1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

5 Tradisi Ekstrem Ini Dilakukan Pada Anak yang Menginjak Masa Pubertas

Penulis : Uvuvwevwevwe Osass

18 September 2017 10:28

Untuk menyambut datangnya masa pubertas, beberapa negara mempunya tradisi dan ritual yang harus dilakukan.

Planet Merdeka - Saat akan menginjak usia remaja, seorang anak biasanya mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual yang disebut masa pubertas. Masa pubertas biasanya dimulai ketika berumur 8 hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.

Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak akan berlangsung dengan cepat. Untuk menyambut datangnya masa pubertas, beberapa negara mempunya tradisi dan ritual yang harus dilakukan.

Tradisi ini sudah mengakar dalam budaya atau keturunan suku dan sejarah. Meskipun demikian, ada beberapa praktik ritual pubertas yang dilakukan dengan brutal telah dihapuskan atau diubah dengan cara yang lebih baik.

Berikut 5 tradisi aneh dari berbagai negara yang dilakukan pada anak yang menginjak masa pubertas. Saking mengerikannya, ada yang bisa bikin mual sampai jijik.

2 dari 6 halaman

1. Melukai wajah

Terletak di Sudan Selatan dan Ethiopia, suku Nuer adalah kelompok etnis terbesar di Afrika Timur.

Jadi bisa dibayangkan, betapa banyak anak muda yang harus menjalani praktek puber menyakitkan ala suku ini.


Sebagai bagian dari tradisi menuju kedewasaan, remaja suku ini harus menerima tanda-tanda wajah yang disebut Gaar.

Laki-laki mendapatkan enam garis horizontal di dahi yang diukir dengan pisau cukur .

Setiap baris mewakili sesuatu, misalnya bekas luka pertama berarti mereka telah mencapai kedewasaan, dan yang kedua berarti tidak harus takut siapa pun.

Sedangkan bagi wanita, biasanya dibuatkan pola titik-titik di dahi mereka, bukan garis seperti pria.

3 dari 6 halaman

2. Sarung tangan Penuh Semut

Di hutan hujan Amazon Brasil, ada sebuah suku yang sering disebut sebagai Satere-Mawe.

Suku ini memiliki tradisi sendiri mengenai pubertas.

Anak muda di sana mengalami ritual yang menyiksa secara mental dan fisik.

Anak laki-laki berumur 12 tahun akan mengumpulkan semut dari hutan kemudian membuat sarung tangan yang diisi semut-semut menyengat ini.


Sebelumnya, semut akan dibius obat herbal, sehingga ketika semut itu kehilangan efek bius akan marah sekali.

Kemudian, anak laki-laki yang menginjak puber aan memakai sarung tangan selama 10 menit dengan semut yang menyengat mereka.

Jangan dikira tidak sakit, sengatan semut ini dikatakan 30 kali lebih menyakitkan daripada sengatan lebah.

Selama beberapa bulan, anak-anak akan melakukan ritual ini kurang lebih 20 kali.

Ritual ini konon dilakukan sebagian untuk memberikan pelajaran kepada anak muda, yaitu tentang “hidup tanpa usaha tidak berarti sama sekali”.

4 dari 6 halaman

3. Setrika payudara

Sedikit jauh ke utara, Kamerun adalah negara lain di Afrika yang memiliki tradisi cukup aneh masa pubertas.

Praktek setrika payudara (juga dikenal sebagai mendatarkan payudara) adalah ritual umum di Kamerun.

Pada masa pubertas, gadis-gadis di Kamerun mendatarkan dada mereka untuk “melindungi” mereka dari perkosaan dan pelecehan seksual.

Prosedur praktik ini terdiri dari dada yang digilas dengan benda keras seperti batu-batu besar, palu, atau spatula untuk mengompres jaringan payudara.

Menurut PBB, 3,8 juta anak perempuan dan wanita muda telah mengalami hal ini.

Bagi keluarga kaya, mereka lebih memilih menggunakan sabuk elastis, bukan metode primitif yang menyiksa untuk mencegah payudara tumbuh.

Selain rasa sakit, praktik ini bisa menyebabkan anak perempuan mereka menderita kista, abses, infeksi, kerusakan jaringan, dan hilangnya satu atau kedua payudara.

5 dari 6 halaman

4. Memisahkan darah anak laki-laki dari ibunya

Di dataran tinggi Papua Nugini, anak laki-laki yang menginjak puber harus menghilangkan darah ibu mereka dengan menjalani proses mengeluarkan darah yang sangat menyakitkan.

Proses ini dilakukan dengan berbagai metode menyiksa seperti mendorong tongkat melalui tenggorokan, memasukkan alang-alang sampai lubang hidung hingga panah ke lidah.

Suku Sambia melakukan hal ini untuk memisahkan darah anak itu dari ibunya, sehingga membuat dia menjadi seorang pria.

Meskipun ekstrem dan berbahaya, filtrasi darah ini dianggap sebagai hukum pubertas.

6 dari 6 halaman

5. Dianggap layak menikah jika tetap sadar setelah dipukuli

Satu lagi suku di Brasil yang memiliki kebiasaan mengerikan lain pada anak muda yang tinggal di sana.

Di daerah Uaupes, Brasil, gadis-gadis yang menginjak usia puber harus menjalani sesi pemukulan.

Gadis-gadis itu diarak telanjang melalui jalan-jalan kota atau desa mereka, lalu dipukuli sampai mereka pingsan.

Jika gadis itu bangun dan tetap sadar, maka ia dianggap feminin, dengan demikian mereka dianggap layak menikah.

sumber

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : uvuvwevwevwe-onyeten-1004312

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya