1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEHAT

Fakta Tentang Beredarnya Kabar Bubuk Cabai Kering Tewaskan 38 Anak di Jakarta

Penulis : Moana

22 Februari 2019 13:40

Beredar pesan berantai

Planet Merdeka - Netizen kembali dikejutkan dengan isu mengenai kesehatan di masyarakat. Isu itu pertama kali muncul ketika beredar informasi melalui pesan berantai WhatsApp (WA) dan media sosial Facebook. Pesan berantai itu menyebutkan bahwa di daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat tengah dilanda penyakit difteri.

Dalam narasi informasi yang beredar itu juga disebutkan bahwa sudah ada 600 orang yang terkena penyakit difteri. Dari 600 orang tersebut, 38 diantaranya sudah dinyatakan meninggal dunia. Selain itu, diklaim pula bahwa penyakit itu berasal dari bumbu bubuk cabai yang tempat pengolahannya telah terkontaminasi oleh air seni tikus.

2 dari 10 halaman

Informasinya disebar di Facebook

Informasi tersebut langsung menjadi viral dan buah bibir masyarakat. Dan setelah dipantau ternyata ada sekitar 5 akun Facebook yang ikut menyebarkan informasi tersebut. Kelima akun ini meng-copypaste narasi serupa yang belum diketahui sumber awalnya.

Berdasarkan penelusuran, diketahui bahwa ada 600 orang terjangkit difteri dan 38 orang telah meninggal dunia itu ternyata merupakan peristiwa yang terjadi pada Desember 2017 lalu. Informasi itu dikemukakan langsung oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 18 Desember 2017.
3 dari 10 halaman

Terjadi pada tahun 2017

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ilham Oetama Marsis menyebut bahwa benar ada 38 anak yang meninggal dunia karena terserang penyakit difteri. Korban meninggal itu tercatat sejak November-Desember 2017 lalu.

"Hingga saat ini 38 anak Indonesia dinyatakan meninggal dunia karena terserang penyakit difteri dan lebih 600 anak dirawat di RS karena terserang difteri di 120 kota/kabupaten," katanya pada 18 Desember 2017.
4 dari 10 halaman

Data tersebut akurat

Data jumlah anak yang meninggal karena difteri didapat IDI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). IDI menilai data dari IDAI tersebut sudah akurat.

"Itu data-data dari kawan-kawan IDAI, IDAI ini ujung tombak kita PB IDI di daerah. Kadang-kadang laporan dari IDAI kalau saya mengatakan jauh lebih akurat," jelasnya.

5 dari 10 halaman

Imunisasi lengkap

Ilham juga mengatakan bahwa banyaknya anak-anak yang menderita difteri itu lantaran mereka diduga tidak malakukan imunisasinya secara lengkap. Imunisasi lengkap artinya imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) harus dilakukan sebanyak 8 kali sampai usia 19 tahun.

"Lengkap itu imunisasi 4 kali sampai usia 2 tahun, sampai umur 5 tahun DPT 5 kali, sampai unur 19 tahun DPT, DT, Td total 8 kali," sambung Ilham.

Lebih lanjut Ilham mengatakan bahwa seseorang yang sudah mendapatkan 8 kali imunisasi DPT masih bisa terkena virus difteri. Namun kemungkinan terserang difteri bagi orang yang sudah mendapatkan vaksin lebih kecil daripada mereka yang belum pernah melakukan vaksin.
6 dari 10 halaman

Pernyataan grup Facebook Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH)

Sementara itu, salah satu moderator grup Facebook Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH) Muhammad Khairil mengatakan bahwa berita itu dikutip pada tahun 2017 lalu. Dan jika informasi yang beredar itu menyebut kejadian tersebut terjadi di tahun ini, itu sangatlah tidak benar.

"Dari kutipan pemberitaan itu, diketahui bahwa jatuhnya korban karena penyakit difteri bukan terjadi baru-baru ini. Melainkan pada Desember 2017. Dengan begitu, klaim bahwa daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat tengah kejadian luar biasa (KLB) difteri di tahun ini tidak benar," tegasnya.
7 dari 10 halaman

Bukan air seni tikus

Khairil juga menyebut bahwa untuk klaim sumber penyakit difteri adalah tikus, lebih spesifik adalah air seni tikus, itu juga merupakan hal yang tidak benar. Sebab, penyebab penyakit difteri ialah bakteri Corynebacterium, bukan air seni tikus.

"Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium dan bukan berasal dari air seni tikus. Adapun, penyakit dari air seni tikus disebut leptospirosis. Dengan demikian, klaim pada narasi tidak benar," ujarnya.
8 dari 10 halaman

Bisa sebabkan kematian

Sebagaimana kutipan penjelasan tentang penyakit difteri, difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat mempengaruhi kulit.

Penyakit ini bisa menyebabkan kematian karena bakteri menyumbat saluran pernapasan, menimbulkan komplikasi miokarditis atau radang pada dinding jantung bagian tengah, dan berakhir dengan gagal ginjal serta gagal sirkulasi.


9 dari 10 halaman

Air seni tikus bukanlah penyebabnya?

Penyakit yang disebabkan Corynebacterium diphtheriae ini sangat menular dan termasuk infeksi yang berpotensi mengancam kehidupan seseorang. Sepanjang Desember 2017 saja, sebanyak enam orang meninggal akibat bakteri yang menyerang saluran pernapasan bagian atas itu. Jumlah kematian akibat difteri meningkat menjadi 38 dari 32 kasus selama Januari-November 2017.

Untuk mencegah penyakit ini, pemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan imunisasi ulang bagi anak berusia 0-19 tahun, yang dilakukan serentak sejak 11 Desember 2017 lalu.

Khairil kemudian menegaskan kembali bahwa sudah jelas bahwa penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Sedangkan, untuk penyakit terkait air seni tikus ialah leptospirosis.

10 dari 10 halaman

Bumbu bubuk cabai kering juga tidak termasuk

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menyerang manusia dan hewan. Bakteri ini bisa menyebar melalui urine hewan yang terinfeksi. Jenis hewan yang membawa bakteri ini antara lain babi, kuda, anjing, dan tikus.

Saat hewan ini terinfeksi, mereka mungkin tidak memiliki gejala penyakitnya. Namun, hewan dapat terus mengeluarkan bakteri ke lingkungannya secara terus-menerus selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.

Pada manusia, bisa terinfeksi melalui kontak dengan air kencing atau cairan tubuh lainnya, kecuali air liur, dari hewan yang terinfeksi. Bisa juga dari kontak dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi dengan urine hewan yang terinfeksi.

Bakteri bisa masuk ke tubuh melalui kulit atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut), terutama jika kulit pecah dari luka atau goresan. Minum air yang terkontaminasi juga bisa menyebabkan infeksi. Wabah leptospirosis biasanya disebabkan oleh paparan air yang terkontaminasi, seperti banjir. Penularan orang ke orang jarang terjadi.

Dari kutipan itu, sudah jelas bahwa leptospirosis-lah penyakit yang disebabkan oleh air seni tikus. Dengan demikian, konteks hubungan penyakit difteri dengan air seni tikus tidak ada.

"Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa klaim pada narasi informasi yang tersebar tidaklah benar," ujar Khairil.

Selain itu, dalam salah satu postingan di atas, ada salah satu akun yang menyeratakan video cabai kering yang tengah dikerubungi oleh sejumlah tikus. Postingan itu sebelumnya juga sudah pernah di-debunk pada 22 Desember 2017.

"Dengan demikian, informasi tentang penyakit difteri di bumbu bubuk cabai kering termasuk kategori false context atau konten yang salah," tutup Khairil.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya