1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

Pilkada DKI Jakarta dan Keberagamannya yang harsu disikapi positif

Penulis : penulisjengjot

12 Oktober 2016 15:50

Planet Merdeka - Beberapa hari terakhir ini hampir semua isi pemberitaan di berbagai media membahas soal pelecehan terhadap sebuah ayat di Al Quran tepatnya Surah Al Maidah ayat 51. 

Kali ini tidak akan membahas lebih dalam soal isi atau apapun soal surat tersebut. Dalam sebuah tayangan salah satu program di stasiun TV swasta semalem Selasa (12/10/2016), terlihat diskusi yang menarik dan terlihat sangat 'panas'. Kalau tidak salah acara diskusi tersebut mengusung tema 'Setelah AHOK Minta Maaf'.

Dalam acara diskusi tersebut mengahdirkan sejumlah pembicara baik itu dari kalangan politisi, pemuka agama, dan pengacara, seperti Fadli Zon, Nusron Wahid, Nasir Djamil, Effendi Choirie, KH Saifuddin Amsir, Tengku Zulkarnaen, Buni Yani, dan masih banyak lagi. 

Dalam diskusi tersebut sejumlah tokoh tadi mengemukakan pendapatnya terhadap kasus Ahok yang dianggap telah melecehkan surat Al Maidah ayat 51 ketika sedang mengadakan kunjungan ke salah satu pulau di kepulauan seribu. Namun, saat ini Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah melakukan permintaan maaf.

Dari perbedaan sejumlah pendapat para tokoh tersebut sudah terlihat bahwa ini lah keberagaman yang ada di Indonesia, inilah yang membuat Demokrasi Indonesia penuh warna. 

Keberagaman ini mencerminkan bahwa Indonesia merupakan Negara yang Bhineka Tunggal Ika, Berbeda-beda tetapi tetap satu. Dalam perumusan teks Pancasila sendiri sempat terjadi perdebatan terutama di sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

Singkat cerita akhirnya sila pertama pun dirubah sesuai usulan Mohamad Hatta dan masyarakat Indonesia bagian timur. Dari situ terlihat sejumlah pendiri bangsa masih mempedulikan keberagaman yang ada. Dari keberagaman ini lah jangan sampai dimanfaatkan segelintir oknum untuk mengeruk 'keuntungan demi kepentingan'.

Kondisi politik di Indonesia seperti ini sangat mudah sekali masyarakat terprovokasi, dengan meniupkan Isu SARA sedikit, selesai sudah, istilah katanya langsung deh heboh. Sebagai contoh ya kasus Ahok seperti ini, ditiup sana-sini langsung semua bereaksi dan saling mencari kesalahan dan pembenaran. Sadar tidak sadar, apakah semua pernah berfikir ada apakah dibalik semua ini?. 

Seperti diketahui Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan salah satu kandidat calon GUBERNUR JAKARTA yang berpasangan dengan Djarot. Yang jadi pertanyaan, kenapa sekarang semua pada heboh, bahkan hebohnya sampai ke daerah-daerah lain di Indonesia. Orang yang punya hak pilih ya sudah jelas warga Jakarta, dan memiliki KTP Jakarta, Kenapa yang diluar Jakarta pada heboh?. Setau penulis yang namanya pemilu khususnya Pilkada, warga bebas menentukan siapa pilihannya. Kenapa sekarang yang terlihat malah warga dari luar Jakarta yang heboh memberikan pendapat, seolah-olah memberikan pendapat yang menggiring. 

Apakah karena Ahok di Jakarta yang merupakan Ibukota Indonesia jadi Pilkadanya menjadi isu nasional?. Terus kalau Ibukotanya dipindah dan Ahok dicalonkan menjadi Gubernur di salah satu kota seperti di Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera  gimana? apakah Pilkada didaerah tersebut berlangsung ramai sama seperti di Pilkada Jakarta saat ini?. Dulu waktu Ahok menjadi calon Bupati Belitung apakah seheboh ini baik di pemberitaan ataupun di Sosmed?. Sekarang mendingan berprinsip Pilihanmu ya pilihanmu, pilihanku ya pilihanku, tinggal bagaimana semua calon Gubernur dan Wakil Gubernur bersaing secara sehat untuk memperoleh 'hati' sejumlah warga yang akan memilih.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : penulisjengjot

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya