Kisah wanita yang meninggal usai melahirkan hingga ditolak beberapa rumah sakit di Jakarta
Penulis : Queen
19 April 2018 11:46
Abi, udah enggak kuat lagi. Aku mau pulang
Planet Merdeka - Abdul Rozak (36) memegangi tangan istrinya Sri Yuliawati (34) dalam mobil ambulans yang melaju menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, Jakarta Barat, pada Rabu (18/4) dini hari. Kondisi sang istri melemah setelah mengalami pendarahan di Puskesmas Kalideres usai melahirkan.
Di tengah perjalanan, Sri Yuliati berucap kepada suaminya, "Abi, udah enggak kuat lagi. Aku mau pulang". Itulah kalimat terakhir Sri sebelum mengembuskan napas meninggal.
Menyaksikan istrinya pergi untuk selama-lamanya, Abdul hanya sanggup menangis sambil menggenggam kedua tangan istrinya erat-erat. Air matanya mengalir, melepas kepergian belahan jiwanya.
Ketika dikonfirmasi awak media, Rabu (18/4) siang, Abdul menceritakan apa yang terjadi sebelum istrinya meninggal. Seharusnya, kemarin adalah saat yang membahagiakan pasangan Abdul dan Sri, yang sehari-hari tinggal di RT 006 RW 003, Jalan 20 Desember, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat karena Sri melahirkan anak mereka yang berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Tajul Muluk.
Prosesnya dimulai sejak Selasa (17/4) malam. Kala itu, sekitar pukul 22.00, Sri perutnya mulas dan merasa akan melahirkan. Abdul segera membawa istrinya ke Puskesmas Kalideres.
Di puskesmas, menurut Abdul, awalnya semua berjalan lancar. Apalagi ketika kemudian terdengar suara tangis bayi, pria yang berprofesi sebagai anggota satpam itu merasa senang sekali.
"Saat di Puskesmas Kalideres, penanganannya saat itu saya enggak khawatir, karena saya senang dengar ada suara bayi di ruang persalinan," tutur Abdul lewat telepon.
Saat dihubungi kemarin, ia sedang dalam perjalanan membawa jenazah istrinya pulang ke Dusun Cengkir Manis, Panawangan, Ciamis, Jawa Barat. Jenazah Sri dimakamkan di kampung halamannya.
2 dari 6 halaman
Kondisi koma
Menurut Abdul, di Puskesmas Kalideres, ia memang dilarang masuk untuk mendampingi istrinya ketika melahirkan.
"Saat itu saya mau masuk, tidak diperbolehkan oleh pihak puskesmas. Memang tak boleh mendampingi istri saat melahirkan di ruangan persalinan. Peraturan Puskesmas seperti itu, katanya. Saya enggak ada sama sekali perasaan aneh atau firasat buruk, karena saya sudah kesenangan mendengar suara bayinya," papar Abdul.
Namun kegembiraan Abdul berubah menjadi kecemasan saat pihak puskesmas memberitahukan bahwa Sri koma akibat pendarahan hebat di ruang persalinan pasca melahirkan secara normal. Ia menyesalkan, mengapa pihak Puskesmas tidak melakukan operasi caesar jika memang kondisi Sri lemah.
"Sebenarnya, saya memang sempat curiga di awalnya, karena melihat tubuh istri saya kondisinya sangat lemah. Tapi pihak Puskesmas meyakini jika istri bisa lahiran normal," ujar Abdul.
Namun ia kemudian tidak memikirkannya lagi setelah proses persalinan berlangsung. Apalagi terdengar suara tangis bayi.
"Saya keburu senang saat mendengar tangisan bayi saya. Tapi hati saya yang awalnya senang, langsung berubah panik dan was-was, karena pihak puskesmas bilang istri saya koma serta mengalami pendarahan hebat di ruang persalinan," ujar Abdul.
Abdul juga mempertanyakan keputusan dokter di puskesmas yang tetap menjalankan prosedur melahirkan normal saat Sri dalam kondisi lemah.
"Seharusnya dokter itu kan sudah ahli, harusnya sudah tahu jika lahiran normal efek kedepannya ke istri saya apa. Kok ini enggak. Di awal yakin bisa lahiran normal, tapi tahu-tahu istri saya dibilangnya tidak ngeden. Kalau enggak bisa normal, kenapa harus memaksakan diri pihak puskesmasnya," ujarnya.
3 dari 6 halaman
Gendong bayi
Kondisi Sri yang terus melemah harus segera di bawa ke rumah sakit. "Saya peluk erat istri saya saat itu, dan cari rumah sakit," papar Abdul.
Abdul semakin panik ketika membawa istri dan bayinya ke rumah sakit karena beberapa rumah sakit menolaknya. Akhirnya, dalam perjalanan menuju RSUD Cengkareng, di dalam mobil ambulans, Abdul mendengar istrinya ingin 'pulang'.
"Istri saya hanya bilang: 'Abi, sudah enggak kuat lagi. Aku mau pulang'. Akhirnya, istri saya meninggal dunia di dalam ambulans, sambil menggendong bayi saya, serta menggenggam tangan saya di dalam mobil ambulans," jelas Abdul.
4 dari 6 halaman
Pihak Puskesmas akan melakukan pengecekkan
Sementara itu Kepala Puskesmas Kalideres, Dr Darus Samedi, ketika dikonfirmasi kemarin mengatakan bahwa ia mengetahui terkait meninggalnya Sri Yuliawati. Namun, ia belum bisa menjelaskan penyebab pasti kematian perempuan yang sehari-hari menjadi buruh cuci tersebut. Menurut Darus, pihaknya masih menyelidiki kasus tersebut.
"Saya tahu kejadian itu. Tetapi penyebab pasti kematiannya, masih kami cek dulu," ujarnya singkat saat dikonfirmasi awak media.
5 dari 6 halaman
Pemerintah akan turunkan tim untuk selidiki
Sedangkan Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat, Weningtyas, menyatakan bahwa pihaknya telah bertindak sejak kabar duka meninggalnya Sri terdengar. Pihak Sudinkes akan melakukan pemeriksaan terkait penyebab kematian Sri.
Audit medik dan audit kematian akan melibatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Selanjutnya, hasil pemeriksaan akan dikaji untuk mengetahui kronologi kejadian sebenarnya.
"Untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, harus dilakukan audit medik dan audit kematian oleh IDI, organisasi profesi POGI, IDAI dan IBI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (DKI Jakarta) dan Sudinkes Jakarta Barat segera mungkin. Saat ini sedang turun tim Sudin Kesehatan dan hasil laporan sementara akan dilaporkan Sudin ke Dinas Kesehatan," ungkapnya saat dihubungi, Rabu (18/4).
Maka, Weningtyas mengaku belum dapat memastikan apakah ada kelalaian dalam tindakan persalinan yang dilakukan oleh tim medis Puskesmas Kecamatan Kalideres. Namun dipastikannya, seluruh prosedur medis sudah dilakukan, mulai dari persalinan hingga merujuk korban saat ditemukan adanya pendarahan usai bersalin.
6 dari 6 halaman
Pemerintah akan turunkan tim untuk selidiki
Sedangkan Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat, Weningtyas, menyatakan bahwa pihaknya telah bertindak sejak kabar duka meninggalnya Sri terdengar. Pihak Sudinkes akan melakukan pemeriksaan terkait penyebab kematian Sri.
Audit medik dan audit kematian akan melibatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Selanjutnya, hasil pemeriksaan akan dikaji untuk mengetahui kronologi kejadian sebenarnya.
"Untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, harus dilakukan audit medik dan audit kematian oleh IDI, organisasi profesi POGI, IDAI dan IBI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (DKI Jakarta) dan Sudinkes Jakarta Barat segera mungkin. Saat ini sedang turun tim Sudin Kesehatan dan hasil laporan sementara akan dilaporkan Sudin ke Dinas Kesehatan," ungkapnya saat dihubungi, Rabu (18/4).
Maka, Weningtyas mengaku belum dapat memastikan apakah ada kelalaian dalam tindakan persalinan yang dilakukan oleh tim medis Puskesmas Kecamatan Kalideres. Namun dipastikannya, seluruh prosedur medis sudah dilakukan, mulai dari persalinan hingga merujuk korban saat ditemukan adanya pendarahan usai bersalin.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : queen
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Ibu Norma Risma Sumpahi Anaknya Susah Melahirkan karena Tak Ingin Pisah Rumah dengan Menantu
30 Desember 2022 10:15 -
Staff RS Syok Lihat Rekaman CCTV, Terima Pasien Sudah Meninggal
23 Desember 2022 08:43 -
Hanya Luka Tembak!, Ahli Forensik Pastikan Tidak Ada Penyiksaan
20 Desember 2022 13:58 -
Menguak Fakta Baru Rekaman CCTV, Kronologi Jelang Penembakan Brigadir J
1 Agustus 2022 09:51
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.