1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SELEBRITY

Mengaku Mudik Jalan Kaki Gombong ke Bandung dan Bikin Jutaan Orang Terharu, Ternyata Keduanya Bohong

Penulis : Aleolea Sponge

11 Mei 2021 09:19

Terlanjur Bikin Haru Jutaan Orang, Dani Ternyata Pembohong

Planet Merdeka - Kisah Dani, seorang pria yang mengaku mudik jalan kaki dari Banyumas ke Bandung, sempat viral di media sosial. Pengakuan Dani membuat jutaan orang terharu dan iba. Apalagi, melihat foto Dani yang mengajak anaknya masih bayi itu di jalanan. Tak sedikit netizen yang berniat membantu Dani. 

Baru-baru ini terungkap, Dani adalah seorang penipu. Ia dikabarkan membuat pengakuan palsu kepada wartawan. Berikut fakta sebenarnya keluarga Dani Rahmat (39) - Masitoh Ainun (36) :

2 dari 6 halaman

Rekayasa cerita

Viralnya kisah Dani-Masitoh yang mengaku mudik dengan berjalan kaki dari Gombong ke Bandung membuat orang-orang yang di sekitar mereka buka suara. Mereka membeberkan seperti apa sosok Dani dan Masitoh.

Satu di antaranya adalah Ujang yang merupakan tetangga Lilis Suryani, ibunda Dani. Ujang menyebut Dani kerap merekayasa cerita. Dani disebut menjual rasa iba demi mendapatkan uang.

"Demi mendapatkan materi, ia menjual rasa iba itu," katanya.

Ia mengetahui keberadaan Dani pada pekan lalu di rumah ibunya. Dani juga sempat bertengkar dengan sang ibu.

"Seminggu sebelumnya ada di sini dan bertengkar dengan keluarganya," katanya.
3 dari 6 halaman

Suka bikin masalah

Sosok lain yang mengumbar sifat Dani adalah sang adik, Fitria Anisa. Anisa mengatakan, kakaknya sering membuat masalah setiap kali datang ke rumah ibunya.

"Memang setiap kali ke sini kerap membuat masalah," kata Fitria.

Ia juga membenarkan soal keributan antara ibunya dengan istri Dani. Ia mengaku, tak rela karena ibunya sampai dibentak-bentak.

"Saya gak terima ibu saya digituin," katanya.

Anisa juga mengaku sempat cekcok dengan kakak iparnya, Masitoh. Hal itu terjadi sebelum Dani, istri, dan anaknya berangkat. Saat itu, kakaknya memang sempat bilang akan "ngagembel".

Namun, Fitria tak terlalu memedulikan ucapan kakaknya.

"Saya dan ibu tidak tahu seperti itu, saya kira balik lagi ke kontrakannya,,yang saya tahu mereka ngontrak, tahu-tahu viral," ucapnya.
4 dari 6 halaman

Sang Ibu malu

Sementara itu, Lilis Suryani, ibunda Dani mengaku sudah tak tahan atas perilaku anaknya sendiri.

"Setiap ke sini ia kerap bawa masalah saja. Saya sudah capek mengurusnya harus bagaimana," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Minggu (9/5/2021).

Saking tak tahannya, warga Kampung Bojong Sayang RW 1 RT 3, Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung ini berharap, ada yang bisa memulangkan anaknya ke Medan. Ia mengaku sudah capek karena anaknya selalu membuat masalah.

"Semoga pemerintah membantu memulangkan mereka, sebab bukannya saya tidak sayang, tapi sudah capek karena kerap membuat masalah," ujarnya.

Akibat anaknya viral jalan kaki dari Gombong ke Bandung, Lilis pun kini merasa malu berat.

"Malu banget sampai seperti itu, kalau bisa nggak usah viral. Ibu enggak pernah nyuruh seperti itu," kata ibu Dani.

Ia pun membandingkan kehidupan Dani dengan kehidupannya. Meski sudah tua, Lilis Suryani tak sampai meminta-minta belas kasihan dari orang, seperti Dani dan Masitoh. Ia mengaku masih mampu bekerja.

"Walau saya sudah tua, dan tak punya apa-apa, saya masih mampu kerja, menjahit," katanya.

Ia menyayangkan anak dan mantunya melakukan hal seperti sampai viral. Ia tahunya sang anak kembali ke kontrakan. Dani dan Masitoh disebut sempat datang ke rumahnya pada pekan lalu.

"Dia pergi lagi, gak tau seperti itu, saya tahunya mau ke kontrakannya," katanya.

Namun, pada akhirnya ia kaget karena mendapatkan kabar anak dan mantunya viral di media sosial karena mengaku jalan kaki dari Gombong ke Bandung.
5 dari 6 halaman

Pengakuan Masitoh

Setelah pihak keluarga dan tetangga buka suara, kini giliran Masitoh yang mengungkapkan hal sebenarnya. Ia mengakui, kisahnya yang 'mudik' berjalan kaki dari Gombong ke Bandung, tidak benar. Ternyata, pasangan ini sudah setahun hidup di jalanan dan tidak mudik dari Gombong ke Cangkuang.

Ia dan Dani sengaja membawa kedua anaknya melakukan perjalanan untuk menghidupi keluarga. Tapi memang benar, semua berawal dari tempat bekerja Dani yang gulung tikar.

"Mesin jahit diambil bos, jadi bingung kerjaan enggak ada. Yang ngajak hidup di jalan, saya."

"Kami turun ke jalan yang penting ada buat makan."

"Ada yang ngasih kami terima, enggak ada yang ngasih, kami jalan," ujar Masitoh saat ditemui di tempat karantina, Minggu (9/5/2021).

Menurut Masitoh, sekitar seminggu lalu, mereka kembali melakukan perjalanan.

"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta."

"Purwakarta-Bandung, ongkosnya cuman Rp 7 ribu. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," kata Masitoh.

Masitoh mengatakan, dari Cikarang, mereka menuju Cikampek, Karawang, Subang, dan Indramayu.

"Di Indramayu kami dapat tumpangan dinaikkan ke bus. Ditanya tujuannya mau ke mana, kalau sebutin jauh-jauh kasihan orang itu, jadi saya sebut yang dekat saja ke Tegal, ongkos Rp 100 ribu," tuturnya.

Setelah di Tegal, menurut Masitoh, ia dan keluarganya jalan ke Gombong, Jawa Tengah. Dari Gombong, mereka balik lagi.

"Jadi muter, pergi dari utara, pulang lintas selatan," katanya.

Menurutnya, dia melakukan perjalanan seperti itu sudah satu tahun.

"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat."

"Cuma tidak hanya sambil diam, tapi sambil cari kerja. Tapi itu namanya cari kerja susah," katanya.
6 dari 6 halaman

Ingin Pulang ke Medan

Masitoh juga menjelaskan, selama satu tahun berkeliling dia mengibaratkan jalan-jalan gratis. Bila tak ada tumpangan, jalan kaki.

"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.

Hal tersebut dilakukan, kata Masitoh, saat anaknya yang kecil berusia empat bulan dan sekarang sudah berusia 1,5 tahun.

"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit."

"Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, gitu kan," ujar Masitoh.

Masitoh ternyata masih warga Lubuk Pakam, Medan, Sumatera Utara. Namun kartu identitasnya hilang karena tasnya dicuri orang saat berada di Cimahi. Begitu juga dengan kartu identitas suaminya.

"Semua tas saya diambil orang di Cimahi, dipikir mereka apa ya, padahal cuma baju saya, suami, dan anak serta surat-surat itu, KTP dan lainnya," tuturnya.

Dengan adanya kejadian viral tersebut, kakak dan orang tuanya menjadi syok. Bahkan kakaknya yang paling besar di Medan sampai darah tinggi.

"Setelah enggak ada penyekatan lagi, InsyaAllah, kami balik ke Medan. Mau ngurusin orang tua di sana," ucapnya.
  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya