Strategi Prabowo Kelola Ketegangan Laut China Selatan: Kolaborasi dan Hormati
Presiden Prabowo Subianto ungkap strategi pengelolaan ketegangan Laut China Selatan lewat kolaborasi dan saling menghormati, termasuk kesepakatan batas ZEE dengan Vietnam dan usulan kerja sama dengan China dan Malaysia.
Presiden RI Prabowo Subianto baru-baru ini memaparkan strategi jitu Indonesia dalam mengelola ketegangan di Laut China Selatan, wilayah perairan yang menjadi sengketa beberapa negara ASEAN dan China. Penjelasan tersebut disampaikan dalam sesi ADF Talks, Antalya Diplomacy Forum di Turki, Jumat (11/4).
Dalam forum tersebut, Presiden Prabowo membagikan pengalaman sukses Indonesia dalam menyelesaikan masalah tumpang tindih klaim batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan Vietnam setelah berdekade-dekade lamanya. Beliau juga menyampaikan usulan kerja sama serupa kepada Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, untuk menyelesaikan isu-isu tertunda antara kedua negara.
Presiden Prabowo menekankan bahwa akar ketegangan di kawasan, khususnya Laut China Selatan, berasal dari masalah batas wilayah dan tumpang tindih klaim yang merupakan warisan negara-negara kolonial. "Warisan dari penjajahan selama berabad-abad itu masih tersisa seperti batas-batas wilayah yang belum jelas, dan lain sebagainya. Inilah kekacauan yang harus kita benahi sekarang," tegas Presiden Prabowo.
Kolaborasi sebagai Kunci Utama
Presiden Prabowo menegaskan bahwa kunci utama dalam meredakan ketegangan di Laut China Selatan adalah prinsip saling menghormati dan kolaborasi. Hal ini tercermin dalam pendekatan yang dilakukannya saat berdialog dengan Presiden China, Xi Jinping. Meskipun Indonesia tidak terlibat sengketa klaim wilayah dengan China, tetapi klaim sepihak China atas hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, termasuk Laut Natuna Utara, membutuhkan strategi khusus.
Menanggapi klaim China atas hak penangkapan ikan di wilayah tersebut, Presiden Prabowo menyampaikan usulan pengembangan bersama kepada Presiden Xi Jinping. "China mengklaim nelayan mereka telah menangkap ikan di wilayah tersebut selama ribuan tahun, dan kami juga mengklaim telah melakukan hal yang sama selama ribuan tahun. Jadi, saya katakan kepada Presiden Xi, "mengapa kita tidak melakukan pengembangan bersama?"" ungkap Presiden Prabowo.
Presiden Prabowo mengusulkan pendataan bersama kapal-kapal kedua negara yang beroperasi di sekitar ZEE Indonesia untuk menetapkan aturan bersama dalam kerangka hukum internasional, termasuk mencegah penangkapan ikan yang berlebihan. "Mari kita buat sistem perizinan agar semua pihak mendapatkan manfaat. Saya katakan kepada semua, "100 persen dari 0 (nol) tetaplah 0. Jadi, lebih baik kita bekerja sama sambil menunggu penyelesaian," dan Presiden Xi menyetujui hal ini dengan cepat," tambah Presiden Prabowo.
Presiden Prabowo juga menawarkan pendekatan pengembangan bersama yang sama kepada Malaysia dan Vietnam. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam membangun kerja sama regional untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran.
Pentingnya Perdamaian untuk Kemakmuran
Presiden Prabowo menutup paparannya dengan menekankan pentingnya perdamaian sebagai fondasi kemakmuran. "Inilah pendekatan saya. Mari kita bekerja sama untuk mencapai kemakmuran bersama. Tiap bangsa, tiap negara, tiap agama di dunia menghendaki hal yang sama, kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan. Semua orang menghendaki hal yang paling mendasar, kemakmuran, dan tidak akan ada kemakmuran tanpa perdamaian," pungkas Presiden Prabowo.
Strategi kolaboratif yang diusulkan Presiden Prabowo dalam mengelola ketegangan di Laut China Selatan diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menyelesaikan sengketa wilayah secara damai dan konstruktif. Pendekatan ini menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk mencapai stabilitas regional dan kemakmuran bersama.