AHY: Indonesia, Pemersatu Dunia di Tengah Kebijakan Ekonomi AS yang Fragmentatif
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendorong Indonesia menjadi pemersatu dunia yang terfragmentasi akibat kebijakan ekonomi AS, mengajak kerja sama dan transformasi ekonomi.
Jakarta, 13 April 2023 - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyerukan peran Indonesia sebagai pemersatu negara-negara di dunia. Hal ini disampaikan AHY menanggapi dampak kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dinilai semakin memecah belah negara-negara di dunia. Pernyataan tersebut disampaikan AHY dalam sebuah diskusi panel yang diselenggarakan TYI di Jakarta, Minggu lalu.
AHY menekankan bahwa kebijakan ekonomi AS, khususnya terkait kenaikan tarif impor di masa lalu, tidak hanya berdampak pada sistem perdagangan global, tetapi juga berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dunia. Ia melihat Asia Pasifik sebagai wilayah kunci dalam dinamika global terkini, di mana kekuatan besar saling curiga satu sama lain. Dalam situasi ini, Indonesia menurut AHY harus mampu membangun kepercayaan dan menawarkan kerja sama yang luas, bukannya mengedepankan kepentingan sempit.
"Inilah jalan menuju masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan," ujar AHY saat membuka diskusi bertajuk Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global. AHY memaparkan dua skenario yang mungkin terjadi pasca-kebijakan ekonomi AS tersebut: negara-negara tunduk pada dominasi ekonomi AS atau negara-negara membentuk aliansi baru untuk menghadapi AS.
Indonesia sebagai Jembatan di Tengah Krisis Global
AHY memprediksi bahwa pilihan kedua, yaitu pembentukan aliansi-aliansi baru, akan menyebabkan fragmentasi blok ekonomi dan politik baru. Aliansi-aliansi ini berpotensi berkembang menjadi kutub kekuatan yang saling bersaing, tidak hanya dalam perdagangan, tetapi juga pengaruh militer. "Polarisasi ini bisa memperparah konflik regional yang ada," tegas AHY yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan.
Menanggapi situasi ini, AHY mengapresiasi langkah Presiden RI Prabowo Subianto yang telah mengirim diplomat ke Washington, D.C. untuk berdialog dengan pemerintah AS dan membangun komunikasi dengan pemimpin-pemimpin negara ASEAN. "Ini wajah diplomasi adaptif, diplomasi yang tidak reaktif, tetapi juga tidak pasif," puji AHY.
Lebih lanjut, AHY mengajak Indonesia untuk mengubah krisis menjadi peluang. Momentum ini, menurutnya, dapat mendorong transformasi ekonomi melalui percepatan hilirisasi, digitalisasi, dan pengembangan ekonomi hijau serta ekonomi terbarukan.
Membangun Harapan di Tengah Ketakutan
AHY menekankan pentingnya peran Indonesia sebagai jembatan dan perekat di tengah gejolak global. "Ketika ketakutan menyebar, mari kita hadirkan harapan. Dunia tidak hanya butuh pemimpin yang kuat, tetapi juga pemimpin yang bisa menyatukan," ajaknya. Ia mengajak semua pihak untuk bergerak bersama, bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk membentuk masa depan dunia.
Diskusi tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, termasuk Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono, ekonom senior Chatib Basri, Wakil Menteri Luar Negeri Armanatha Nasir, dan mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung.
Dengan hadirnya tokoh-tokoh berpengaruh ini, diskusi tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi upaya Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan memperkuat posisinya di dunia internasional. Peran Indonesia sebagai pemersatu dunia, seperti yang diutarakan AHY, sangat relevan dalam konteks dinamika geopolitik dan ekonomi global saat ini.