Raline Shah dan Perempuan Dalam Maskapai Penerbangan Indonesia
Penulis : Queen
10 Agustus 2017 10:02
“Saya yakin ia (Raline) akan dapat menawarkan perspektif segar terhadap situasi pasar menjelang rencana AirAsia Indonesia untuk melantai di bursa,” kata Tony.
Sebagai komisaris independen, Raline akan bertugas mengawasi operasional serta kinerja perusahaan. AirAsia menjadi salah satu maskapai penerbangan yang memperhatikan keragaman dalam lingkungan kerjanya. Baik mereka yang berbeda latar belakang dan asal-usul hingga memberi kesempatan besar kepada perempuan untuk menduduki posisi penting dalam perusahaan yang didominasi kaum adam.
Dalam laporan CAPA Centre for Aviation yang berjudul Why Don't Women Run Airlines?, terungkap bahwa 94 persen perusahaan maskapai penerbangan dipimpin laki-laki. Sehingga, dengan menambah perempuan dalam perusahaan penerbangan, dianggap sebagai cara untuk mengecilkan gender gap dalam perusahaan.
Sebelum Raline, AirAsia juga sudah memiliki perempuan cerdas bernama Aireen Omar. Perempuan Malaysia berusia 40 tahun itu menduduki posisi penting sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Executive Director AirAsia Berhad.
Dari ratusan perusahaan maskapai penerbangan yang ada di dunia, hanya ada beberapa perusahaan yang dipimpin oleh perempuan. Persentasenya hanya sebesar 6 persen. Jumlah terbanyak terdapat di kawasan Asia Pasifik.
Selain sebagai CEO, peempuan juga menguasai hampir 25 persen posisi SDM. Ada juga yang menduduki posisi CFO, bagian pemasaran, komunikasi dan posisi dewan direksi yang jumlahnya mencapai sepertiga -- sisanya dikendalikan oleh lelaki.
Kawasan Asia Pasifik menjadi wilayah yang paling banyak memberi kesempatan kepada perempuan untuk menduduki posisi pemimpin di perusahaan penerbangan. Meski demikian, pada beberapa maskapai penerbangan, keterwakilan perempuan di jajaran eksekutif masih belum ada.
Di Eropa, hanya ada empat perusahaan penerbangan yang dipimpin perempuan. Salah satunya yakni pemimpin EasyJet, Carolyn McCall, yang berasal dari Inggris. Di Amerika Selatan jumlahnya malah lebih kecil yakni hanya tiga perusahaan. Jumlah itu sama seperti di kawasan Timur Tengah. Pemimpin TAM Airlines, Claudia Sender, adalah salah satu perempuan Brazil yang dipercaya memimpin perusahaan penerbangan.
Sedangkan di benua Afrika, hanya ada dua perusahaan yang dipimpin perempuan. Salah satunya adalah pemimpin ECAir, Fatima Beyina-Moussa, yang berasal dari Kongo. Meski masih jauh tertinggal jika dibandingkan jumlah pemimpin laki-laki, laporan McKinsey&Co menyebutkan bahwa representasi perempuan dalam peran eksekutif di perusahaan penerbangan mengalami peningkatan sebesar 30 persen pada 2011 dan 2013.
Selain kurang terwakilkan dalam jajaran eksekutif, kaum hawa juga minim yang mendapatkan posisi sebagai pilot atau pun sebagai teknisi pesawat. Sebagai pilot, jumlah perempuan hanya 5,44 persen, yang artinya 94,56 persen lainnya dikuasai laki-laki. Sedangkan perempuan yang menjadi teknisi pesawat hanya mengisi 2,2 persen.
Kecilnya keterwakilan perempuan sebenarnya bukan karena minimnya kesempatan bagi para perempuan. Sebenarnya banyak beasiswa yang ditawarkan bagi perempuan yang ingin menjadi pilot. Kesempatan berkarier di perusahaan penerbangan juga terbuka lebar bagi kaum hawa.
Sumber.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : queen
-
Ada Orang Main Voli Antar RT Dipikir Mirip Pak Duta Sheila on 7, Ternyata Beneran Pak Duta
-
Hipotesa Mas Bintang Emon Terbukti: Semua Cewek Bisa Rawat Apa Saja, Bagus, Kecuali Motor
-
Ngga Nyangka Om-Om Ini Dulu Mantannya Nike Ardilla
-
Ingat Primus? Aktor Sinetron Hits Idola Tahun 90 an, Kini Jadi Anggota DPR dan Pergi Pulang Kerja Ta
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Belum Rezeki, Raffi Ahmad Batal Berhaji Tahun Ini
15 Juni 2023 18:23
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.