1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SELEBRITY

Tak Pernah Diekspose, Ini Sosok Istri Ke 2 Syekh Ali Jaber Ternyata Bukan Orang Sembarangan

Penulis : Aleolea Sponge

19 Januari 2021 09:24

Sosok Istri Ke 2 Syekh Ali Jaber

Meninggalnya Syekh Ali Jaber mengungkap sisi lain kehidupan sang ulama besar. Sosok istri kedua yang jarang terekspos ke publik kini pelan-pelan muncul. Seperti diketahui, Syekh Ali Jaber menikah pertama dengan Umi Nadia, perempuan Indonesia asal Lombok, NTB. Dari pernikahan ini Syekh Ali Jaber memiliki seorang anak bernama Hasan. Pada 2017, Syekh Ali Jaber juga menikahi Deva Rachman.

2 dari 5 halaman

Ia merupakan putri Prof Arief Rachman yang juga mantan None Jakarta. Prof Arief Rachman adalah tokoh pendidikan yang lahir di Malang, 19 Juni 1942 dari pasangan HR Abdoellah Rachman dan R Siti Koersilah.

Prof Arief Rachman menikah dengan Haryati Suwardi dan dikarunia tiga anak yakni Laila Alia Arief Rachman, Rahadi Arief Rachman dan Deva Arief Rachman. Deva Arief Rachman inilah yang menjadi isri Syekh Ali Jaber. Wanita kelahiran Jakarta, 6 Desember 1976 ini dinikahi Syekh Ali Jaber.

Prof Arief Rachman sendiri selama ini dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional, yang pernah mengajar dan menjadi kepala sekolah SMA Labschool, Rawamangun, Jakarta. Selain itu ia juga pernah menjadi dosen luar biasa di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia dan sekarang diangkat menjadi guru besar di Universitas Negeri Jakarta.
3 dari 5 halaman

Pada tahun 2000 Arief Rachman sempat aktif sebagai pembawa acara program agama Islam Hikmah Fajar di RCTI. Guru besar tersebut sudah tidak mengajar lagi, namun masih aktif di dunia pendidikan.

Ia dapat dikatakan sebagai salah satu tokoh pendidikan Indonesia, dan sempat ditanya pendapatnya ketika Presiden Amerika Serikat George Walker Bush berkunjung ke Indonesia pada tanggal 20 November 2006. Ia yang dulunya aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII).
4 dari 5 halaman

Saat ini Arief Rachman menjabat duta UNESCO dari Indonesia dan sebagai Wakil Ketua Komisi Pencari Fakta kekerasan IPDN yang dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diketuai oleh Ryaas Rasyid. Sosok mertua Syekh Ali Jaber, Prof Arief Rachman bukan orang sembarangan.

Mertua Syekh Ali Jaber, Prof Arief Rachman ternyata tokoh nasional yang selama ini konsen di dunia pendidikan.

Meski tokoh besar, Prof Arief Rachman ternyata juga mengagumi sosok sang menantu, Syekh Ali Jaber. Dalam wawancara bersama Metro TV News, Arief Rachman berdoa agar sang menantu, Syekh Ali Jaber meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah. Saat ini Arief Rachman menjabat duta UNESCO dari Indonesia dan sebagai Wakil Ketua Komisi Pencari Fakta kekerasan IPDN yang dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diketuai oleh Ryaas Rasyid.

Sosok mertua Syekh Ali Jaber, Prof Arief Rachman bukan orang sembarangan.

Mertua Syekh Ali Jaber, Prof Arief Rachman ternyata tokoh nasional yang selama ini konsen di dunia pendidikan.

Meski tokoh besar, Prof Arief Rachman ternyata juga mengagumi sosok sang menantu, Syekh Ali Jaber.

Dalam wawancara bersama Metro TV News, Arief Rachman berdoa agar sang menantu, Syekh Ali Jaber meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah.

Baca juga: Cita-cita Syekh Ali Jaber Semasa Hidup di Indonesia Diungkap Keluarga: Insyaallah Lanjutkan

"Alhamdulillah saya punya mantu seorang ulama besar yang sudah berpulang ke Rahmatullah.

Saya mohon doanya mudah-mudahan Syekh Ali Jaber keadaannya husnul khotimah, mendapatkan kebahagiaan di alam barzahnya dan dijauhkan dari siksa kubur tapi mendapatkan nikmat kubur," imbuh Arief Rachman.

Bercerita lebih lanjut, Arief Rachman juga mengabarkan kondisi istri Syekh Ali Jaber. Diakui Arief Rachman, putrinya, Deva Rachman tampak tegar dan tabah kala mendengar kabar Syekh Ali Jaber wafat. Kagum pada sosok Syekh Ali Jaber, Prof Arief pun memuji sang menantu.

Baginya, Syekh Ali Jaber adalah sosok yang rendah hati lagi tidak sombong.

"Syekh Ali Jaber sebagaimana biasanya kalau ulama besar, sangat rendah hati, tidak sombong.

Dia bergaul dengan istri saya, anak saya, seluruh keluarga besar saya, dengan baik," imbuh Prof Arief.

Tak hanya itu, Prof Arief juga masih ingat dengan panggilan khusus dari Syekh Ali Jaber untuknya.

Panggilan dari Syekh Ali Jaber itu membuat sang mertua merasa tersentuh. Diakui Prof Arief, Syekh Ali Jaber memanggil kedua mertuanya dengan panggilan Ayah dan Ummi.

"Yang paling menyentuh, dia (Syekh Ali Jaber) kalau memanggil istri saya itu Ummi.

Dan kalau memanggil saya itu Ayah.

5 dari 5 halaman

Itu menyentuh sekali. Sebab, panggilan Ayah dan Umi itu bagi kami adalah suatu panggilan yang menunjukkan sopan santun dari beliau.

Kerendahan hati beliau," ungkap Prof Arief.

Merasa sangat dihormati, Prof Arief semakin kagum pada Syekh Ali Jaber.

"Meskipun saya tahu, dibandingkan dengan saya, teman-teman, Syekh Ali Jaber itu ilmunya tinggi sekali dan dalam sekali.

Kita benar-benar kehilangan ilmuwan agama," ujar Prof Arief.

Sementara itu, Deva Rachman dikenal sebagai sosok wanita karier dengan prestasi mentereng.

Pada 2018, perusahaan telekomunikasi Indosat Ooredoo kehilangan salah satu talenta yang sebelumnya menduduki posisi penting dalam menentukan citra perusahaan. Deva Rachman, memutuskan meninggalkan jabatannya sebagai Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo. Deva resmi meninggalkan jabatan dan perusahaan itu pada 31 Agustus 2018, setelah bergabung sejak September 2015.

Berdasarkan informasi dari akun LinkedIn miliknya, Deva kini coba merintis usaha baru bernama LobbyReform.id sebagai Co-Founder. Deva bilang dia akan menyalurkan ide dan aktivitasnya di sana. Sepeninggalan Deva, posisi Head of Corporate Communications masih kosong dan Indosat telah membidik sejumlah nama untuk menempatinya.

Deva merupakan lulusan pascasarjana Social Development and Public Policy, Universitas Indonesia. Ia adalah anak dari tokoh pendidikan tersohor, Profesor Arief Rachman.

Ketika bergabung di Indosat, Deva menggantikan posisi yang sebelumnya diduduki oleh Fuad Fachroeddin. Ia bertanggung jawab menangani program Corporate Social Responsibility (CSR) dan strategi komunikasi perusahaan.

Sebelumnya dia pernah bekerja di Intel Indonesia Corporation sebagai Corporate Affairs Director sejak Mei 2012 hingga Juni 2015. Industri minyak dan gas juga pernah ia jalan, yaitu ExxonMobil Oil Indonesia, selama delapan tahun.

Banyak posisi yang ia jabat selama periode tersebut, dan terakhir sebagai Development Public and Government Affairs Manager pada tahun 2010. Dia juga pernah berkarier di Coca-Cola Amatil Indonesia sebagai National Corporate Affairs Manager pada Februari 2010 hingga April 2012.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : aleole

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya