1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

Kisah Pilu Wanita yang Diculik ISIS Sejak Berusia 17 Tahun, Diperkosa Hingga Dijual

Penulis : Moana

11 September 2019 10:39

Kisah pilu tawanan ISIS

Planet Merdeka - Kisah pilu dialami oleh seorang wanita bernama Hayfa Adi. Saat usianya menginjak 17 tahun, wanita ini diculik oleh militan ISIS di Irak Utara. Selama lebih dari dua tahun, Hayfa ditahan. Saat ditahan itu, Ia juga berulang kali diperkosa, disiksa, dipukuli hingga diperdagangkan seperti hewan ternak.

"Mereka membeli kami seolah-olah kami adalah domba. Persis seperti domba," cerita Hayfa.

2 dari 19 halaman

Hayfa Adi mengaku menghadapi masa yang sulit

Namun, setelah ia berhasil meloloskan diri, wanita yang juga merupakan seorang ibu muda ini mencoba untuk membangun hidupnya kembali. Ia tinggal di Queensland, Australia.

Hayfa juga mencoba untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi pada sang suami, Ghazi Lalo. Menurut Hayfa ia pun mengatakan bahwa ketika ia tak tahu tentang berbagai macam hal itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuknya.

"Sangat sulit, sangat sulit bagi kami semua", katanya.
3 dari 19 halaman

Sang anak tanyakan keberadaan suaminya

Putra tertua pasangan itu masih balita ketika Ghazi menghilang. Namun, menurut Hayfa, anaknya selalu menanyakan tentang keberadaan sang suami. Hal itulah yang membuat Hayfa merasa sedih.

"Dia ingat ayahnya dan terus bertanya, 'Bu, kapan ayah kembali?'," tutur Hayfa.
4 dari 19 halaman

Berusaha menemukan sang suami

Sementara itu untuk anak bungsunya, Hayfa mengatakan bahwa anaknya tak mengenali suaminya. Pasalnya, anak bungsunya lahir ketika berada di kamp penangkapan ISIS. Ia pun berharap bisa segera bertemu dengan sang suami.

"Kami benar-benar harus menemukan cara untuk bertahan hidup,” ujarnya.
5 dari 19 halaman

ISIS lakukan kejahatan genosida

Hayfa pun mengatakan bahwa dirinya sudah berpisah sejak 5 tahun dengan keluarganya.

Keluarga Hayfa hancur karena kejahatan genosida yang dilakukan oleh ISIS terhadap orang-orang Yazidi di bagian Irak Utara dan Suriah. Lebih dari 7 ribu etnis minoritas dan agama dibunuh oleh ISIS. Sementara lebih dari 3 ribu orang lainnya hilang.
6 dari 19 halaman

Saat tengah akan makan siang dengan keluarga

Saat ISIS melakukan penangkapan, kala itu Hayfa sedang dalam kondisi hamil tua. Ia kala itu berada di rumahnya di Desa Kocho. Hayfa tak sendirian tetapi ia bersama sang suami dan putra sulungnya. Menurut Hayfa, kala itu ia dan keluarganya akan bersiap untuk makan siang.

"Saya sudah membuat makan siang dan kami siap makan," katanya.
7 dari 19 halaman

Paman suaminya datang ke rumah

Di sela-sela ia dan keluarganya akan menikmati makan siang, tiba-tiba ada yang mengentuk pintu. Saat itu, paman suaminya berlari dan mengatakan bahwa ada ISIS di daerah mereka.

"Sekitar tengah hari, ada yang mengetuk pintu. Paman suami saya berlari ke arah kami sambil berkata, 'ISIS ada di Kocho',” ujarnya.
8 dari 19 halaman

Para pria dibawa ISIS

Kelompok teroris itu menggiring lebih dari 1.200 penduduk kota ke sekolah setempat. Mereka pun memaksa ‘tawanannya’ untuk memeluk agama Islam. Namun kala itu tak ada yang mau masuk Islam. Hingga akhirnya mereka membwa kaum pria. Hayfa pun tak tahu kala itu suaminya dan tawanan lainnya dibawa kemana.

"Mereka memerintahkan kami untuk masuk Islam. Tak ada yang masuk Islam. Setelah itu mereka membawa para pria. Kami tak tahu ke mana mereka membawa mereka," katanya.
9 dari 19 halaman

Berharap suaminya masih hidup

Saksi mata mengatakan kepada PBB bahwa para pria itu dibawa pergi dan ditembak. Terlepas dari laporan tersebut, Hayfa pun berharap suaminya selamat hingga mereka bisa kembali hidup bahagia.

"Bahwa ia akan melihat suaminya dan kembali bahagia,” ujar Hayfa.
10 dari 19 halaman

Diperjualbelikan hingga disiksa

Tetapi pada suatu hari di bulan Agustus 2014 lalu, mimpi buruk datang bagi Hayfa dan para perempuan Yazidi lainnya. Selama dua tahun lebih, Hayfa diperdagangkan oleh militan ISIS di Irak dan Suriah. Bahkan Hayfa dan beberapa wanita lainnya sudah diperjualbelikan hingga 20 kali. Ia pun disiksa dan dipukul.

"Banyak orang membawa saya, menyiksa saya, memukul saya," katanya.
11 dari 19 halaman

Sempat berontak

Hayfa sempat mencoba berontak terhadap para penawannya kapan saja ia bisa. Bahkan Hayfa juga menentang perintah mereka untuk membuka pakaian bagi calon pembeli.

"Saya menolak untuk menunjukkan tubuh saya kepada mereka. Kami harus menunjukkan tangan kami. (Berkulit) putih dianggap baik. Dan mereka akan melihat apakah rambut kami indah dan panjang,” tutur Hayfa.
12 dari 19 halaman

Diperkosa dan anaknya diambil

Hayfa berulang kali diperkosa, tetapi ketakutan terbesarnya adalah kehilangan kedua buah hatinya. Menurut Hayfa, para penawannya kala itu sempat mengambil sang anak selama satu bulan lamanya. Hal itu lantaran Hayfa tak mau tidur dengan penculiknya.

"Mereka mengambil putra tertua saya dari saya selama satu bulan karena saya tak mau tidur dengan penculik saya," katanya.
13 dari 19 halaman

Anaknya dikembalikan

Lebih lanjut Hayfa menuturkan bahwa mereka mengikat tangan serta kakinya. Bukan hanya itu, mata serta mulutnya pun ditutup oleh para penawannya. Mereka kemudian memukuli Hayfa. Hayfa pun mengaku bahwa sang anak dikembalikan kepadanya ketika ia mau tidur dengan para penawannya tersebut.

"Mereka mengikat tangan dan kaki saya, menutup mata saya dan menyumbat mulut saya. Mereka memukul saya dan membuat saya terkunci di sebuah ruangan. Setelah itu saya membiarkan mereka tidur bersama saya supaya saya bisa mendapatkan anak saya kembali,” ujarnya.
14 dari 19 halaman

Pindah ke Queensland

Hayfa dan putra-putranya akhirnya melarikan diri dari ISIS ketika mertuanya membayar seorang penyelundup manusia untuk membeli kebebasannya.

Hingga akhirnya mereka tiba di Toowoomba, Queensland dengan visa kemanusiaan tahun lalu. Hayfa dan anak-anaknya kemudian bergabung dengan komunitas Yazidi di sana yang telah mencapai lebih dari 800 orang.
15 dari 19 halaman

Merasa nyaman

Dua anaknya kini tengah belajar di taman kanak-kanak dan sekolah setempat, sementara Hayfa belajar bahasa Inggris di sekolah kejuruan. Hayfa pun mengaku sangat nyaman berada di tempat barunya tersebut.

"Saya sangat nyaman di sini bersama anak-anak saya. Yang paling penting adalah kehidupan anak-anak saya, bukan hidup saya. Dan tentu saja jika suami saya kembali, hidup saya akan benar-benar indah," tutur Hayfa.
16 dari 19 halaman

Kemungkinan Ghazi hidup kecil

Tetapi, menurut relawan Palang Merah Australia bernama Sue Callender, mengatakan bahwa untuk menemukan Ghazi kemungkinannya sangatlah kecil. Sue adalah bagian dari Tim Penelusuran lembaga kemanusiaan itu, yang bekerja untuk menghubungkan kembali orang-orang yang telah dipisahkan oleh konflik, migrasi atau bencana. Menurut Sue, Ghazi dan tawanan lainnya telah dieksekusi secara mengerikan oleh ISIS.

"Ghazi hilang di sebuah daerah bernama Kocho dan kami tahu bahwa banyak Yazidi ditangkap di Kocho dan juga banyak yang dieksekusi dengan mengerikan," katanya.
17 dari 19 halaman

Berharap Ghazi hidup tapi tak mungkin

Sue pun berharap bahwa Ghazi bisa ditemukan dalam kondisi hidup. Hal itu demi Hayfa dan anak-anaknya. Namun, Sue juga tak yakin bahwa Ghazi bisa ditemukan dalam kondisi hidup.

"Kami hanya berharap, demi Hayfa, dia ditemukan hidup-hidup, tapi itu mungkin tak terjadi,” tutur Sue.
18 dari 19 halaman

Perasaannya campur aduk

Lima tahun setelah apa yang sekarang dikenal sebagai Pembantaian Kocho, penggalian 17 tempat yang diduga kuburan massal di sekitar kota itu telah dimulai. Ada kemungkinan nasib Ghazi bisa diketahui dengan bantuan DNA putra-putranya. Sementara itu, Hayfa mengaku perasaannya campur aduk. Ia takut suaminya sudah meninggal.

"Perasaan saya campur aduk. Saya sangat takut suami saya ada di antara mereka yang mati, bahwa semua pria mati. Hati saya pilu. Seluruh dunia melihat apa yang terjadi pada para perempuan, para perempuan Yazidi. Apa yang terjadi pada para pria? Mati?,” ujarnya.
19 dari 19 halaman

ISIS menghancurkan rumah dan martabatnya

Hayfa pun mengungkapkan bahwa ISIS telah menghancurkan rumah mereka. Bahkan ISIS juga telah mengambil kehormatan dan martabat mereka. Hayfa pun mengaku sangat lelah dengan apa yang dialaminya. Hal itulah yang membuat Hayfa rela mengungkapkan kisahnya dengan harapan ISIS tak melakukan hal seperti itu kembali.

"ISIS menghancurkan rumah kami dan mengambil martabat kami. Kami benar-benar lelah, itu sebabnya saya ingin menceritakan kisah saya, sehingga mereka tak akan melakukan ini lagi,” ujarnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya