Rokok Elektrik Tingkatkan Risiko Terjangkit COVID-19 ?
Penulis : Rahmad
6 April 2020 00:35
Merokok menjadi faktor signifikan (terkait risiko) terinfeksi COVID-19.
Planet Merdeka - Sejumlah praktisi kesehatan menyatakan bahwa perokok lebih rentan terinfeksi virus corona COVID-19. Untuk mengurangi risiko terpapar virus tersebut, perokok aktif disarankan berhenti merokok atau jika tidak bisa berhenti merokok, dapat beralih ke produk tembakau alternatif yang memiliki risiko yang lebih rendah.
Seorang Dosen Warwick Medical School yang juga Praktisi kesehatan, Dr James Gill, menyatakan merokok menjadi faktor signifikan (terkait risiko) terinfeksi COVID-19. Ada sejumlah faktor terkait merokok yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
“Ada banyak faktor yang saling terkait mengapa merokok mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi – dari kemampuan untuk mendapatkan oksigen dari darah ke jaringan, hingga peningkatan kadar karbon monoksida dalam darah,” jelasnya.
Melansir dari sciencemediacentre.org, alasan terbesar yang memungkinkan risiko infeksi pernapasan pada perokok terus meningkat adalah kerusakan dan kematian yang terjadi pada silia (bulu-bulu halus) di saluran udara dan paru-paru.
Bahan kimia pada rokok memiliki dua efek serius.
James menjelaskan bahan kimia yang terkandung dalam rokok memiliki dua efek serius pada silia ketika dihirup.Pertama, mengurangi gerakan silia, yang berarti akan lebih sulit untuk memindahkan lendir dan kotoran agar bisa keluar dari paru-paru.
Kedua, asap dari rokok lama-kelamaan dapat membunuh silia, hingga meningkatkan risiko infeksi virus secara drastis. Karena itu, ia mengimbau agar perokok segera berhenti merokok untuk memperbaiki fungsi silia yang tersisa.
“Bahkan ketika berhenti merokok hanya dalam waktu 24 jam, dapat dilihat peningkatan besar pada fungsi silia. Semakin lama Anda berhenti merokok, maka semakin besar pemulihannya,” ungkapnya.
Alternatif lain.
James menyarankan alternatif lain, yaitu mengganti rokok dengan rokok elektrik karena punya kandungan zat kimia yang lebih rendah.
Meski ada kemungkinan gas panas yang terlibat dalam penguapan juga berdampak pada silia dan fungsi paru-paru secara keseluruhan, tapi risikonya lebih rendah bagi sistem pernapasan tubuh dibandingkan dengan merokok. Ia juga menambahkan bahwa dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak-dampak ini sepenuhnya.
Menurut dia, masyarakat dapat membuat kontribusi besar untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya dari COVID-19 dengan berhenti merokok.
“Bahkan jika itu hanya dilakukan selama pandemi ini,” tegasnya.
Anak-anak dan non-perokok berisiko terpapar asap rokok jika hidup dengan seorang perokok.
Dr Caitlin Notley, seorang ahli dari University of East Anglia sekaligus Chief Investigator The NeSCi Study, memiliki pendapat serupa dengan James. Ia berpendapat, saat mengisolasi diri di rumah, anak-anak dan non-perokok berisiko terpapar asap rokok jika hidup dengan seorang perokok.Hal tersebut menimbulkan risiko signifikan terhadap kesehatan perokok pasif. Caitlin menyarankan perokok untuk berhenti merokok atau beralih ke produk tembakau alternatif, misalnya rokok elektrik, untuk mengurangi paparan asap rokok kepada orang lain.
Menurutnya, di tengah pandemik COVID-19 sekarang ini, adalah momen yang tepat untuk perokok beralih ke produk tembakau yang lebih rendah risiko.
"Produk tembakau alternatif adalah pilihan konsumen yang paling populer untuk membantu berhenti merokok, dan itu efektif. Orang-orang harus didorong untuk beralih dari kebiasaan merokok,” tuturnya.
Belum ada bukti ilmiah rokok elektrik dapat tingkatan risiko terinfeksi Covid-19.
Sejauh ini, Caitlin menyatakan tidak ada bukti ilmiah bahwa produk tembakau alternatif akan meningkatkan risiko terjangkit (infection rate) atau memperparah kondisi pasien COVID-19.Tak menutup kemungkinan terdapat beberapa kondisi terlihat pada kelompok yang rentan, namun risiko tersebut merupakan efek dari kebiasaan merokok sebelumnya.
“Beralih sepenuhnya ke rokok elektrik dapat memperbaiki kondisi kardiovaskular dan pernapasan. Bahkan perokok yang beralih ke rokok elektrik diharapkan memiliki prognosis yang lebih baik jika terinfeksi oleh COVID-19,” jelas Caitlin.
Kelompok rentan adalah mereka yang memiliki masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, pernapasan, dan diabetes yang kemungkinan memiliki kebiasaan merokok. Hal ini lah yang menunjukkan bahwa perokok lebih berisiko menderita reaksi parah atas COVID-19.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : rahmad
-
Sosialisasi, Penempelan Rambu, dan Membuat Jalur Tangga Exit Di Pondok Pesantren AN-NUR Surabaya
-
619 Anak di Bantul Positif TBC Diduga Tertular dari Digendong dan Dicium
-
Perawatan Kulit Anti Penuaan Dini Berbahan Bunga Edelweiss dari Switzerland
-
Dr Hafiza Fikri Fadel Jelaskan Syarat Utama Merawat Kulit Wajah
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Pentingnya aplikasi peduli lindungi pasca Covid 19
27 Mei 2022 14:41 -
Pasti Baru Tau, Ini kenapa Bayi Nangis Saat Lahir
9 Maret 2022 13:58 -
Jangan Panik, Pahami Jenis Kejang Dan Cara Mengatasinya
8 Maret 2022 22:04 -
Ingin Melahirkan Normal? Penuhi Syaratnya
8 Maret 2022 06:48 -
Tips Menjaga Kesehatan Mental, Agar Tidak Mudah Stress
7 Maret 2022 22:02 -
Jangan 'Terlewat' Makan Malam, Ini Manfaatnya
6 Maret 2022 06:32 -
23 Februari 2022 20:37
-
7 Kesalahan dalam Mendidik Psikis Anak
16 Januari 2022 18:22
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.