1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEJARAH

Jaman Dahulu Salah Satu Suku, Penggal dan Persembahkan Kepala Sebagai Mas Kawin

Penulis : Moana

12 April 2019 13:34

Mas kawin diberikan saat pernikahan

Planet Merdeka - Ketika seseorang menikah, tentu mereka akan memberikan mas kawin atau mahar. Ada yang memberikan mahar berupa perhiasan, alat sholat, uang hingga rumah.

Namun, hal berbeda justru diberikan oleh penduduk salah satu suku di Indonesia.

2 dari 13 halaman

Suku Naulu

Suku itu adalah Suku Naulu. Suku Naulu tinggal di sebuah daerah terpencil dan jauh dari keramaian pusat kota.

Hal itulah yang kemudian membuat para penduduknya hidup dengan cara tradisional.
3 dari 13 halaman

Belum masuk agama

Tak seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, para penduduk Suku Naulu ternyata tak memeluk agama.

Mereka memiliki kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun. Untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari, penduduk Suku Naulu berladang dan berburu.
4 dari 13 halaman

Punya tradisi mengerikan

Suku Naulu sendiri mendiami Pulau Seram yang ada di wilayah Maluku. Dan suku ini ternyata memiliki sebuah tradisi yang mengerikan.

Ya, mereka mempersembahkan kepala manusia. Bagi para penduduk Suku Naulu sendiri, mempersembahkan kepala manusia itu merupakan sebuah persembahan kepada nenek moyangnya. Hal inilah yang kemudian membuat mereka disebut sebagai salah satu suku primitif.
5 dari 13 halaman

Agar terhindar dari musibah

Suku Naulu mempercayai bahwa tradisi tersebut wajib untuk dilakukan. Kenapa wajib? karena hal itu bisa membuat mereka terhindar dari bahaya atau musibah.

Bukan hanya itu, suku ini juga menganggap tradisi itu sebagai sebuah kebanggaan serta simbol kekuasaan bagi mereka.
6 dari 13 halaman

Kepala manusia jadi mas kawin

Dan bagi mereka kepala manusia itu sendiri memiliki arti yang sangat penting. Sehingga, mereka menjadikan kepala manusia sebagai sebuah mas kawin dalam pernikahan seseorang yang ada di Suku Naulu tersebut.
7 dari 13 halaman

Dilakukan sebagai bukti kejantanan

Pada zaman dahulu, raja Suku Naulu ternyata menggunakan cara ini untuk memilih seorang menantu laki-laki.

Sebagai sebuah bukti kejantanan, sang pria yang merupakan calon menantunya harus membawa kepala manusia sebagai mas kawin.
8 dari 13 halaman

Sebagai simbol kedewasaan

Persembahan kepala juga dilakukan saat penduduk mengadakan sebuah ritual Pataheri. Ritual pataheri itu sendiri merupakan sebuah ritual yang dilakukan sebagai perayaan atas dewasanya seorang anak laki-laki.

Bagi seorang remaja yang berhasil memenggal kepala seseorang, maka mereka akan mengenakan ikat kepala merah sebagai simbol kedewasaan.
9 dari 13 halaman

Tak lagi dilakukan

Tradisi ini ternyata sempat dinyatakan hilang pada tahun 1900-an lalu. Namun, ada yang mengatakan bahwa tradisi ini masih dilakukan hingga tahun 1940-an. Namun, setelah itu, tradisi ini tak lagi terdengar dilakukan oleh mereka.
10 dari 13 halaman

Tahun 2005 ditemukan mayat tanpa kepala

Hingga akhirnya pada tahun 2005 lalu, ditemukan dua mayat tanpa kepala di kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

Mereka ditemukan dalam kondisi sangat mengenaskan. Ketika ditemukan tubuh mereka telah dipotong-potong.
11 dari 13 halaman

Dibunuh untuk dijadikan persembahan

Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa keduanya dibunuh oleh Suku Naulu sebagai persembahan kepada leluhur.

Pelakunya ternyata merupakan seorang warga. Pada waktu itu ia melakukan ritual ini untuk memperbaiki rumah adat mereka.
12 dari 13 halaman

Dihukum mati

Hingga akhirnya, karena kejadian ini tiga orang pelaku harus menerima vonis hukuman mati. Sedangkan tiga orang pelaku lainnya yakni divonis dengan hukuman penjara seumur hidup.
13 dari 13 halaman

Tradisi itu tak lagi terdengar

Dan sejak saat itulah kemudian lembaga hukum berusaha untuk mensosialisasikan hal ini kepada semua pihak. Hal itu termasuk pula termasuk penduduk suku Naulu bahwa ada hukuman tegas bagi sebuah kasus pembunuhan.

Dan beruntung, saat ini tak lagi terdengar kasus penggal kepala manusia yang digunakan sebagai persembahan. Dan tradisi ini sudah dihapuskan.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : moana

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya