1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

Kisah Agus meninggal diatas becak dan keluarga tak ada yang mau ngurus jenazahnya

Penulis : Aleolea Sponge

18 Juli 2017 10:07

Keluarga seharusnya ada saat suka ataupun duka anggota keluarga lainnya.

Tapi, tak demikian halnya yang dirasakan pria bernama Muhammad Agus Hariono (51).


Agus merupakan seorang tukang becak di kawasan Putro Agung Gang III, Kelurahan Rangkah, Tambaksari, Kota Surabaya.

Ia hidup di atas becak, mulai makan, tidur, bahkan baju-bajunya pun disimpan di becaknya.

Pada Kamis (13/7/2017), Agus ditemukan tewas di becak yang selalu menemaninya itu.

Tak ada yang tahu penyebabnya, namun warga sekitar menemukan jenazah Agus secara tiba-tiba.

"Almarhum sehari-hari ya di atas becak, di depan gang," ujar Ketua RT 03 Jalan Rangkah Surabaya, Supriadi (47) pada TribunJatim.com saat ditemui di rumahnya.

"Tidurnya juga di atas becak, baju-bajunya disimpan di becak, warga kadang ngasih makan juga," lanjutnya.

Malangnya, Agus pun tetap mengalami nasib pilu hingga akhir hayatnya.

Bagaimana tidak, Supriyadi mengungkapkan keluarga korban tak ada yang mau mengurus jenazah Agus.

"Sempat dibawa ke rumah keluarganya di dekat sini, tapi keluarganya bilang sudah nggak mau ngurusi," jelasnya.

Parahnya, keluarga korban malah menutup pintu dan sempat menghilang dari rumah ketika Supriyadi memberi penjelasan.

"Saya nggak berani maksa, warga juga sempat heran kok nggak mau ngurus," jelas Supriyadi.

"Daripada maksa nanti nggak diterima, justru kita yang kena," tambahnya.

"Jadi, ya bersama-sama dengan warga kita urus pemakamannya," ujar Supriyadi.

Warga sebelumnya sempat melaporkan meninggalnya Agus ke Polsek Tambaksari dan membawa jenazahnya ke rumah sakit.

Usai dinyatakan meninggal di rumah sakit, warga dan anggota Polsek Tambaksari bersama-sama membantu persiapan pemakaman.


Mulai dari memandikan jenazah, salat, hingga persiapan pemakaman di Balai RW III.

Biaya pemakaman juga ditanggung oleh warga sekitar melalui iuran simpati.

"Saya nggak tahu jumlahnya, tapi Alhamdulillah sisa Rp 630 ribu setelah bayar mudhin, tukang gali tanah, lampu, dan rumah sakit," terang Supriyadi.

"Sisanya kami buat untuk kirim doa tahlilan yang juga diurus warga," sambungnya.

Belum dipastikan apa sebenarnya penyebab meninggalnya kakek Agus, namun Supriyadi menduga almarhum meninggal karena sakit.

"Mungkin sakit, perut kosong sering kena angin malam," ujar Supriyadi.

Sekilas Tentang Kisah Pilu Hidup Agus

Agus merupakan anak pertama yang sempat tinggal dengan ayah tirinya.

Setelah ibunya meninggal, hidup Agus mulai terlantar hingga diusir keluarga dan tak diurus.

"Kata warga di sini, sempat diusir keluarga ayah tirinya setelah ibunya meninggal," kata Supriyadi.

"Dulu tinggalnya ya di rumahnya yang ditempati sama almarhumah ibu dan ayah tirinya itu," lanjutnya.

Saat TribunJatim.com mendatangi rumah almarhum di Jalan Putro Agung No 38, terlihat rumah berpagar hitam yang sedang ditinggal penghuninya.

Lampu pijar berwarna putih tampak menyala dibalik kelambu merah muda di ruang tamu.

Namun, tak ada seorang pun yang terlihat keluar untuk menghampiri TribunJatim.com.

Agus yang hidup serba kekurangan harus membawa baju-bajunya di bungkusan tas plastik di atas becak.

Tumpukan baju tak layak pakai itu diletakkan di belakang kursi becak bersama kardus, dan botol minuman plastik.

Becak bercat biru itu juga terlihat berkarat, bagian penyangga kanan tampak patah dan disambung kayu dengan lilitan tali rafia kuning.

sumber

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya