Fakta Tentang Beredarnya Kabar Bubuk Cabai Kering Tewaskan 38 Anak di Jakarta
Penulis : Moana
22 Februari 2019 13:40
Beredar pesan berantai
Dalam narasi informasi yang beredar itu juga disebutkan bahwa sudah ada 600 orang yang terkena penyakit difteri. Dari 600 orang tersebut, 38 diantaranya sudah dinyatakan meninggal dunia. Selain itu, diklaim pula bahwa penyakit itu berasal dari bumbu bubuk cabai yang tempat pengolahannya telah terkontaminasi oleh air seni tikus.
Informasinya disebar di Facebook
Berdasarkan penelusuran, diketahui bahwa ada 600 orang terjangkit difteri dan 38 orang telah meninggal dunia itu ternyata merupakan peristiwa yang terjadi pada Desember 2017 lalu. Informasi itu dikemukakan langsung oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 18 Desember 2017.
Terjadi pada tahun 2017
"Hingga saat ini 38 anak Indonesia dinyatakan meninggal dunia karena terserang penyakit difteri dan lebih 600 anak dirawat di RS karena terserang difteri di 120 kota/kabupaten," katanya pada 18 Desember 2017.
Data tersebut akurat
"Itu data-data dari kawan-kawan IDAI, IDAI ini ujung tombak kita PB IDI di daerah. Kadang-kadang laporan dari IDAI kalau saya mengatakan jauh lebih akurat," jelasnya.
Imunisasi lengkap
"Lengkap itu imunisasi 4 kali sampai usia 2 tahun, sampai umur 5 tahun DPT 5 kali, sampai unur 19 tahun DPT, DT, Td total 8 kali," sambung Ilham.
Lebih lanjut Ilham mengatakan bahwa seseorang yang sudah mendapatkan 8 kali imunisasi DPT masih bisa terkena virus difteri. Namun kemungkinan terserang difteri bagi orang yang sudah mendapatkan vaksin lebih kecil daripada mereka yang belum pernah melakukan vaksin.
Pernyataan grup Facebook Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH)
"Dari kutipan pemberitaan itu, diketahui bahwa jatuhnya korban karena penyakit difteri bukan terjadi baru-baru ini. Melainkan pada Desember 2017. Dengan begitu, klaim bahwa daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat tengah kejadian luar biasa (KLB) difteri di tahun ini tidak benar," tegasnya.
Bukan air seni tikus
"Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium dan bukan berasal dari air seni tikus. Adapun, penyakit dari air seni tikus disebut leptospirosis. Dengan demikian, klaim pada narasi tidak benar," ujarnya.
Bisa sebabkan kematian
Penyakit ini bisa menyebabkan kematian karena bakteri menyumbat saluran pernapasan, menimbulkan komplikasi miokarditis atau radang pada dinding jantung bagian tengah, dan berakhir dengan gagal ginjal serta gagal sirkulasi.
Air seni tikus bukanlah penyebabnya?
Untuk mencegah penyakit ini, pemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan imunisasi ulang bagi anak berusia 0-19 tahun, yang dilakukan serentak sejak 11 Desember 2017 lalu.
Khairil kemudian menegaskan kembali bahwa sudah jelas bahwa penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Sedangkan, untuk penyakit terkait air seni tikus ialah leptospirosis.
Bumbu bubuk cabai kering juga tidak termasuk
Saat hewan ini terinfeksi, mereka mungkin tidak memiliki gejala penyakitnya. Namun, hewan dapat terus mengeluarkan bakteri ke lingkungannya secara terus-menerus selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Pada manusia, bisa terinfeksi melalui kontak dengan air kencing atau cairan tubuh lainnya, kecuali air liur, dari hewan yang terinfeksi. Bisa juga dari kontak dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi dengan urine hewan yang terinfeksi.
Bakteri bisa masuk ke tubuh melalui kulit atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut), terutama jika kulit pecah dari luka atau goresan. Minum air yang terkontaminasi juga bisa menyebabkan infeksi. Wabah leptospirosis biasanya disebabkan oleh paparan air yang terkontaminasi, seperti banjir. Penularan orang ke orang jarang terjadi.
Dari kutipan itu, sudah jelas bahwa leptospirosis-lah penyakit yang disebabkan oleh air seni tikus. Dengan demikian, konteks hubungan penyakit difteri dengan air seni tikus tidak ada.
"Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa klaim pada narasi informasi yang tersebar tidaklah benar," ujar Khairil.
Selain itu, dalam salah satu postingan di atas, ada salah satu akun yang menyeratakan video cabai kering yang tengah dikerubungi oleh sejumlah tikus. Postingan itu sebelumnya juga sudah pernah di-debunk pada 22 Desember 2017.
"Dengan demikian, informasi tentang penyakit difteri di bumbu bubuk cabai kering termasuk kategori false context atau konten yang salah," tutup Khairil.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana
-
Sosialisasi, Penempelan Rambu, dan Membuat Jalur Tangga Exit Di Pondok Pesantren AN-NUR Surabaya
-
619 Anak di Bantul Positif TBC Diduga Tertular dari Digendong dan Dicium
-
Perawatan Kulit Anti Penuaan Dini Berbahan Bunga Edelweiss dari Switzerland
-
Dr Hafiza Fikri Fadel Jelaskan Syarat Utama Merawat Kulit Wajah
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Pentingnya aplikasi peduli lindungi pasca Covid 19
27 Mei 2022 14:41 -
Pasti Baru Tau, Ini kenapa Bayi Nangis Saat Lahir
9 Maret 2022 13:58 -
Jangan Panik, Pahami Jenis Kejang Dan Cara Mengatasinya
8 Maret 2022 22:04 -
Ingin Melahirkan Normal? Penuhi Syaratnya
8 Maret 2022 06:48 -
Tips Menjaga Kesehatan Mental, Agar Tidak Mudah Stress
7 Maret 2022 22:02 -
Jangan 'Terlewat' Makan Malam, Ini Manfaatnya
6 Maret 2022 06:32 -
23 Februari 2022 20:37
-
7 Kesalahan dalam Mendidik Psikis Anak
16 Januari 2022 18:22
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.