Festival Menenun Lombok Tengah Libatkan 1.000 Penenun, Dorong Ekonomi dan Pariwisata Lokal
Ribuan penenun berkumpul di Lombok Tengah dalam Festival Menenun Begawe Jelo Nyesek, sebuah inisiatif Bupati untuk melestarikan budaya dan menggerakkan ekonomi lokal. Akankah tradisi ini mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat?
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat – Festival menenun massal atau Begawe Jelo Nyesek kembali digelar di Desa Sukarara, Lombok Tengah, belum lama ini. Acara akbar ini menjadi bukti komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan warisan budaya sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Bupati Lombok Tengah, Lalu Pathul Bahri, menegaskan bahwa festival semacam ini harus terus dilestarikan. Menurutnya, budaya menenun memiliki potensi besar untuk menggerakkan roda perekonomian lokal dan menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Inisiatif ini tidak hanya berfokus pada aspek budaya semata, tetapi juga pada dampak sosial-ekonomi yang signifikan. Dengan melibatkan ribuan penenun, festival ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memperkuat kolaborasi dalam pembangunan daerah.
Menenun sebagai Pendorong Ekonomi dan Pariwisata
Bupati Lalu Pathul Bahri menyampaikan bahwa budaya menenun merupakan aset berharga yang mampu menggerakkan perekonomian daerah. Kehadiran wisatawan yang datang khusus untuk melihat tradisi tenun di Desa Sukarara menjadi indikator jelas potensi pariwisata yang terkandung di dalamnya.
Pemerintah daerah berencana untuk mengalokasikan anggaran dari APBD guna mendukung keberlangsungan dan kemeriahan festival ini di masa mendatang. Langkah ini menunjukkan keseriusan dalam menjadikan tenun sebagai salah satu pilar ekonomi kreatif di Lombok Tengah.
Dampak positif dari kegiatan ini tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi, tetapi juga pada peningkatan kolaborasi antarpihak. Hal ini penting untuk memastikan pembangunan di Lombok Tengah dapat berjalan secara berkelanjutan dan merata.
Komitmen Pelestarian Budaya dan Edukasi Generasi Muda
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah juga menekankan pentingnya edukasi bagi generasi penerus. Bupati meminta pemerintah desa untuk memberikan pembinaan kepada anak-anak agar mereka mau belajar menenun sejak dini.
Pelestarian budaya menenun dianggap krusial agar warisan leluhur ini tidak punah ditelan zaman. Dengan melibatkan anak-anak dan remaja, diharapkan tradisi menenun akan terus hidup dan berkembang di masa depan, memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan.
Bagi masyarakat Desa Sukarara, menenun bukanlah hal yang sulit karena telah diwariskan secara turun temurun. Anak-anak perempuan di desa ini secara alami dapat belajar dari orang tua mereka, memastikan keberlanjutan tradisi nyesek.
Partisipasi Ribuan Penenun dan Warisan Leluhur
Kepala Desa Sukarara, Saman Budi, menjelaskan bahwa Festival Begawe Jelo Nyesek bertujuan utama melestarikan budaya menenun dan memberikan dampak ekonomi. Acara ini berhasil mengumpulkan sekitar 1.000 penenun perempuan, mulai dari remaja hingga lansia, meskipun total penenun di desa tersebut mencapai 3.000 orang.
Keterbatasan lokasi menjadi alasan mengapa tidak semua penenun dapat berpartisipasi dalam festival ini. Namun, antusiasme yang tinggi dari seribu penenun yang hadir menunjukkan semangat masyarakat dalam menjaga tradisi.
Saman Budi optimistis bahwa tradisi menenun akan terus dilestarikan karena merupakan warisan leluhur yang telah mendarah daging. Pembinaan bagi generasi muda terus dilakukan untuk memastikan bahwa seni menenun tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Desa Sukarara.