1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEHAT

Rokok Elektrik Tingkatkan Risiko Terjangkit COVID-19 ?

Penulis : Rahmad

6 April 2020 00:35

Bahan kimia pada rokok memiliki dua efek serius.

James menjelaskan bahan kimia yang terkandung dalam rokok memiliki dua efek serius pada silia ketika dihirup.

Pertama, mengurangi gerakan silia, yang berarti akan lebih sulit untuk memindahkan lendir dan kotoran agar bisa keluar dari paru-paru.

Kedua, asap dari rokok lama-kelamaan dapat membunuh silia, hingga meningkatkan risiko infeksi virus secara drastis. Karena itu, ia mengimbau agar perokok segera berhenti merokok untuk memperbaiki fungsi silia yang tersisa.

“Bahkan ketika berhenti merokok hanya dalam waktu 24 jam, dapat dilihat peningkatan besar pada fungsi silia. Semakin lama Anda berhenti merokok, maka semakin besar pemulihannya,” ungkapnya.

2 dari 5 halaman

Bahan kimia pada rokok memiliki dua efek serius.

James menjelaskan bahan kimia yang terkandung dalam rokok memiliki dua efek serius pada silia ketika dihirup.

Pertama, mengurangi gerakan silia, yang berarti akan lebih sulit untuk memindahkan lendir dan kotoran agar bisa keluar dari paru-paru.

Kedua, asap dari rokok lama-kelamaan dapat membunuh silia, hingga meningkatkan risiko infeksi virus secara drastis. Karena itu, ia mengimbau agar perokok segera berhenti merokok untuk memperbaiki fungsi silia yang tersisa.

“Bahkan ketika berhenti merokok hanya dalam waktu 24 jam, dapat dilihat peningkatan besar pada fungsi silia. Semakin lama Anda berhenti merokok, maka semakin besar pemulihannya,” ungkapnya.
3 dari 5 halaman

Alternatif lain.

James menyarankan alternatif lain, yaitu mengganti rokok dengan rokok elektrik karena punya kandungan zat kimia yang lebih rendah.

Meski ada kemungkinan gas panas yang terlibat dalam penguapan juga berdampak pada silia dan fungsi paru-paru secara keseluruhan, tapi risikonya lebih rendah bagi sistem pernapasan tubuh dibandingkan dengan merokok. Ia juga menambahkan bahwa dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak-dampak ini sepenuhnya.

Menurut dia, masyarakat dapat membuat kontribusi besar untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitarnya dari COVID-19 dengan berhenti merokok.

“Bahkan jika itu hanya dilakukan selama pandemi ini,” tegasnya.

4 dari 5 halaman

Anak-anak dan non-perokok berisiko terpapar asap rokok jika hidup dengan seorang perokok.

Dr Caitlin Notley, seorang ahli dari University of East Anglia sekaligus Chief Investigator The NeSCi Study, memiliki pendapat serupa dengan James. Ia berpendapat, saat mengisolasi diri di rumah, anak-anak dan non-perokok berisiko terpapar asap rokok jika hidup dengan seorang perokok.

Hal tersebut menimbulkan risiko signifikan terhadap kesehatan perokok pasif. Caitlin menyarankan perokok untuk berhenti merokok atau beralih ke produk tembakau alternatif, misalnya rokok elektrik, untuk mengurangi paparan asap rokok kepada orang lain.

Menurutnya, di tengah pandemik COVID-19 sekarang ini, adalah momen yang tepat untuk perokok beralih ke produk tembakau yang lebih rendah risiko.

"Produk tembakau alternatif adalah pilihan konsumen yang paling populer untuk membantu berhenti merokok, dan itu efektif. Orang-orang harus didorong untuk beralih dari kebiasaan merokok,” tuturnya.
5 dari 5 halaman

Belum ada bukti ilmiah rokok elektrik dapat tingkatan risiko terinfeksi Covid-19.

Sejauh ini, Caitlin menyatakan tidak ada bukti ilmiah bahwa produk tembakau alternatif akan meningkatkan risiko terjangkit (infection rate) atau memperparah kondisi pasien COVID-19.

Tak menutup kemungkinan terdapat beberapa kondisi terlihat pada kelompok yang rentan, namun risiko tersebut merupakan efek dari kebiasaan merokok sebelumnya.

“Beralih sepenuhnya ke rokok elektrik dapat memperbaiki kondisi kardiovaskular dan pernapasan. Bahkan perokok yang beralih ke rokok elektrik diharapkan memiliki prognosis yang lebih baik jika terinfeksi oleh COVID-19,” jelas Caitlin.

Kelompok rentan adalah mereka yang memiliki masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, pernapasan, dan diabetes yang kemungkinan memiliki kebiasaan merokok. Hal ini lah yang menunjukkan bahwa perokok lebih berisiko menderita reaksi parah atas COVID-19.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : rahmad

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya