1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. METRO

Tak Diberi Seragam, Paskibraka 17 Agustus di Maluku Menangis Saat Jalankan Tugas

Penulis : Moana

19 Agustus 2019 11:13

Momen Upacara 17 Agustus 2019 sisakan cerita

Upacara Hari Kemerdekaan RI Ke-74 dilaksanakan pada 17 Agustus 2019 lalu. Namun, hingga kini banyak kisah-kisah lain yang mengiringi perayaan hari bersejarah bagi Indonesia tersebut.

Salah satunya adalah suasana yang terjadi pada saat upacara 17 Agustus di Lapangan Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Isak tangis para Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) mengiringi upacara hari itu.

2 dari 13 halaman

Menangis karena kecewa tak diberi seragam

Sebanyak 28 orang anggota Paskibraka tingkat kecamatan yang ditugaskan untuk mengibarkan bendera pada upacara 17 Agustus tersebut tak mampu menahan tangisnya hingga membuat para peserta dan undangan yang menghadiri upacara tersebut ikut menangis.

Dan diketahui bahwa anggota Paskibraka itu menangis lantaran mereka tak diberikan seragam oleh panitia kecamatan setempat. Saat menjalankan tugas mulianya, mereka hanya mengenakan seragam sekolah masing-masing. Meskipun kecewa, namun puluhan anggota Paskibraka ini tetap menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar hingga akhir upacara.
3 dari 13 halaman

Sempat dijanjikan akan diberi seragam

Sementara itu, seorang anggota Paskibraka mengaku bahwa dirinya dan teman-temannya merasa sangat kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak kecamatan. Ia mengatakan bahwa pada saat latihan, mereka telah dijanjikan untuk difasilitasi oleh pihak kecamatan.

"Kami semua merasa sangat sedih dan menangis saat menjalankan tugas karena kami melakukannya hanya dengan baju seragam SMA,” kata salah seorang anggota.
4 dari 13 halaman

Memiliki inisiatif untuk menggunakan seragam sekolah

Siswa tersebut juga mengungkapkan bahwa pada saat latihan, dirinya dan teman-temannya dijanjikan akan diberi seragam Paskibraka oleh panitia kecamatan. Namun, sehari sebelum upacara dilaksanakan yakni pada 16 Agustus 2019, mereka tak kunjung mendapatkan kepastian.

Hingga akhirnya saat tiba harinya, mereka terpaksa mengenakan seragam sekolahnya masing-masing. Meskipun kecewa tapi mereka tetap menjalankan tugas mulianya.

“Karena waktu sudah sangat mepet, kami langsung mengambil inisiatif untuk menggunakan seragam sekolah. Sejujurnya, kami sangat kecewa, tapi demi negara kami tetap menjalankan tugas yang mulia itu,”ujarnya.
5 dari 13 halaman

Malu dengan kecamatan lain

Siswa tersebut mengatakan jika setiap siswa tentu memiliki impian dan cita-cita untuk tampil sebagai seorang anggota Paskibraka saat HUT kemerdekaan RI. Sebab, bagi dia tugas menjadi anggota Paskibraka bukan hanya soal kebanggan keluarga dan sekolah tapi juga upaya pembuktian kecintaan terhadap negara Indonesia. Ia pun mengaku malu dengan kecamatan lainnya yang mengenakan seragam Paskibraka sedangkan dirinya hanya mengenakan seragam sekolah.

“Kami hanya malu dengan kecamatan lain, mereka menggunakan seragam paskibra, dan kami hanya menggunakan seragam sekolah,” ujarnya.
6 dari 13 halaman

Dikecam oleh tokoh masyarakat

Kostum anggota Paskibra yang hanya mengenakan seragam SMA saat upacara HUT Kemerdekaan RI di kecamatan itu pun menuai kecaman. Salah satunya adalah kecaman dari seorang tokoh masyarakat Kecamatan Amalatu, Hery Patty (62). Hery mengatakan bahwa penampilan anggota Paskibraka di kecamatannya yang tanpa mengenakan seragam seperti lazimnya dianggap sebagai sebuah kegagalan camat setempat.

"Untuk skala kecamatan, sangat tidak mungkin kalau fasilitas kepada Paskibra tidak ada. Sangat miris sekali kita melihat 28 Paskibra berpakaian seragam SMA sambil menangis saat menjalankan tugasnya,” ucap Hery.
7 dari 13 halaman

Soroti kinerja kecamatan

Dia mengatakan, kegiatan HUT Kemerdekaan RI untuk tingkat kecamatan tentu telah disiapkan anggarannya dari pemerintah kabupaten. Dan pihaknya sangat menyayangkan insiden tersebut. Ia menambahkan sangat disayangkan jika anggaran yang sudah ada tak digunakan untuk menyukseskan kegiatan tersebut.

Dia pun mempertanyakan kinerja camat setempat yang dianggapnya tak mampu mempersiapkan seragam Paskibraka saat pelaksanaan HUT kemerdekaan di kecamatan tersebut. Dia meminta Bupati Seram Bagian Barat mengevaluasi camat setempat.

"Memang benar subtansi dari pengibaran bendera itu bukan ada di pakaiannya anggota Paskibra. Tapi, bukan berarti tidak ada fasilitas yang diberikan kepada anak-anak yang menjalankan tugas pengibaran bendera kan," ujarnya.
8 dari 13 halaman

Reaksi warga

Sementara itu, seorang warga lain, Ebhil Pattimura mengaku sangat kecewa dengan kinerja Camat Amalatu dan juga panitia kecamatan lantaran tak memberikan fasilitas berupa seragam kepada anggota Paskibraka saat menjalankan tugasnya itu.

"Ini soal tanggung jawab pimpinan. Kami merasa kecewa. Harusnya camat selaku pimpinan wilayah tertinggi di kecamatan, sudah seharusnya mempersiapkan dari jauh-jauh hari serta berfikir bagimana cara mengatasi persoalan perlekapan Paskibra," jelasnya.
9 dari 13 halaman

Sudah berlangsung sejak 2011

Menurut Ebil, peristiwa ini bukan terjadi kali ini saja. Tapi ini sudah terjadi sejak tahun 2011 lalu. Dan parahnya, menurut Elbi, anggota Paskibraka dibebankan untuk mencari seragam sendiri.

"Padahal kalau mau dilihat, ini mewakili kecamatan, bukan mewakili desa atau sekolah. Tapi camat tidak pernah merasa tanggung jawab terkait persoalan ini,”ujarnya.
10 dari 13 halaman

Tak memiliki anggaran

Sementara itu, Camat Amalatu, Adaweya Wakano membenarkan jika anggota Paskibraka yang menjalankan tugas pengibaran bendera merah putih saat HUT kemerdekaan ke-74 RI di kecamatan itu hanya mengenakan seragam sekolah.

Adaweya mengatakan bahwa pihak kecamatan tak memiliki anggaran untuk memfasilitasi dan membiayai pengadaan seragam bagi anggota Paskibraka di kecamatannya. Selama ini, anggaran Paskibraka didapat melalui sumbangan sekolah dan para guru serta pemerintah desa.

“Saya sudah sampaikan ke kepala sekolah bahwa selama ini kita tidak punya anggaran soal ini, jadi saya bilang mereka (Paskibraka) cari pakaian nanti saya tanggung apa yang kurang seperti garuda, sarung tangan, dan perlengkapan lain. Itu saya siapkan,” ujarnya.
11 dari 13 halaman

Mencari seragam

Dia mengaku, beberapa hari menjelang upacara akan dilaksanakan, seksi usaha dana yang berasal dari SMA negeri setempat telah mendatanginya dan meminta agar panitia tingkat kecamatan yang membantu menyediakan seragam Paskibraka. Namun, karena waktunya sudah mepet, ia kemudian meminta panitia untuk berbicara pada pihak sekolah untuk mencari jalan alternatif lain. Salah satunya, menyewa seragam Paskibraka untuk digunakan saat upacara berlangsung.

“Saya katakan kepada panitia karena ini sudah tinggal dua minggu lagi, kalian pergi bicara dengan guru-guru agar menyewa seragam nanti panitia kecamatan yang bayar. Sudah clear, tapi empat hari menjelang upacara sekolah meminta panitia harus mencari seragam,”ungkapnya.
12 dari 13 halaman

Terjadi tarik ulur

Menurutnya, karena terjadi tarik ulur, dia kemudian berbicara dengan pelatih Paskibraka dan saat itu disepakati 8 anggota yang akan menggunakan seragam Paskibraka sementara lainnya menggunakan seragam sekolah.

“Saat sudah sepakat, giliran guru-guru SMA yang menolak. Jadi mereka ini menyangka bahwa setiap tahun saya ini dapat uang HUT 17 agustus dari kabupaten,” katanya.
13 dari 13 halaman

Beredar informasi tentang anggaran HUT Kemerdekaan RI

Adaweya juga menegaskan, bahwa sangat keliru jika ada pihak yang menuding dirinya telah menerima anggaran upacara kemerdekaan dari pemerintah kabupaten setempat. Menurutnya, ada wacana yang berkembang bahwa setiap kecamatan diberikan anggaran Rp 17 juta untuk HUT Kemerdekaan RI.

“Ada informasi yang beredar bahwa setiap tahun saya itu dapat dana Rp 17 juta untuk acara ini, saya sudah laporkan itu ke Kesbangpol Seram Bagian Barat, nanti Senin besok ada guru yang dipanggil untuk menjelaskan dari mana informasi itu didapat. Jadi saya tidak mau salahkan siapa-siapa tapi kita harus clear kan masalah ini,” ungkapnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya