastra, Rabu, (17/7) di Gianyar.

Goyang Gayo adalah gerakan semua orang mengkonsumsi garam beryodium, pertama dilakukan tahun 2017 di Desa Sukawati, lalu tahun 2018 diikuti di 6 desa lainnya di Kecamatan Sukawati.

Inovasi ini muncul karena cakupan penggunaan garam beryodium terstandar (kadar iodium 39-80 ppm) sangat rendah yaitu hanya 3,8 persen dari target 90 persen.

"Kondisi ini diakibatkan kurang pahamnya warga terhadap manfaat, penggunaan, mendapatkan gayam yang memenuhi standar”, jelas I Made Agus Mahayastra.

Dirinya menambahkan, bahwa inovasi Goyang Gayo memiliki dampak yang besar, karena garam beryodium ini mampu meningkatkan kecerdasan terutama pada anak, apalagi saat ini Gianyar sedang gencar menanggulangi dan mencegah stunting.

2 dari 2 halaman

Bupati sangat optimis dengan penggunaan Garam Beryodium akan meningkatkan kualitas SDM.

Rendahnya pencapaian penggunaan garam beryodium disebabkan beberapa faktor seperti gaya hidup ibu rumah tangga hingga karena rasanya yang pahit, padahal jika dimanfaakan dengan baik, rasa pahit itu disebabkan karena penggunaan terlalu banyak dan dimasak terlalu lama.

"Kami memang tidak bisa membatasi penggunaan garam biasa, namun kami bisa mendidik masyarakat tentang fungsi garam beryodium”, papar I Made Agus Mahayastra.

Ia berharap dengan meningkatnya konsumsi Gayo dapat mengurangi gangguan akibat kekurangan yodium yang tidak hanya berakibat pada pembesaran kelenjar tiroid, penyebaran abortus pada ibu hamil, bayi lahir mati, berat anti lahir rendah, lahir bayi retardasi mental, dan stunting.

Dengan adanya inovasi yang sudah terbukti keberhasilannya, diharapkan mendapat respon positif dan berkelanjutan, jika didukung seluruh komponen masyarakat.

"Saat ini inovasi ini sudah juga dilaksanakan di desa2 wilayah Puskesmas UBUD II Dan Gianyar II”, ungkap I Made Agus Mahayastra.

Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Cahyani, kalau garam beryodium merupakan hal kecil yang berdampak besar.

Penggunaan garam yang masih kecil membutuhkan perhatian lintas sektoral, sehingga bisa berjalan sesuai harapan. Kegiatan evaluasi Goyang Gayo yang dilaksanakan pertengahan 2019 di Banjar Kebalian, Desa Sukawati menunjukkan peningkatkan yang cukup drastis.

"Awalnya tahun 2017 penggunaan garam beryodium hanya 3,8 persen, pada tahun 2018 menjadi 65 persen dan tahun 2019 menjadi 76 persen”. pungkas Ida Ayu Cahyani.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : rahmad

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya